Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi dalam keperawatan merupakan hal penting karena
komunikasi adalah alat dalam melaksanakan proses keperawatan. Dalam asuhan
keperawatan, komunikasi ditujukan untuk mengubah perilaku klien dalam
mencapai tingkat kesehatan yang optimal (Stuart, G. W., 1998).
Karena bertujuan untuk terapi maka komunikasi dalam keperawatan
disebut komunikasi terapeutik. Perawat seringkali mengembangkan komunikasi
yang berorientasi pada tugas, bukan berfokus pada klien. Konsekuensinya
perawat membatasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan masalahnya. Hal
ini mengakibatkan perawat mengalami kesulitan dalam memecahkan
permasalahan klien (Roger, 1974 dalam Ellis, Gates & Kenworthy, 2000).
Komunikasi yang tidak efektif juga bisa mengakibatkan tidak puasnya klien
terhadap pelayanan keperawatan. Komunikasi terapeutik tidak sama dengan
komunikasi sosial. Komunikasi sosial tidak mempunyai tujuan tertentu dan
biasanya pelaksanaan komunikasi ini terjadi begitu saja. Sedangkan komunikasi
terapeutik mempunyai tujuan dan berfungsi sebagai terapi bagi klien. Karena itu
pelaksanaan komunikasi terapeutik harus direncanakan dan terstruktur dengan
baik. Struktur dalam proses komunikasi terapeutik terdiri dari empat tahap yaitu
tahap persiapan atau pra interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja,
dan terakhir tahap terminasi (Stuart, G. W., 1998).
Pada tahap pra interaksi dapat terjadi gagalnya interaksi karena tidak
melakukan persiapan yang baik sebelum berinteraksi dengan klien. Kegagalan
pada tahap orientasi akan menimbulkan kegagalan pada keseluruhan interaksi
(Stuart, G. W., 1998). Pada tahap kerja, perawat diharapkan mampu
menyimpulkan percakapannya dengan klien. Tetapi jika perawat tidak
menyimpulkan permasalahan yang dihadapi klien, maka dapat mengakibatkan
adanya ketidaksamaan persepsi terhadap masalah antara perawat dan klien.
Kegagalan pada tahap terminasi kemungkinan bisa terjadi apabila terminasi
dilakukan tiba-tiba atau dilakukan sepihak tanpa penjelasan. Konsekuensinya
klien mungkin akan mengalami depresidan regresi.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah:
A. Apa pengertian komunikasi terapeutik?
B. Apa saja fase-fase pada komunikasi terapeutik?
C. Apa saja tekhnik-tekhnik pada komunikasi terapeutik?
D. Bagaimana proses komunikasi terapeutik dalam perawatan?
E. Bagaimana komunikasi terapeutik pada tahap asuhan keperawatan?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini sebagai berikut:
A. Untuk mengetahui apa pengertian komunikasi terapeutik
B. Untuk mengetahui apa saja fase-fase pada komunikasi terapeutik
C. Untuk mengetahui apa saja tekhnik-tekhnik pada komunikasi terapeutik
D. Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi terapeutik dalam
perawatan
E. Untuk mengetahui bagaimana komunikasi terapeutik pada tahap asuhan
keperawatan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat
klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi
perilaku pasien. Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman
belajar bersama pengalaman dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi
agar perilaku klien berubah kearah positif seoptimal mungkin. Untuk
melaksanakan terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan
yang cukup dan memahami tentang dirinya.
Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (stuart dan
sundeen,1987,hal,111) karena :
1. komunikasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam
proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan
pikiran.
2. maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain.
Berarti,keberhasilan intervensi keperawatan bergantung pada komunikasi karena
proses keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat
kesehatan yang normal.
3. komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang terapeutik
tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi.
Dalam membina hubungan terapeutik dan klien. Perawat perlu mengetahui
proses komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam membantu klien
memecahkan masalahnya.
Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah pengirim pesan,
penerima pesan, media dan umpan balik. Semua perilaku individu pengirim dan
penerima adalah komunikasi yang akan memberi efek pada perilaku,pesan yang
disampaikan dapat berupa verbal dan nonverbal. Bermain merupakan cara
berkomunikasi dan berhubungan yang baik dengan klien anak.
Perawat dapat menyampaikan atau mengkaji secara nonverbal antara lain ;
vokal ; nada,kualitas,keras atau lembut,kecepatan,yang semuanya
menggambarkan suasana emosi.
1. gerakan ; refleks,postur,ekspresi muka, gerakan yang berulang,atau gerakan
gerakan yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat diartikan sebagai
suasana hati.
2. jarak (space)
Jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain menggambarkan keintiman.
3. sentuhan : dikatakan sangat penting, namun perlu mempertimbangkan aspek
budaya dan kebiasaannya.
Agar perawat dapat berperan efektif dalam terapeutik iya harus menganalisa
dirinya : kesadaran diri klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggung jawab. Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui kondisi klien
jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan klien.

3
Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung sendirinya, tetapi harus di
rencanakan, di pertimbangkan dan di lakukan secara profesional,. Pada saat
pertama kali perawat melakukan komunikasi terapeutik proses komunikasi
umumnya berlangsung singkat, canggung,semu dan seperti di buat buat . hal ini
akan lebih membantu untuk mempersepsikan masing masing hubungan pasien
karena adanya kesempatan untuk mencapai hubungan antar manusia yang positif
sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan terapeutik.

B. Fase – Fase Komunikasi Terapeutik


1. Tahap persiapan ( Prainteraksi)
Tahap persiapan atau prainteraksi sangat pentig dilakukan sebelum
berinteraksi dengan klien ( christina, dkk, 2002). Pada tahap ini perawat menggali
perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini
perawat juga mencari informasi tentang klien. Kemudian perawat merancang
strategi ntuk pertemuan pertama dengan klien. Tahap ini harus dilakukan oleh
seorang perawat untuk memahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan
meyakinkan dirinya bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien
( Suryani,2005).
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
a. mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan, sebelum berinteraksi
dengan klien, perawat perlu mengkaji persaanny sendiri ( Stuart, G.W dalam
Suryani 2005). Perasaan apa yang mucul sehubungan dengan interaksi yang
akandilakukan. Apakah ada perasaan cemas? Apa yang dicemaskan? (Suryani,
2005).
b. menganalisis kekuatan dan kelemahan sendiri. Kegiatan ini sangat pentig
dilakukan agar perawat mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal pada
saat berinteraksi dengan klien. Misalnya seorang perawat mungkin mempunyai
kekuatan mampu memulai pembicaraan dan sensitif terhadap perasaan orang lain,
keadaan ini mungkin bisa dimanfaatkan perawat untuk memudahkannya dalam
membuka pembicaraan dengan klien dan membina hubungan saling percaya
( Suryani, 2005).
c. mengumpulkaan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting
karna dengan mengetahui informasi tentang klien perawat bisa memahami klien.
Paling tidak perawat bisa mengetahui identitas klien yang bisa digunakan pada
saat mmulai interaksi ( Suryani,2005).
d. merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu
merencanakan pertemuan pertama dengan klien. Hal yang direncanakan
mencakup kapan, dimana, dan strategi apa yang akan dilakukan untuk pertemuan
pertama tersebut ( Suryani, 2005).

2. Tahap Perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu antau
kontak dengan klien. Pada saat perkenalan, perawat harus memperkenalkan
dirinya terlebih dahulu kepada klien. Dengan memperkenalkan dirinya berarti
perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan akan mendorong

4
klien untuk membuka dirinya. Tujuan tahap ini adalah untuk memvalidasi
keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, serta
mengevaluasi hasil tindakan yang lalu.

Tugas perawat pada tahap ini antara lain :


a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi
terbuka. Hubungan saling percaya merupakan kunci dari keberhasilan hubungan
terapeutik, karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak mungkin akan terjadi
keterbukaan antara kedua belah pihak. Hubungan yang dibina tidak bersifat statis,
bisa beubah tergantung pada situasi dan kondisi. Karena itu, untuk
mempertahankan atau membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap
terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan menghargai
klien.
b. merumuskan kontrak pada klien. Konrak ini sangat penting untuk menjamin
kelangsungan sebuah interaksi. Pada saat merumuskan kontrak perawat juga perlu
menjelaskan atau mengklarifikasi peran peran perawat dan klien agar tidak terjadi
kesalah pahaman klien terhadap kehadiran perawat. Disamping itu juga untuk
menghindari adanya harapan yang terlalu tinggi dari klien terhadap perawat
karena klien menganggap perawat seperti dewa penolong yang serba bisa dan
serba tahu. Perawat perlu menekankan bahwa perawat hanya membantu,
sedangkan kekuatan dan keinginan untuk berubah ada pada diri klien sendiri.
c. menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap
ini perawat mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan
memberikan pertanyaan terbuka, diharapkan perawat dapat mendorong klien
untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya sehingga dapat mengidentifikasi
masalah klien.
d. merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi
bersama klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai.
Tujuan ini dirumuskan setelah klien diidentifikasi.
Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan
seterusnya, tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang
telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, dan mengevaluasi hasil tindakan yang
lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama klien.

3. Tahap Kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan
perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat
juga dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap
adanya perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal klien.
Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat
pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active
listening, perawat membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi,
bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif
pemecahan masalah yang telah dipilih.
Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien.
Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan

5
hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat-klien memiliki pikiran
dan ide yang sama. Tujuan Teknik menyimpulkan adalah membantu klien
menggali hal-hal dan tema emosional yang penting.

4. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien. Tahap ini
dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
Terminasi sementara adalah akhir dari pertemuan perawat-klien, setelah terminasi
sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien pada waktu yang telah
ditentukan.
Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan
secara keseluruhan.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain :
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
Evaluasi juga disebut evaluasi objektif. Dalam mengevaluasi, perawat
tidak boleh terkesan menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya
terkesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
b. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan
menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat. Perawat
perlu mengetahui bagaimana perasaan klien setelah berinteraksi dengan
perawat. Apakah klien merasa bahwa interaksi itu dapat menurunkan
kecemasannya? Apakah klien merasa bahwa interaksi itu ada gunanya?
Atau apakah interaksi itu justru menimbulkan masalah baru bagi klien.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang etlah dilakukan.
Tindakan ini juga disebut sebagai pekerjaan rumah untuk klien. Tindak
lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang akan dilakukan
berikutnya. Misalnya pada akhir interaksi klien sudah memahami tentang
beberapa alternative mengatasi marah. Maka untuk tindak lanjut perawat
mungkin bisa meminta klien untuk mencoba salah satu dari alternative
tersebut.
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat
agar terdapat kesepakatan antara perawat dan klien untuk pertemuan
berikutnya. Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan tujuan
interaksi.
Stuart G.W (1998) dalam Suryani (2005), menyatakan bahwa proses terminasi
perawat-klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika
hal tersebut tidak dilakukan dengan baik oleh perawat, maka regresi dan
kecemasan dapat terjadi lagi pada klien. Timbulnya respon tersebut sangat
dipengaruhi oleh kemampuan perawat untuk terbuka, empati dan responsif
terhadap kebutuhan klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya.

6
C. Tekhnik – Tekhnik Komunikasi Terapeutik
1. Bertanya
Bertanya (questioning) merupakan tekhnik yang dapat mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Tekhnik berikut sering digunakan pada
tahap orientasi.
a. Pertanyaan fasilitatif dan nonfasilitatif
Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya
perawat sensitif terhadap pikiran dan perasaan serta secara langsung
berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan nonfasilitatif
(nonfacilitative question) adalah pertanyaan yang tidak efektif karena
memberikan pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan,
bersifat mengancam, dan tampak kurang pengertian terhadap klien.
b. Pertanyaan terbuka dan tertutup
Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat
membutuhkan jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan
terbuka, perawat mampu mendorong klien mengekspresikan dirinya.
Pertanyaan tertutup (closed question) digunakan ketika perawat
membutuhkan jawaban yang singkat.
c. Inappropriate quantity question
Inappropriate quality question yaitu pertanyaan yang tidak baik diberikan
pada klien dan biasanya dimulai kata “why” (mengapa). Why question ini
dipertimbangkan tidak tepat karena :
1) Terkesan menginterogasi, sehingga klien merasa seolah olah
diintimidasi. Hal ini bisa menghambat keterbukaan klien terhadap
perawat.
2) Tidak akan dapat menggali perasaan klien yang sebenarnya karena
why question mengiring klien untuk menjawab secara rasional atau
mengemukakan alasan dari suatu perbuatan atau keadaan, bukan
bagaimana perasaannya terhadap kejadian.

2. Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik.
Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta penelaahan
reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima.
Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibacakan klien dengan
penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak
memotong pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat mempunyai
waktu untuk mendengarkan.

3. Mengulang
Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien.
Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat
mengikuti pembicaraan klien. Restarting (pengulangan) merupakan suatu strategi
yang mendukung listening.

4. klarifikasi
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang
tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya.

7
Pada saat klarifikasi, perawat tidak boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan
klien, juga tidak boleh menambahkan informasi. Apabila perawat
menginterpretasikan pembicaraan klien, maka penilaiannya akan berdasarkan
pandangan dan perasaannya. Fokus utama klarifikasi adalah pada perasaan, karena
pengertian terhadap perasaan klien sangat penting dalam memahami klien.

5. Refleksi
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan dan
isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian
perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan
penghargaan terhadap klien.
Tekhnik-tekhnik refleksi terdiri dari,
a. Refleksi visi, yaitu memvalidasi apa yang didengar, klarifikasi ide yang
diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
b. Refleksi perasaan, yaitu memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Gunanya untuk :
a) Mengetahui dan menerima ide dan perasaan
b) Mengoreksi
c) Memberi keterangan lebih jelas,
Ruginya adalah :
a) Mengulang terlalu sering dan sama
b) Dapat menimbulkan marah, iritasi dan frustasi
6. Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk
membahasa masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian
tujuan. Dengan demikian, akan terhindar dari pembicaraan tanpa arah dan
penggantian topik pembicaraan. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika klien
menyampaikan masalah penting.

7. Diam
Tekhnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien
sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan
kepada perawat dan klien untuk mengorganisasikan pikiran masing-masing.
Tekhnik ini memberikan waktu pada klien untuk berfikir dan menghayati,
memperlambat tempo interaksi, sambal perawat menyampaikan dukungan,
pengertian, dan penerimaannya. Diam juga memungkinkan klien untuk
berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan berguna pada saat klien harus
mengambil keputusan.

8. Memberi Informasi
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan penyuluhan
Kesehatan klien. Tekhnik ini sangat membantu dalam mengajarkan Kesehatan
atau Pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan
diri dan penyembuhan klien. Informasi yang diberikan pada klien harus dapat

8
memberikan pengertian dan pemahaman tentang masalah yang dihadapi klien
serta membantu dalam memberikan alternatif pemecahan masalah.

9. menyimpulkan
Menyimpulkan (summarizing) adalah tekhnik komunikasi yang membantu klien
mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawta-klien. Tekhnik ini membantu
perawat dan klien untuk memiliki peran dan ide yang sama saat mengakhiri
pertemuan. Poin utama dalam menyimpulkan yaitu peninjauan kembali
komunikasi yang telah dilakukan.
Manfaat dari menyimpulkan antara lain ;
a. Memfokuskan pada topik yang relevan
b. Menolong persawat dalam mengulang aspek utama interaksi
c. Membantu klien untuk merasa bahwa perawar memahami perasaannya.
d. Membantu klien untuk dapat mengulang informasi dan membuat
tambahan atau koreksi terhadap informasi sebelumnya.

10. Mengubah Cara Pandang


Tekhnik mengubah cara pandang (refarming0 ini digunakan untuk memberikan
cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek
negatifnya saja. Tekhnik ini sangat bermanfaat terutama ketika klien berfikiran
negative terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya. Seorang
perawat kadang memberikan tanggapan yang kurang tepat ketika klien
mengungkapkan masalah, misalnya menyatakan “sebenarnya apa yang anda
pikirkan tidak seburuk itu kejadiannya”. Refarming akan membuat klien mampu
melihat apa yang dialaminya dari sisi positif sehingga memungkinkan klien untuk
membuat perencanaan yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya.

11. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam
masalah yang dialami klien supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tekhnik ini
bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang
masalah yang dialami klien.

12. Membagi Persepsi


Stuart G.W (1998) menyatakan, membagi persepsi (sharing perception) adalah
meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau pikirkan. Tekhnik
ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada perbedaan antara respos
verbal dan respos nonverbal klien.

13. mengidentifikasi tema


Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu
menangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk
meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting. Tekhnik ini sangat
bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan pembicaraan pada awal
masalah yang benar-benar dirasakan klien.

14. humor

9
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Florence
nightingale dalam Anonymous (1999) pernah mengatakan suatu pengalaman pahit
sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran
mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dalam nadi.
Dalam beberapa kondisi berikut humor mungkin bisa dilakukan :
a. Pada saat klien mengalami kecemasan ringan sampai sedang, humor
mungkin bisa menurunkan kecemasan klien.
b. jika relevan dan konsisten dengan social budaya klien.
c. Membantu klien mengatasi masalah lebih efektif.
15. memberikan pujian
Memberikan pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang
didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna
untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien. Reinforcement
bisa diungkapkan dengan kata-kata ataupun melalui isyarat nonverbal.

D. Proses Komunikasi Terapeutik Dalam Perawatan


1. proses komunikasi :
a. Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi dengan
orang dapat berupa pengalaman, ide atau tindakan.
b. pengirim/sumber/encorder, disebut juga komunikator. Bisa perorangan atau
kelompok.
c. pesan/berita, informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, Gerakan
tubuh arau ekspresi wajah.
d. media/saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk menyampaikan
pesan pada penerima/sasaran.
e. penerimaan/sasaran decoder, kepada siapa pesan yang ingin disampaikan
tersebut dituju.
f. umpan balik/feed back/respons, reaksi dari sasaran terhadap pesan yang
disampaikan.

2. Komunikasi Terapeutik Dalam Perawatan


a. Pengkajian
1) menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi
2) mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas
intervensi.
3) mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.
4) mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.
5) mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang
diharapkan bisa realistic
6) menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang
sesuai.
7) mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi
yang dibutuhkan.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Analisa tertulis dari penemuan pengkajian
2) Sesi perencanaan tim Kesehatan.

10
3) Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda
implementasi.
4) Membuat rujukan.

c. Rencana Tujuan
1) rencana asuhan tertulis
2) membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
3) membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.
4) meningkatkan harga diri pasien.
5) memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.
6) perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.

d. implementasi
1) memperkenalkan diri kepada pasien.
2) memulai interaksi kepada pasien.
3) membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.
4) menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan
kebutuhannya.
5) menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.

e. evaluasi
1) pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi
kebutuhan sendiri.
2) komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.
3) membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.

E. Komunikasi Terapeutik Pada Tahap Asuhan Keperawatan


1. Komunikasi Terapeutik Proses Keperawatan Pengkajian
Pengkajian adalah tahap pertama dalam proses keperawatan. Tahap ini
merupakan tahap yang penting dalam proses keperawatan karena tahap-tahap
selanjutnya dalam proses keperawatan tidak akan dapat berjalan dengan baik jika
tahap pengkajian tidak dilakukan dengan baik. Pada tahap ini perawat
menggunakan kemampuan verbal ataupun nonverbal dalam mengumpulkan data
klien.

Dalam pengkajian, perawat dituntut untuk mampu melakukan komunikasi


dengan baik verbal dan melakukan pengamatan terhadap perilaku nonverbal serta
menginterpretasikan hasil pengamatan dalam bentuk masalah. Setelah data
terkumpul, selanjutnya dikomunikasikan dalam bahasa verbal kepada klien atau
tim kesehatan lainnya dan dikomunikasikan dalam bentuk tulisan
(didokumentasikan) untuk dikomunikasikan pada tim kesehatan lain dan sebagai
aspek legal asuhan keperawatan.

Adapun bentuk-bentuk komunikasi yang dapat digunakan perawat pada tahap


pengkajian dari proses keperawatan ini adalah wawancara, pemeriksaan fisik dan
observasi, serta pengumpulan data melalui catatan medik/rekam medik dan
dokumen lain yang relevan.

11
1) Wawancara/interview
Wawancara adalah proses transaksi antara dua orang yang mempunyai tujuan
spesifik, serius, dan penuh arti. Wawancara biasanya dilakukan secara langsung
melalui pertemuan langsung dalam interaksi tatap muka (face to face). Dalam
wawancara ini, pewawancara (perawat) dapat menggunakan kemampuan
komunikasi verbal ataupun nonverbal untuk menggali data yang diwawancara
(klien). Dengan kontak secara langsung, pewawancara (perawat) dapat
memperoleh data langsung yang ditunjukkannya dalam perilaku verbal ataupun
nonverbalnya dari orang yang diwawancarai (pasien).

Keuntungan wawancara secara langsung ini sebagai berikut.

a) Meningkatkan kecakapan profesional perawat.


b) Data yang diperoleh lebih spesifik dan nyata sesuai dengan keadaan
sebenarnya.
c) efektif jika dibandingkan dengan wawancara secara tidak langsung karena
langsung mendapatkan feedback secara langsung dari klien.
Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data tentang riwayat penyakit
klien, riwayat penyakit dahulu dan pengobatan yang telah dilakukan, keluhan
utama, harapan-harapan, dan sebagainya. Dalam mewawancarai, perawat
menggunakan teknik pertanyaan terbuka (broad opening) untuk menggali lebih
banyak data tentang klien. Selanjutnya perawat dapat menggunakan teknik-teknik
komunikasi yang lain untuk mengklarifikasi, memberikan feedback, mengulang,
memfokuskan, atau mengarahkan agar jawaban klien sesuai dengan tujuan
wawancara.

Pada saat wawancara atau selama proses pengkajian untuk mendapatkan data
keperawatan klien, di samping teknik komunikasi tersebut di atas, perawat juga
harus mempertahankan sikap terapeutik lain, yaitu mempertahankan kontak mata,
mendekat dan membungkuk ke arah klien, serta mendengarkan jawaban klien
dengan aktif. Dalam setiap aktivitas komunikasi, gunakanlah SP komunikasi
sesuai tahap- tahapan yang telah dijelaskan pada Bab I tentang konsep dasar
komunikasi dan komunikasi terapeutik dalam keperawatan.

Contoh Komunikasi :
a) Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : “Selamat pagi, Bu. Saya perawat Tri yang akan
bertugas merawat Ibu hari ini. Terima kasih Ibu telah mempercayakan
kami untuk membantu mengatasi masalah Ibu”.
 Evaluasi dan validasi : “Bagaimana perasaan Ibu sekarang?” (tunggu
jawaban klien). “Saya lihat ibu sangat tertekan dan menderita atas masalah
ini”.
 Kontrak : “Saat ini saya akan mengumpulkan data terkait dengan sakit
yang ibu derita, saya membutuhkan informasi tentang bagaimana asal
mula masalah ibu sehingga ibu tidak bisa makan selama beberapa hari.
Waktu yang saya butuhkan adalah 15—20 menit, dan ibu tetap saja
istirahat di atas tempat tidur ini”.
b) Fase Kerja :

12
 “Apakah yang ibu rasakan sekarang?” “Jelaskan bagaimana asal
mula penyakit yang ibu rasakan sekarang!” (tunggu respon klien).
 “Apakah pengobatan atau tindakan yang telah dilakukan selama ibu di
rumah?” (tunggu respons klien)
c) Fase Terminasi :
 Evaluasi subjektif/Objektif : “Bagaimanakah perasaan ibu sekarang?”
(tunggu respons pasien). “Berdasarkan data hasil wawancara dapat kita
identifikasi bersama bahwa ibu mengalami nyeri pada lambung dan mual-
muntah jika makan”.
 Kontrak yang akan datang : “Baiklah, Bu. Saya akan berkonsultasi dengan
dokter dan 10 menit lagi saya akan kembali untuk melakukan tindakan
keperawatan sesuai hasil kesepakatan dengan dokter”.
 Rencana Tindak Lanjut : “Ibu harus terus mencoba makan dan minum
melalui mulut, minum air hangat atau teh manis, dan makanan yang tidak
menimbulkan rasa mual. Cobalah biskuit ringan untuk memulai”.

2) Pemeriksaan fisik dan observasi


Komunikasi yang digunakan perawat pada saat perawat melakukan
pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik adalah dalam rangka meminta izin
klien, memeriksa, memfokuskan pemeriksaan yang dilakukan sesuai dengan
keluhan dan petunjuk yang diberikan klien. Perawat juga mengobservasi ekspresi
wajah (misal menyeringai kesakitan, menangis, pucat, dll) sebagai bentuk
nonkomunikasi nonverbal dan mencatatnya dalam status keperawatan klien. Saat
melakukan pemeriksaan fisik dan observasi, teknik komunikasi yang digunakan
perawat adalah klarifikasi dan berbagi persepsi.

Pemeriksaan fisik dan observasi biasanya dilakukan bersamaan dengan


wawancara atau setelah kegiatan wawancara selesai. Dengan demikian, strategi
pelaksanaan (SP) komunikasi dapat menyatu dengan SP komunikasi saat
wawancara. Berikut ini contoh komunikasi dengan fokus fase kerja untuk
menerapkan teknik klarifikasi dan berbagi persepsi.

Contoh komunikasi fase kerja:

Sambil melakukan palpasi perut klien, perawat berkata, “Apakah di daerah sini
yang terasa nyeri yang menyebabkan ibu sering merasa mual dan muntah?”
“Saya lihat, ibu tampak sangat khawatir dan tertekan dengan kondisi ibu
sekarang”.

3) Pengumpulan data dari dokumen lain


Perawat menggunakan catatan medik, laboratorium, foto rontgen, dll
sebagai bentuk komunikasi tertulis dengan anggota tim kesehatan lain untuk
melengkapi dan mengklarifikasi data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik
dan observasi.

2. Komunikasi Pada Tahap Diagnosis Keperawatan


Pada tahap proses keperawatan ini komunikasi dilakukan untuk
mengklarifikasi data dan melakukan analisis sebelum menentukan masalah

13
keperawatan klien, selanjutnya mendiskusikan dengan klien. Masalah atau
diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan dikomunikasikan/disampaikan
kepada klien agar dia kooperatif dan berusaha bekerja sama dengan perawat untuk
mengatasi masalahnya dan juga kepada perawat lain secara langsung dan tulisan
untuk dokumentasi. Teknik yang dilakukan pada tahap diagnosis keperawatan
adalah teknik memberikan informasi (informing).

Beberapa contoh diagnosis keperawatan terkait dengan gangguan nutrisi sebagai


berikut.

 Nutrisi tidak adekuat (kurang) sehubungan dengan gangguan proses


digesti.
 Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan gangguan
metabolisme.

Contoh komunikasi pada fase kerja:

“Berdasarkan data yang saya peroleh melalui pemeriksaan fisik dan informasi dari
ibu terkait dengan keluhan yang menyebabkan ibu masuk rumah sakit, saya
menyimpulkan bahwa ibu mengalami gangguan nutrisi karena ada masalah pada
proses digesti. Lambung ibu bermasalah, terkait dengan masalah pada lambung
ibu, saya akan berkolaborasi dengan dokter untuk pengobatan dan tindakan
selanjutnya.”

3. Komunikasi Pada Tahap Perencanaan


Pada tahap ini, tugas perawat adalah merumuskan tujuan keperawatan dan
menetapkan kriteria keberhasilan, merencanakan asuhan keperawatan, dan
tindakan kolaboratif yang akan dilakukan. Komunikasi yang penting dilakukan
perawat pada fase ini adalah mendiskusikan kembali rencana yang sudah disusun
perawat dan bersama klien menentukan kriteria keberhasilan yang akan dicapai.
Dalam fase ini, keterlibatan keluarga juga penting kaitannya dengan peran serta
keluarga dalam perawatan klien. Rencana asuhan keperawatan selanjutnya ditulis
atau didokumentasikan dalam status klien sebagai bentuk tanggung jawab
profesional dan memudahkan komunikasi antartim kesehatan untuk asuhan
keperawatan yang berkesinambungan.

Contoh komunikasi pada fase kerja:

“Berdasarkan masalah keperawatan yang telah kita tetapkan bersama, selanjutnya


saya kolaborasikan dengan dokter terkait dengan masalah tersebut, saya
sampaikan bahwa salah satu tindakan yang akan dilakukan pada ibu adalah
pemasangan infus. Tujuan pemasangan infus ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu. Untuk saat ini, lambung ibu harus diistirahatkan dulu untuk
pemeriksaan selanjutnya. Pemasangan infus ini sifatnya sementara; jika ibu tidak
mual atau muntah lagi, maka akan kami lepaskan.”

4. Komunikasi Pada Tahap Implementasi

14
Pada tahap ini, berkomunikasi atau diskusi dengan para profesional
kesehatan lain adalah penting dalam rangka untuk memberikan penanganan yang
adekuat kepada klien. Pada tahap ini, perawat sangat efektif berkomunikasi
dengan pasien karena perawat akan menggunakan seluruh kemampuan dalam
komunikasi pada saat menjelaskan tindakan tertentu, memberikan pendidikan
kesehatan, memberikan konseling, menguatkan sistem pendukung, membantu
meningkatkan kemampuan koping, dan sebagainya.

Perawat menggunakan verbal ataupun nonverbal selama melakukan


tindakan keperawatan untuk mengetahui respons pasien secara langsung (yang
diucapkan) ataupun yang tidak diucapkan. Semua aktivitas keperawatan/ tindakan
harus didokumentasikan secara tertulis untuk dikomunikasikan kepada tim
kesehatan lain, mengidentifikasi rencana tindak lanjut, dan aspek legal dalam
asuhan keperawatan. Teknik komunikasi terapeutik yang digunakan pada fase ini
adalah memberikan informasi (informing) dan mungkin berbagi persepsi.

Contoh komunikasi pada fase kerja :

“Tadi sudah saya sampaikan bahwa salah satu tindakan yang akan saya lakukan
adalah memasang infus. Tujuan pemasangan infus adalah untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi ibu. Saat pemasangan, ibu akan merasa sakit sedikit waktu
jarum infus dimasukkan ke pembuluh darah. Apakah ibu sudah siap?”

Pada saat melakukan tindakan keperawatan, di samping komunikasi verbal


yang diucapkan dengan kata-kata, perawat harus menunjukkan sikap terapeutik
secara fisik selama berkomunikasi, yaitu:

 ekspresi wajah menyenangkan, tampak ikhlas,


 mendekat dan membungkuk ke arah klien,
 mempertahankan kontak mata yang menunjukkan kesungguhan untuk
membantu,
 sikap terbuka tidak meliat tangan atau kaki saat interaksi terjadi,
 tetap rileks.

5. Komunikasi Pada Tahap Evaluasi


Pada tahap ini, perawat menilai keberhasilan dari asuhan dan tindakan
keperawatan yang telah dilakukan. Semua hasil dicatat dalam buku catatan
perkembangan perawatan klien, mendiskusikan hasil dengan klien, meminta
tanggapan klien atas keberhasilan atau ketidakberhasilan tindakan yang dilakukan,
serta bersama klien merencanakan tindak lanjut asuhan keperawatannya. Jika
belum berhasil, perawat dapat mendiskusikan kembali dengan klien apa yang
diharapkan dan bagaimana peran serta/keterlibatan klien atau keluarga dalam
mencapai tujuan dan rencana baru asuhan keperawatan klien.

Pada setiap fase dalam proses perawatan, perawat harus menggunakan


teknik- teknik komunikasi terapeutik dan menggunakan fase-fase berhubungan
terapeutik perawat-klien, mulai fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi.

15
Untuk tahap prainteraksi, Anda dapat melakukan dengan cara melakukan
persiapan dengan membuat strategi pelaksanaan (SP) komunikasi

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan model-model konsep dalam keperawatan, perawat harus
mengembangkaninteraksi antara perawat dan klien untuk membantu individual
dalam mengatasi masalah yangberkaitan dengan kemampuan sehingga dapat
membantu memenuhi tekanan atau memenuhikebutuhan yang dihasilkan dari
suatu kondisi, lingkungan, situasi atau waktu yang bertujuan untukmelakukan
konservasi kegiatan yang ditujukan untuk menggunakan sumber daya yang
dimiliki kliensecara optimal.

B. Saran

Diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu menerapkan model


konsep keperawatan danmarilah kita sebagai perawat berusaha untuk
meringankan penderitaan pasien yang kita rawat.Rawatlah pasien seperti kita
merawat orang yang paling kita sayang.Agar pasien merasa nyamanpada saat di
sakit bukan menderita lagi.jangan pantang menyerah dan berputus asa dalam
merawatpasien. Menjadi perawat bukanlah pekerjaan yang mudah, tetapi kalau
kita tidak menacoba kitatidak akan pernah bisa. Di dunia ini tidak ada yang tidak
mungkin kalau kita mempunyai tekad untukmelakukannya dengan gigih dan rajin

17

Anda mungkin juga menyukai