PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi dalam keperawatan merupakan hal penting karena
komunikasi adalah alat dalam melaksanakan proses keperawatan. Dalam asuhan
keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Stuart, G. W., 1998).
Karena bertujuan untuk terapi maka komunikasi dalam keperawatan
disebut komunikasi terapeutik. Perawat seringkali mengembangkan komunikasi
yang berorientasi pada tugas, bukan berfokus pada klien. Konsekuensinya
perawat membatasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya. Hal
ini mengakibatkan perawat mengalami kesulitan dalam memecahkan
permasalahan klien (Roger, 1974 dalam Ellis, Gates & Kenworthy, 2000).
Komunikasi yang tidak efektif juga bisa mengakibatkan tidak puasnya klien
terhadap pelayanan keperawatan. Komunikasi terapeutik tidak sama dengan
komunikasi sosial. Komunikasi sosial tidak mempunyai tujuan tertentu dan
biasanya pelaksanaan komunikasi ini terjadi begitu saja. Sedangkan komunikasi
terapeutik mempunyai tujuan dan berfungsi sebagai terapi bagi klien. Karena itu
pelaksanaan komunikasi terapeutik harus direncanakan dan terstruktur dengan
baik. Struktur dalam proses komunikasi terapeutik terdiri dari empat tahap yaitu
tahap persiapan atau pra interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja,
dan terakhir tahap terminasi (Stuart, G. W., 1998).
Pada tahap pra interaksi dapat terjadi gagalnya interaksi karena tidak
melakukan persiapan yang baik sebelum berinteraksi dengan klien. Kegagalan
pada tahap orientasi akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi
(Stuart, G. W., 1998). Pada tahap kerja, perawat diharapkan mampu
menyimpulkan percakapannya dengan klien. Tetapi jika perawat tidak
menyimpulkan permasalahan yang dihadapi klien, maka dapat mengakibatkan
adanya ketidaksamaan persepsi terhadap masalah antara perawat dan klien.
Kegagalan pada tahap terminasi kemungkinan bisa terjadi apabila terminasi
dilakukan tiba-tiba atau dilakukan sepihak tanpa penjelasan. Konsekuensinya
klien mungkin akan mengalami depresidan regresi.
1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
A. Apa pengertian komunikasi terapeutik?
B. Apa saja fase-fase pada komunikasi terapeutik?
C. Apa saja tekhnik-tekhnik pada komunikasi terapeutik?
D. Bagaimana proses komunikasi terapeutik dalam perawatan?
E. Bagaimana komunikasi terapeutik pada tahap asuhan keperawatan?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:
A. Untuk mengetahui apa pengertian komunikasi terapeutik
B. Untuk mengetahui apa saja fase-fase pada komunikasi terapeutik
C. Untuk mengetahui apa saja tekhnik-tekhnik pada komunikasi terapeutik
D. Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi terapeutik dalam
perawatan
E. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi terapeutik pada tahap asuhan
keperawatan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung sendirinya, tetapi harus di
rencanakan, di pertimbangkan dan di lakukan secara profesional,. Pada saat
pertama kali perawat melakukan komunikasi terapeutik proses komunikasi
umumnya berlangsung singkat, canggung,semu dan seperti di buat buat . hal ini
akan lebih membantu untuk mempersepsikan masing masing hubungan pasien
karena adanya kesempatan untuk mencapai hubungan antar manusia yang positif
sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan terapeutik.
2. Tahap Perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu antau
kontak dengan klien. Pada saat perkenalan, perawat harus memperkenalkan
dirinya terlebih dahulu kepada klien. Dengan memperkenalkan dirinya berarti
perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan akan mendorong
4
klien untuk membuka dirinya. Tujuan tahap ini adalah untuk memvalidasi
keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, serta
mengevaluasi hasil tindakan yang lalu.
3. Tahap Kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan
perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat
juga dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap
adanya perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal klien.
Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat
pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active
listening, perawat membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi,
bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif
pemecahan masalah yang telah dipilih.
Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien.
Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan
5
hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat-klien memiliki pikiran
dan ide yang sama. Tujuan Teknik menyimpulkan adalah membantu klien
menggali hal-hal dan tema emosional yang penting.
4. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien. Tahap ini
dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
Terminasi sementara adalah akhir dari pertemuan perawat-klien, setelah terminasi
sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien pada waktu yang telah
ditentukan.
Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan
secara keseluruhan.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain :
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
Evaluasi juga disebut evaluasi objektif. Dalam mengevaluasi, perawat
tidak boleh terkesan menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya
terkesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
b. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan
menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat. Perawat
perlu mengetahui bagaimana perasaan klien setelah berinteraksi dengan
perawat. Apakah klien merasa bahwa interaksi itu dapat menurunkan
kecemasannya? Apakah klien merasa bahwa interaksi itu ada gunanya?
Atau apakah interaksi itu justru menimbulkan masalah baru bagi klien.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang etlah dilakukan.
Tindakan ini juga disebut sebagai pekerjaan rumah untuk klien. Tindak
lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang akan dilakukan
berikutnya. Misalnya pada akhir interaksi klien sudah memahami tentang
beberapa alternative mengatasi marah. Maka untuk tindak lanjut perawat
mungkin bisa meminta klien untuk mencoba salah satu dari alternative
tersebut.
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat
agar terdapat kesepakatan antara perawat dan klien untuk pertemuan
berikutnya. Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan tujuan
interaksi.
Stuart G.W (1998) dalam Suryani (2005), menyatakan bahwa proses terminasi
perawat-klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika
hal tersebut tidak dilakukan dengan baik oleh perawat, maka regresi dan
kecemasan dapat terjadi lagi pada klien. Timbulnya respon tersebut sangat
dipengaruhi oleh kemampuan perawat untuk terbuka, empati dan responsif
terhadap kebutuhan klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya.
6
C. Tekhnik – Tekhnik Komunikasi Terapeutik
1. Bertanya
Bertanya (questioning) merupakan tekhnik yang dapat mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Tekhnik berikut sering digunakan pada
tahap orientasi.
a. Pertanyaan fasilitatif dan nonfasilitatif
Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya
perawat sensitif terhadap pikiran dan perasaan serta secara langsung
berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan nonfasilitatif
(nonfacilitative question) adalah pertanyaan yang tidak efektif karena
memberikan pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan,
bersifat mengancam, dan tampak kurang pengertian terhadap klien.
b. Pertanyaan terbuka dan tertutup
Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat
membutuhkan jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan
terbuka, perawat mampu mendorong klien mengekspresikan dirinya.
Pertanyaan tertutup (closed question) digunakan ketika perawat
membutuhkan jawaban yang singkat.
c. Inappropriate quantity question
Inappropriate quality question yaitu pertanyaan yang tidak baik diberikan
pada klien dan biasanya dimulai kata “why” (mengapa). Why question ini
dipertimbangkan tidak tepat karena :
1) Terkesan menginterogasi, sehingga klien merasa seolah olah
diintimidasi. Hal ini bisa menghambat keterbukaan klien terhadap
perawat.
2) Tidak akan dapat menggali perasaan klien yang sebenarnya karena
why question mengiring klien untuk menjawab secara rasional atau
mengemukakan alasan dari suatu perbuatan atau keadaan, bukan
bagaimana perasaannya terhadap kejadian.
2. Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik.
Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta penelaahan
reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima.
Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibacakan klien dengan
penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak
memotong pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat mempunyai
waktu untuk mendengarkan.
3. Mengulang
Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien.
Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat
mengikuti pembicaraan klien. Restarting (pengulangan) merupakan suatu strategi
yang mendukung listening.
4. klarifikasi
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang
tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya.
7
Pada saat klarifikasi, perawat tidak boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan
klien, juga tidak boleh menambahkan informasi. Apabila perawat
menginterpretasikan pembicaraan klien, maka penilaiannya akan berdasarkan
pandangan dan perasaannya. Fokus utama klarifikasi adalah pada perasaan, karena
pengertian terhadap perasaan klien sangat penting dalam memahami klien.
5. Refleksi
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan dan
isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian
perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan
penghargaan terhadap klien.
Tekhnik-tekhnik refleksi terdiri dari,
a. Refleksi visi, yaitu memvalidasi apa yang didengar, klarifikasi ide yang
diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
b. Refleksi perasaan, yaitu memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Gunanya untuk :
a) Mengetahui dan menerima ide dan perasaan
b) Mengoreksi
c) Memberi keterangan lebih jelas,
Ruginya adalah :
a) Mengulang terlalu sering dan sama
b) Dapat menimbulkan marah, iritasi dan frustasi
6. Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk
membahasa masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian
tujuan. Dengan demikian, akan terhindar dari pembicaraan tanpa arah dan
penggantian topik pembicaraan. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika klien
menyampaikan masalah penting.
7. Diam
Tekhnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien
sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan
kepada perawat dan klien untuk mengorganisasikan pikiran masing-masing.
Tekhnik ini memberikan waktu pada klien untuk berfikir dan menghayati,
memperlambat tempo interaksi, sambal perawat menyampaikan dukungan,
pengertian, dan penerimaannya. Diam juga memungkinkan klien untuk
berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan berguna pada saat klien harus
mengambil keputusan.
8. Memberi Informasi
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan penyuluhan
Kesehatan klien. Tekhnik ini sangat membantu dalam mengajarkan Kesehatan
atau Pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan
diri dan penyembuhan klien. Informasi yang diberikan pada klien harus dapat
8
memberikan pengertian dan pemahaman tentang masalah yang dihadapi klien
serta membantu dalam memberikan alternatif pemecahan masalah.
9. menyimpulkan
Menyimpulkan (summarizing) adalah tekhnik komunikasi yang membantu klien
mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawta-klien. Tekhnik ini membantu
perawat dan klien untuk memiliki peran dan ide yang sama saat mengakhiri
pertemuan. Poin utama dalam menyimpulkan yaitu peninjauan kembali
komunikasi yang telah dilakukan.
Manfaat dari menyimpulkan antara lain ;
a. Memfokuskan pada topik yang relevan
b. Menolong persawat dalam mengulang aspek utama interaksi
c. Membantu klien untuk merasa bahwa perawar memahami perasaannya.
d. Membantu klien untuk dapat mengulang informasi dan membuat
tambahan atau koreksi terhadap informasi sebelumnya.
11. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam
masalah yang dialami klien supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tekhnik ini
bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang
masalah yang dialami klien.
14. humor
9
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Florence
nightingale dalam Anonymous (1999) pernah mengatakan suatu pengalaman pahit
sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran
mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dalam nadi.
Dalam beberapa kondisi berikut humor mungkin bisa dilakukan :
a. Pada saat klien mengalami kecemasan ringan sampai sedang, humor
mungkin bisa menurunkan kecemasan klien.
b. jika relevan dan konsisten dengan social budaya klien.
c. Membantu klien mengatasi masalah lebih efektif.
15. memberikan pujian
Memberikan pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang
didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna
untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien. Reinforcement
bisa diungkapkan dengan kata-kata ataupun melalui isyarat nonverbal.
b. Diagnosa Keperawatan
1) Analisa tertulis dari penemuan pengkajian
2) Sesi perencanaan tim Kesehatan.
10
3) Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda
implementasi.
4) Membuat rujukan.
c. Rencana Tujuan
1) rencana asuhan tertulis
2) membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
3) membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.
4) meningkatkan harga diri pasien.
5) memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.
6) perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.
d. implementasi
1) memperkenalkan diri kepada pasien.
2) memulai interaksi kepada pasien.
3) membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.
4) menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan
kebutuhannya.
5) menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.
e. evaluasi
1) pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi
kebutuhan sendiri.
2) komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.
3) membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.
11
1) Wawancara/interview
Wawancara adalah proses transaksi antara dua orang yang mempunyai tujuan
spesifik, serius, dan penuh arti. Wawancara biasanya dilakukan secara langsung
melalui pertemuan langsung dalam interaksi tatap muka (face to face). Dalam
wawancara ini, pewawancara (perawat) dapat menggunakan kemampuan
komunikasi verbal ataupun nonverbal untuk menggali data yang diwawancara
(klien). Dengan kontak secara langsung, pewawancara (perawat) dapat
memperoleh data langsung yang ditunjukkannya dalam perilaku verbal ataupun
nonverbalnya dari orang yang diwawancarai (pasien).
Pada saat wawancara atau selama proses pengkajian untuk mendapatkan data
keperawatan klien, di samping teknik komunikasi tersebut di atas, perawat juga
harus mempertahankan sikap terapeutik lain, yaitu mempertahankan kontak mata,
mendekat dan membungkuk ke arah klien, serta mendengarkan jawaban klien
dengan aktif. Dalam setiap aktivitas komunikasi, gunakanlah SP komunikasi
sesuai tahap- tahapan yang telah dijelaskan pada Bab I tentang konsep dasar
komunikasi dan komunikasi terapeutik dalam keperawatan.
Contoh Komunikasi :
a) Fase Orientasi :
Salam terapeutik : “Selamat pagi, Bu. Saya perawat Tri yang akan
bertugas merawat Ibu hari ini. Terima kasih Ibu telah mempercayakan
kami untuk membantu mengatasi masalah Ibu”.
Evaluasi dan validasi : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang?” (tunggu
jawaban klien). “Saya lihat ibu sangat tertekan dan menderita atas masalah
ini”.
Kontrak : “Saat ini saya akan mengumpulkan data terkait dengan sakit
yang ibu derita, saya membutuhkan informasi tentang bagaimana asal
mula masalah ibu sehingga ibu tidak bisa makan selama beberapa hari.
Waktu yang saya butuhkan adalah 15—20 menit, dan ibu tetap saja
istirahat di atas tempat tidur ini”.
b) Fase Kerja :
12
“Apakah yang ibu rasakan sekarang?” “Jelaskan bagaimana asal
mula penyakit yang ibu rasakan sekarang!” (tunggu respon klien).
“Apakah pengobatan atau tindakan yang telah dilakukan selama ibu di
rumah?” (tunggu respons klien)
c) Fase Terminasi :
Evaluasi subjektif/Objektif : “Bagaimanakah perasaan ibu sekarang?”
(tunggu respons pasien). “Berdasarkan data hasil wawancara dapat kita
identifikasi bersama bahwa ibu mengalami nyeri pada lambung dan mual-
muntah jika makan”.
Kontrak yang akan datang : “Baiklah, Bu. Saya akan berkonsultasi dengan
dokter dan 10 menit lagi saya akan kembali untuk melakukan tindakan
keperawatan sesuai hasil kesepakatan dengan dokter”.
Rencana Tindak Lanjut : “Ibu harus terus mencoba makan dan minum
melalui mulut, minum air hangat atau teh manis, dan makanan yang tidak
menimbulkan rasa mual. Cobalah biskuit ringan untuk memulai”.
Sambil melakukan palpasi perut klien, perawat berkata, “Apakah di daerah sini
yang terasa nyeri yang menyebabkan ibu sering merasa mual dan muntah?”
“Saya lihat, ibu tampak sangat khawatir dan tertekan dengan kondisi ibu
sekarang”.
13
keperawatan klien, selanjutnya mendiskusikan dengan klien. Masalah atau
diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan dikomunikasikan/disampaikan
kepada klien agar dia kooperatif dan berusaha bekerja sama dengan perawat untuk
mengatasi masalahnya dan juga kepada perawat lain secara langsung dan tulisan
untuk dokumentasi. Teknik yang dilakukan pada tahap diagnosis keperawatan
adalah teknik memberikan informasi (informing).
“Berdasarkan data yang saya peroleh melalui pemeriksaan fisik dan informasi dari
ibu terkait dengan keluhan yang menyebabkan ibu masuk rumah sakit, saya
menyimpulkan bahwa ibu mengalami gangguan nutrisi karena ada masalah pada
proses digesti. Lambung ibu bermasalah, terkait dengan masalah pada lambung
ibu, saya akan berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan dan tindakan
selanjutnya.”
14
Pada tahap ini, berkomunikasi atau diskusi dengan para profesional
kesehatan lain adalah penting dalam rangka untuk memberikan penanganan yang
adekuat kepada klien. Pada tahap ini, perawat sangat efektif berkomunikasi
dengan pasien karena perawat akan menggunakan seluruh kemampuan dalam
komunikasi pada saat menjelaskan tindakan tertentu, memberikan pendidikan
kesehatan, memberikan konseling, menguatkan sistem pendukung, membantu
meningkatkan kemampuan koping, dan sebagainya.
“Tadi sudah saya sampaikan bahwa salah satu tindakan yang akan saya lakukan
adalah memasang infus. Tujuan pemasangan infus adalah untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu. Saat pemasangan, ibu akan merasa sakit sedikit waktu
jarum infus dimasukkan ke pembuluh darah. Apakah ibu sudah siap?”
15
Untuk tahap prainteraksi, Anda dapat melakukan dengan cara melakukan
persiapan dengan membuat strategi pelaksanaan (SP) komunikasi
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan model-model konsep dalam keperawatan, perawat harus
mengembangkaninteraksi antara perawat dan klien untuk membantu individual
dalam mengatasi masalah yangberkaitan dengan kemampuan sehingga dapat
membantu memenuhi tekanan atau memenuhikebutuhan yang dihasilkan dari
suatu kondisi, lingkungan, situasi atau waktu yang bertujuan untukmelakukan
konservasi kegiatan yang ditujukan untuk menggunakan sumber daya yang
dimiliki kliensecara optimal.
B. Saran
17