Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Terapeutik


Komunikasi terapeutik adalah suatu pengalaman bersama antara perawat
klien yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien yang mempengaruhi
perilaku pasien. Hubungan perawat klien yang terapeutik adalah pengalaman
belajar bersama pengalaman dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi
agar perilaku klien berubah kearah positif seoptimal mungkin. Untuk
melaksanakan terapeutik yang efektif perawat harus mempunyai keterampilan
yang cukup dan memahami tentang dirinya.
Teori komunikasi sangat sesuai dalam praktek keperawatan (stuart dan
sundeen,1987,hal,111) karena :
1. kominakasi merupakan cara untuk membina hubungan yang terapeutik. Dalam
proses komunikasi terjadi penyampaian informasi dan pertukaran perasaan dan
pikiran.
2. maksud komunikasi adalah mempengaruhi perilaku orang lain.
Berarti,keberhasilan intervensi keperawatan bergantung pada komunikasi karena
proses keperawatan ditujukan untuk merubah perilaku dalam mencapai tingkat
kesehatan yang normal.
3. komunikasi adalah berhubungan. Hubungan perawat dan klien yang terapeutik
tidak mungkin dicapai tanpa komunikasi.
Dalam membina hubungan terapeutik dan klien. Perawat perlu mengetahui
proses komunikasi dan keterampilan berkomunikasi dalam membantu klien
memecahkan masalahnya.
Elemen yang harus ada pada proses komunikasi adalah pengirim pesan,
penerima pesan, media dan umpan balik. Semua perilaku individu pengirim dan
penerima adalah komunikasi yang akan memberi efek pada perilaku,pesan yang
disampaikan dapat berupa verbal dan nonverbal. Bermain merupakan cara
berkomunikasi dan berhubungan yang baik dengan klien anak.
Perawat dapat menyampaikan atau mengkaji secara nonverbal antara lain ;
vokal ; nada,kualitas,keras atau lembut,kecepatan,yang semuanya
menggambarkan suasana emosi.
1. gerakan ; refleks,postur,ekspresi muka, gerakan yang berulang,atau gerakan
gerakan yang lain. Khusus gerakan dan ekspresi muka dapat diartikan sebagai
suasana hati.
2. jarak (space)
Jarak dalam berkomunikasi dengan orang lain menggambarkan keintiman.
3. sentuhan : dikatakan sangat penting, namun perlu mempertimbangkan aspek
budaya dan kebiasaannya.
Agar perawat dapat berperan efektif dalam terapeutik iya harus menganalisa
dirinya : kesadaran diri klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggung jawab. Seorang perawat tidak akan dapat mengetahui kondisi klien
jika tidak ada kemampuan menghargai keunikan klien.
Komunikasi terapeutik tidak dapat berlangsung sendirinya, tetapi harus di
rencanakan, di pertimbangkan dan di lakukan secara profesional,. Pada saat
pertama kali perawat melakukan komunikasi terapeutik proses komunikasi
umumnya berlangsung singkat, canggung,semu dan seperti di buat buat . hal ini
akan lebih membantu untuk mempersepsikan masing masing hubungan pasien
karena adanya kesempatan untuk mencapai hubungan antar manusia yang positif
sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan terapeutik.

B. fase – fase komunikasi terapeutik


1. Tahap persiapan ( Prainteraksi)
Tahap persiapan atau prainteraksi sangat pentig dilakukan sebelum
berinteraksi dengan klien ( christina, dkk, 2002). Pada tahap ini perawat menggali
perasaan dan mengidentifikasi kelebihan dan kekurangannya. Pada tahap ini
perawat juga mencari informasi tentang klien. Kemudian perawat merancang
strategi ntuk pertemuan pertama dengan klien. Tahap ini harus dilakukan oleh
seorang perawat untuk memahami dirinya, mengatasi kecemasannya, dan
meyakinkan dirinya bahwa dia siap untuk berinteraksi dengan klien
( Suryani,2005).
Tugas perawat pada tahap ini antara lain:
a. mengeksplorasi perasaan, harapan, dan kecemasan, sebelum berinteraksi
dengan klien, perawat perlu mengkaji persaanny sendiri ( Stuart, G.W dalam
Suryani 2005). Perasaan apa yang mucul sehubungan dengan interaksi yang
akandilakukan. Apakah ada perasaan cemas? Apa yang dicemaskan? (Suryani,
2005).
b. menganalisis kekuatan dan kelemahan sendiri. Kegiatan ini sangat pentig
dilakukan agar perawat mampu mengatasi kelemahannya secara maksimal pada
saat berinteraksi dengan klien. Misalnya seorang perawat mungkin mempunyai
kekuatan mampu memulai pembicaraan dan sensitif terhadap perasaan orang lain,
keadaan ini mungkin bisa dimanfaatkan perawat untuk memudahkannya dalam
membuka pembicaraan dengan klien dan membina hubungan saling percaya
( Suryani, 2005).
c. mengumpulkaan data tentang klien. Kegiatan ini juga sangat penting
karna dengan mengetahui informasi tentang klien perawat bisa memahami klien.
Paling tidak perawat bisa mengetahui identitas klien yang bisa digunakan pada
saat mmulai interaksi ( Suryani,2005).
d. merencanakan pertemuan yang pertama dengan klien. Perawat perlu
merencanakan pertemuan pertama dengan klien. Hal yang direncanakan
mencakup kapan, dimana, dan strategi apa yang akan dilakukan untuk pertemuan
pertama tersebut ( Suryani, 2005).

2. Tahap Perkenalan
Perkenalan merupakan kegiatan yang dilakukan saat pertama kali bertemu antau
kontak dengan klien. Pada saat perkenalan, perawat harus memperkenalkan
dirinya terlebih dahulu kepada klien. Dengan memperkenalkan dirinya berarti
perawat telah bersikap terbuka pada klien dan ini diharapkan akan mendorong
klien untuk membuka dirinya. Tujuan tahap ini adalah untuk memvalidasi
keakuratan data dan rencana yang telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, serta
mengevaluasi hasil tindakan yang lalu.

Tugas perawat pada tahap ini antara lain :


a. Membina rasa saling percaya, menunjukkan penerimaan, dan komunikasi
terbuka. Hubungan saling percaya merupakan kunci dari keberhasilan hubungan
terapeutik, karena tanpa adanya rasa saling percaya tidak mungkin akan terjadi
keterbukaan antara kedua belah pihak. Hubungan yang dibina tidak bersifat statis,
bisa beubah tergantung pada situasi dan kondisi. Karena itu, untuk
mempertahankan atau membina hubungan saling percaya perawat harus bersikap
terbuka, jujur, ikhlas, menerima klien apa adanya, menepati janji, dan menghargai
klien.
b. merumuskan kontrak pada klien. Konrak ini sangat penting untuk menjamin
kelangsungan sebuah interaksi. Pada saat merumuskan kontrak perawat juga perlu
menjelaskan atau mengklarifikasi peran peran perawat dan klien agar tidak terjadi
kesalah pahaman klien terhadap kehadiran perawat. Disamping itu juga untuk
menghindari adanya harapan yang terlalu tinggi dari klien terhadap perawat
karena klien menganggap perawat seperti dewa penolong yang serba bisa dan
serba tahu. Perawat perlu menekankan bahwa perawat hanya membantu,
sedangkan kekuatan dan keinginan untuk berubah ada pada diri klien sendiri.
c. menggali pikiran dan perasaan serta mengidentifikasi masalah klien. Pada tahap
ini perawat mendorong klien untuk mengekspresikan perasaannya. Dengan
memberikan pertanyaan terbuka, diharapkan perawat dapat mendorong klien
untuk mengekspresikan pikiran dan perasaannya sehingga dapat mengidentifikasi
masalah klien.
d. merumuskan tujuan dengan klien. Perawat perlu merumuskan tujuan interaksi
bersama klien karena tanpa keterlibatan klien mungkin tujuan sulit dicapai.
Tujuan ini dirumuskan setelah klien diidentifikasi.
Fase orientasi, fase ini dilaksanakan pada awal setiap pertemuan kedua dan
seterusnya, tujuan fase ini adalah memvalidasi keakuratan data, rencana yang
telah dibuat dengan keadaan klien saat ini, dan mengevaluasi hasil tindakan yang
lalu. Umumnya dikaitkan dengan hal yang telah dilakukan bersama klien.

3. Tahap Kerja
Tahap kerja ini merupakan tahap inti dari keseluruhan proses komunikasi
terapeutik. Pada tahap ini perawat dan klien bekerja bersama-sama untuk
mengatasi masalah yang dihadapi klien. Pada tahap kerja ini dituntut kemampuan
perawat dalam mendorong klien mengungkap perasaan dan pikirannya. Perawat
juga dituntut untuk mempunyai kepekaan dan tingkat analisis yang tinggi terhadap
adanya perubahan dalam respons verbal maupun nonverbal klien.
Pada tahap ini perawat perlu melakukan active listening karena tugas perawat
pada tahap kerja ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah klien. Melalui active
listening, perawat membantu klien untuk mendefinisikan masalah yang dihadapi,
bagaimana cara mengatasi masalahnya, dan mengevaluasi cara atau alternatif
pemecahan masalah yang telah dipilih.
Perawat juga diharapkan mampu menyimpulkan percakapannya dengan klien.
Teknik menyimpulkan ini merupakan usaha untuk memadukan dan menegaskan
hal-hal penting dalam percakapan, dan membantu perawat-klien memiliki pikiran
dan ide yang sama. Tujuan Teknik menyimpulkan adalah membantu klien
menggali hal-hal dan tema emosional yang penting.

4. Tahap Terminasi
Terminasi merupakan akhir dari pertemuan perawat dengan klien. Tahap ini
dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi akhir.
Terminasi sementara adalah akhir dari pertemuan perawat-klien, setelah terminasi
sementara, perawat akan bertemu kembali dengan klien pada waktu yang telah
ditentukan.
Terminasi akhir terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan
secara keseluruhan.
Tugas perawat pada tahap ini antara lain :
a. Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi yang telah dilaksanakan.
Evaluasi juga disebut evaluasi objektif. Dalam mengevaluasi, perawat
tidak boleh terkesan menguji kemampuan klien, akan tetapi sebaiknya
terkesan sekedar mengulang atau menyimpulkan.
b. Melakukan evaluasi subjektif. Evaluasi subjektif dilakukan dengan
menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan perawat. Perawat
perlu mengetahui bagaimana perasaan klien setelah berinteraksi dengan
perawat. Apakah klien merasa bahwa interaksi itu dapat menurunkan
kecemasannya? Apakah klien merasa bahwa interaksi itu ada gunanya?
Atau apakah interaksi itu justru menimbulkan masalah baru bagi klien.
c. Menyepakati tindak lanjut terhadap interaksi yang etlah dilakukan.
Tindakan ini juga disebut sebagai pekerjaan rumah untuk klien. Tindak
lanjut yang diberikan harus relevan dengan interaksi yang akan dilakukan
berikutnya. Misalnya pada akhir interaksi klien sudah memahami tentang
beberapa alternative mengatasi marah. Maka untuk tindak lanjut perawat
mungkin bisa meminta klien untuk mencoba salah satu dari alternative
tersebut.
d. Membuat kontrak untuk pertemuan berikutnya. Kontrak ini penting dibuat
agar terdapat kesepakatan antara perawat dan klien untuk pertemuan
berikutnya. Kontrak yang dibuat termasuk tempat, waktu, dan tujuan
interaksi.
Stuart G.W (1998) dalam Suryani (2005), menyatakan bahwa proses terminasi
perawat-klien merupakan aspek penting dalam asuhan keperawatan, sehingga jika
hal tersebut tidak dilakukan dengan baik oleh perawat, maka regresi dan
kecemasan dapat terjadi lagi pada klien. Timbulnya respon tersebut sangat
dipengaruhi oleh kemampuan perawat untuk terbuka, empati dan responsif
terhadap kebutuhan klien pada pelaksanaan tahap sebelumnya.

C. Tekhnik – Tekhnik Komunikasi Terapeutik


1. Bertanya
Bertanya (questioning) merupakan tekhnik yang dapat mendorong klien untuk
mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Tekhnik berikut sering digunakan pada
tahap orientasi.
a. Pertanyaan fasilitatif dan nonfasilitatif
Pertanyaan fasilitatif (facilitative question) terjadi jika pada saat bertanya
perawat sensitif terhadap pikiran dan perasaan serta secara langsung
berhubungan dengan masalah klien, sedangkan pertanyaan nonfasilitatif
(nonfacilitative question) adalah pertanyaan yang tidak efektif karena
memberikan pertanyaan yang tidak fokus pada masalah atau pembicaraan,
bersifat mengancam, dan tampak kurang pengertian terhadap klien.
b. Pertanyaan terbuka dan tertutup
Pertanyaan terbuka (open question) digunakan apabila perawat
membutuhkan jawaban yang banyak dari klien. Dengan pertanyaan
terbuka, perawat mampu mendorong klien mengekspresikan dirinya.
Pertanyaan tertutup (closed question) digunakan ketika perawat
membutuhkan jawaban yang singkat.
c. Inappropriate quantity question
Inappropriate quality question yaitu pertanyaan yang tidak baik diberikan
pada klien dan biasanya dimulai kata “why” (mengapa). Why question ini
dipertimbangkan tidak tepat karena :
1) Terkesan menginterogasi, sehingga klien merasa seolah olah
diintimidasi. Hal ini bisa menghambat keterbukaan klien terhadap
perawat.
2) Tidak akan dapat menggali perasaan klien yang sebenarnya karena
why question mengiring klien untuk menjawab secara rasional atau
mengemukakan alasan dari suatu perbuatan atau keadaan, bukan
bagaimana perasaannya terhadap kejadian.

2. Mendengarkan
Mendengarkan (listening) merupakan dasar utama dalam komunikasi terapeutik.
Mendengarkan adalah proses aktif dan penerimaan informasi serta penelaahan
reaksi seseorang terhadap pesan yang diterima.
Selama mendengarkan, perawat harus mengikuti apa yang dibacakan klien dengan
penuh perhatian. Perawat memberikan tanggapan dengan tepat dan tidak
memotong pembicaraan klien. Tunjukkan perhatian bahwa perawat mempunyai
waktu untuk mendengarkan.

3. Mengulang
Mengulang (restarting) yaitu mengulang pokok pikiran yang diungkapkan klien.
Gunanya untuk menguatkan ungkapan klien dan memberi indikasi perawat
mengikuti pembicaraan klien. Restarting (pengulangan) merupakan suatu strategi
yang mendukung listening.

4. klarifikasi
Klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan kembali ide atau pikiran klien yang
tidak jelas atau meminta klien untuk menjelaskan arti dari ungkapannya.
Pada saat klarifikasi, perawat tidak boleh menginterpretasikan apa yang dikatakan
klien, juga tidak boleh menambahkan informasi. Apabila perawat
menginterpretasikan pembicaraan klien, maka penilaiannya akan berdasarkan
pandangan dan perasaannya. Fokus utama klarifikasi adalah pada perasaan, karena
pengertian terhadap perasaan klien sangat penting dalam memahami klien.

5. Refleksi
Refleksi (reflection) adalah mengarahkan kembali ide, perasaan, pertanyaan dan
isi pembicaraan kepada klien. Hal ini digunakan untuk memvalidasi pengertian
perawat tentang apa yang diucapkan klien dan menekankan empati, minat, dan
penghargaan terhadap klien.
Tekhnik-tekhnik refleksi terdiri dari,
a. Refleksi visi, yaitu memvalidasi apa yang didengar, klarifikasi ide yang
diekspresikan klien dengan pengertian perawat.
b. Refleksi perasaan, yaitu memberi respon pada perasaan klien terhadap isi
pembicaraan, agar klien mengetahui dan menerima perasaannya.
Gunanya untuk :
a) Mengetahui dan menerima ide dan perasaan
b) Mengoreksi
c) Memberi keterangan lebih jelas,
Ruginya adalah :
a) Mengulang terlalu sering dan sama
b) Dapat menimbulkan marah, iritasi dan frustasi
6. Memfokuskan
Memfokuskan (focusing) bertujuan memberi kesempatan kepada klien untuk
membahasa masalah inti dan mengarahkan komunikasi klien pada pencapaian
tujuan. Dengan demikian, akan terhindar dari pembicaraan tanpa arah dan
penggantian topik pembicaraan. Hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan
metode ini adalah usahakan untuk tidak memutus pembicaraan ketika klien
menyampaikan masalah penting.

7. Diam
Tekhnik diam (silence) digunakan untuk memberikan kesempatan pada klien
sebelum menjawab pertanyaan perawat. Diam akan memberikan kesempatan
kepada perawat dan klien untuk mengorganisasikan pikiran masing-masing.
Tekhnik ini memberikan waktu pada klien untuk berfikir dan menghayati,
memperlambat tempo interaksi, sambal perawat menyampaikan dukungan,
pengertian, dan penerimaannya. Diam juga memungkinkan klien untuk
berkomunikasi dengan dirinya sendiri dan berguna pada saat klien harus
mengambil keputusan.

8. Memberi Informasi
Memberikan tambahan informasi (informing) merupakan tindakan penyuluhan
Kesehatan klien. Tekhnik ini sangat membantu dalam mengajarkan Kesehatan
atau Pendidikan pada klien tentang aspek-aspek yang relevan dengan perawatan
diri dan penyembuhan klien. Informasi yang diberikan pada klien harus dapat
memberikan pengertian dan pemahaman tentang masalah yang dihadapi klien
serta membantu dalam memberikan alternatif pemecahan masalah.

9. menyimpulkan
Menyimpulkan (summarizing) adalah tekhnik komunikasi yang membantu klien
mengeksplorasi poin penting dari interaksi perawta-klien. Tekhnik ini membantu
perawat dan klien untuk memiliki peran dan ide yang sama saat mengakhiri
pertemuan. Poin utama dalam menyimpulkan yaitu peninjauan kembali
komunikasi yang telah dilakukan.
Manfaat dari menyimpulkan antara lain ;
a. Memfokuskan pada topik yang relevan
b. Menolong persawat dalam mengulang aspek utama interaksi
c. Membantu klien untuk merasa bahwa perawar memahami perasaannya.
d. Membantu klien untuk dapat mengulang informasi dan membuat
tambahan atau koreksi terhadap informasi sebelumnya.

10. Mengubah Cara Pandang


Tekhnik mengubah cara pandang (refarming0 ini digunakan untuk memberikan
cara pandang lain sehingga klien tidak melihat sesuatu atau masalah dari aspek
negatifnya saja. Tekhnik ini sangat bermanfaat terutama ketika klien berfikiran
negative terhadap sesuatu, atau memandang sesuatu dari sisi negatifnya. Seorang
perawat kadang memberikan tanggapan yang kurang tepat ketika klien
mengungkapkan masalah, misalnya menyatakan “sebenarnya apa yang anda
pikirkan tidak seburuk itu kejadiannya”. Refarming akan membuat klien mampu
melihat apa yang dialaminya dari sisi positif sehingga memungkinkan klien untuk
membuat perencanaan yang lebih baik dalam mengatasi masalah yang
dihadapinya.

11. Eksplorasi
Eksplorasi bertujuan untuk mencari atau menggali lebih jauh atau lebih dalam
masalah yang dialami klien supaya masalah tersebut bisa diatasi. Tekhnik ini
bermanfaat pada tahap kerja untuk mendapatkan gambaran yang detail tentang
masalah yang dialami klien.

12. Membagi Persepsi


Stuart G.W (1998) menyatakan, membagi persepsi (sharing perception) adalah
meminta pendapat klien tentang hal yang perawat rasakan atau pikirkan. Tekhnik
ini digunakan ketika perawat merasakan atau melihat ada perbedaan antara respos
verbal dan respos nonverbal klien.

13. mengidentifikasi tema


Perawat harus tanggap terhadap cerita yang disampaikan klien dan harus mampu
menangkap tema dari seluruh pembicaraan tersebut. Gunanya adalah untuk
meningkatkan pengertian dan menggali masalah penting. Tekhnik ini sangat
bermanfaat pada tahap awal kerja untuk memfokuskan pembicaraan pada awal
masalah yang benar-benar dirasakan klien.

14. humor
Humor bisa mempunyai beberapa fungsi dalam hubungan terapeutik. Florence
nightingale dalam Anonymous (1999) pernah mengatakan suatu pengalaman pahit
sangat baik ditangani dengan humor. Humor dapat meningkatkan kesadaran
mental dan kreativitas, serta menurunkan tekanan darah dalam nadi.
Dalam beberapa kondisi berikut humor mungkin bisa dilakukan :
a. Pada saat klien mengalami kecemasan ringan sampai sedang, humor
mungkin bisa menurunkan kecemasan klien.
b. jika relevan dan konsisten dengan social budaya klien.
c. Membantu klien mengatasi masalah lebih efektif.
15. memberikan pujian
Memberikan pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang
didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna
untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien. Reinforcement
bisa diungkapkan dengan kata-kata ataupun melalui isyarat nonverbal.

D. proses Komunikasi Terapeutik Dalam Perawatan


1. proses komunikasi :
a. Reference, stimulus yang memotifasi seseorang untuk berkomunikasi dengan
orang dapat berupa pengalaman, ide atau tindakan.
b. pengirim/sumber/encorder, disebut juga komunikator. Bisa perorangan atau
kelompok.
c. pesan/berita, informasi yang dikirimkan. Dapat berupa kata-kata, Gerakan
tubuh arau ekspresi wajah.
d. media/saluran, alat atau sarana yang dipilih pengirim untuk menyampaikan
pesan pada penerima/sasaran.
e. penerimaan/sasaran decoder, kepada siapa pesan yang ingin disampaikan
tersebut dituju.
f. umpan balik/feed back/respons, reaksi dari sasaran terhadap pesan yang
disampaikan.

2. Komunikasi Terapeutik Dalam Perawatan


a. Pengkajian
1) menentukan kemampuan seseorang dalam proses informasi
2) mengevaluasi data tentang status mental pasien untuk menentukan batas
intervensi.
3) mengevaluasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi secara verbal.
4) mengobservasi apa yang terjadi pada pasien tersebut saat ini.
5) mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien sehingga interaksi yang
diharapkan bisa realistic
6) menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan nonverbal yang
sesuai.
7) mengkaji tingkat kecemasan pasien sehingga dapat mengantisifasi intervensi
yang dibutuhkan.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Analisa tertulis dari penemuan pengkajian
2) Sesi perencanaan tim Kesehatan.
3) Diskusi dengan klien dan keluarga untuk menentukan metoda
implementasi.
4) Membuat rujukan.

c. Rencana Tujuan
1) rencana asuhan tertulis
2) membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
3) membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan.
4) meningkatkan harga diri pasien.
5) memberikan support karena adanya perubahan lingkungan.
6) perawat dan pasien sepakat untuk berkomunikasi secara lebih terbuka.

d. implementasi
1) memperkenalkan diri kepada pasien.
2) memulai interaksi kepada pasien.
3) membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya.
4) menganjurkan kepada pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan
kebutuhannya.
5) menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien.

e. evaluasi
1) pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi
kebutuhan sendiri.
2) komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah.
3) membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan.

Anda mungkin juga menyukai