Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TUNARUNGU (Gangguan Pendengaran)

“Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Penjas Adaptif”


Dosen Pengampu : Ramdani Rahman, M.Pd.

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Angga Nugraha(202223092)
2. Didin Khoirudin Yusuf (202223095)
3. Nira Nurfadilah (2022230)

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN MUHAMMADIYAH
KUNINGAN 2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT Rabb alam
semesta atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan judul TUNARUNGU (Gangguan Pendengaran)”.
Serta tidak lupa kami panjatkan shalawat dan salam kepada junjungan Nabiullah
Muhammad SAW kepada keluarga, para sahabat dan kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Penjas Adaptif.
Untuk itu, pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada pihak-
pihak yang turut memberikan dorongan dan bantuan dalam penyelesaian makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan diterima oleh semua pihak.
Oleh karena itu, saran dan keritik yang membangun kami harapkan dari para
pembaca.

Kuningan, 26 Februari 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C. Tujuan........................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3

A. Penanganan Tunarungu............................................................................. 3
B. Metode Pembelajaran ............................................................................... 4
C. Cabang Olahraga yang sesuai.................................................................... 11
D. Perilaku Sosial........................................................................................... 12
E. Karakteristik.............................................................................................. 14

BAB III PENUTUP............................................................................................... 16

A. Kesimpulan................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak berkebutuhan khusus (special needs children) dapat diartikan sebagai
anak yang lambat (slow) atau mengalami gangguan (retarded) yang tidakakan
pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak pada umumnya. Anak
berkebutuhan khusus (ABK) juga diartikan sebagai anak yang mengalami
gangguan fisik, bahasa dan bicara, intelegensi, emosi dan sosial sehingga
membutuhkan pembelajaran secara khusus.
Istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus. Menurut
World Health Organization (WHO), disability adalah keterbatasan atau kurangnya
kemampuan (yang dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan aktivitas
sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan
dalam level individu.
Orang tuli dan sulit mendengar yang berada di masyarakat sangat beragam,
sangat berbeda penyebab dan tingkatan gangguan pendengarannya. Penanganan
untuk berinteraksi dengan anak tunarungu juga berbeda-beda, tergantung pada
tingkatan usia yang berbeda, latar belakang pendidikan, metode komunikasi, dan
bagaimana perasaan mereka tentang gangguan pendengaran mereka. Bagaimana
seseorang “melabeli” diri mereka sendiri dalam hal gangguan pendengaran
tersebut mencerminkan identifikasi dari masyarakat mengenai tuli. Dengan
demikian, hal itu akan terklasifikasi apakah mereka tuli atau Tuli.
Sebagaimana anak-anak normal pada umumnya, anak tunarugu tentu
menginginkan kesempatan yang sama dalam meraih masa depan yang dicita-
citakannya. Dalam hal ini, berarti peran orang di sekitarnya sangat dibutuhkan
untuk membantu mengarahkan anak tunarungu mewujudkan cita-citanya. Dengan
kesadaran ini, diharapkan potensi-potensi dari anak tunarungu dapat

1
dikembangkan sebaik mungkin sehingga prestasi yang gemilang dapat terwujud
dan turut membanggakan Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penanganan untuk tunarungu?
2. Bagaimana metode pembelajaran yang sesuai untuk tunarungu?
3. Apa saja cabang olahraga yang sesuai untuk tunarungu?
4. Bagaimana perilaku sosial terhadap penyandang tunarungu?
5. Bagaimana karakteristik tunarungu?

C. Tujuan
1. Mengetahui penanganan untuk tunarungu
2. Mengetahui metode pembelajaran yang sesuai untuk tunarungu
3. Mengetahui cabang olahraga yang sesuai untuk tunarungu
4. Mengetahui perilaku sosial terhadap penyandang tunarungu
5. Mengetahui karakteristik tunarungu

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penanganan Tunarungu
1. Beri Perhatian, bimbingan dan juga motivasi
Anak yang mempunyai kebutuhan khusus tunarungu, tentunya sangat
membutuhkan perhatian khusus, bimbingan yang lebih dan juga motivasi kuat dari
orang tuanya. Jika hal tersebut dilakukan secara intens, tentunya akan membuat
anak terus berkembang dengan lebih baik. Dibutuhkan kesabaran yang cukup
tinggi untuk orang tua dalam menangani anak-anaknya. Namun untuk
perkembangan anak, tentunya orang tua harus senantiasa mendampinginya.

2. Beradaptasi dengan anak


Penanganan anak tunarungu selanjutnya adalah sangat dibutuhkan adaptasi
antara anak tunarungu dan orang-orang yang ada di sekelilingnya. Apabila
adaptasi ini tidak berjalan dengan baik, maka cara apapun yang dilakukan tidak
akan mampu membantu perkembangan anak tersebut. Saat melakukan proses
adaptasi dan berjalan dengan sangat baik, tentunya akan membuat hal kedepannya
bisa lebih mudah. Adaptasi ini juga akan membuat anak merasa dipahami dengan
baik.

3. Tingkatkan kedekatan emosional dengan anak penderita tunarungu


Kedekatan secara emosional merupaka bagian sangat penting yang harus
Anda lakukan saat akan menangani anak-anak tunarungu. Kedekatan secara
emosional tentunya sangat dibutuhkan agar anak dapat mempercayai apa yang
akan disampaika. Dengan cara ini juga Anda bisa semakin dengan dengan anak
penderita tunarungu. Sehingga saat kedekatan emosional ini terus berlangsung
makan mereka akan terus merasa aman dengan Anda.

3
4. Mengikuti apa yang disarankan oleh para ahli
Bagi Anda yang tidak terlalu paham dengan baik bagaimana cara yang
tepat untuk mendidik anak tunarungu. Anda bisa coba untuk meminta saran pada
ahlinya. Baik guru, dokter atau Anda bisa membaca buku khusus berkaitan dengan
perkembangan anak tunarungu. Sehingga nantinya Anda akan dapat menemukan
cara paling tepat untuk mendidik dan menangani anak tunarungu.

5. Pahami saat ia ingin mengatakan sesuatu


Saat anak normal menginginkan sesuatu mereka akan dengan sangat
mudah mengatakannya. Namun berbeda halnya dengan anak tunarungu, mereka
harus menggunakan bahasa isyarat untuk mengatakannya. Jika Anda tidak
memahaminya, maka bagi anak tunarungu juga akan sangat kesulitan untuk bisa
bertahan kedepannya.

B. Metode Pembelajaran Tunarungu


1. Metode Oral
Metode Oral Metode oral merupakan metode pembelajaran untuk melatih
anak tunarungu berkomunikasi secara lisan. Metode oral yaitu cara mengajarkan
anak tunarungu agar bisa berkomunikasi secara lisan (verbal) di dalam lingkungan
orang dengar. Tujuan utama metode ini adalah melatih anak berbicara verbal agar
bisa berkomunikasi dengan orang lain secara verbal (Sadja’ah, 2013: 147). Dengan
metode oral, anak diharapkan agar dapat mengungkapkan diri dengan bicara dan
menangkap pesan orang lain lewat ujaran serta memanfaatkan sisa
pendengaran(Wicaksono, 2012: 8).
Metode oral juga dikenal dengan sebutan MMR (Metode Maternal
Reflektif). Ramadhani (2014: 30) menjelaskan bahwa MMR merupakan metode
yang memanfaatkan percakapan sebagai dasar dari proses pembelajaran dengan

4
menggunakan bahasa verbal secara spontan dan reflektif. Langkah-langkah
metode tersebut adalah (Winarsih (2010: 107) yaitu:
a. Mengadakan percakapan dari hati ke hati (Perdati).
b. Membuat ideo-visual yaitu hasil percakapan anak divisualisasikan atau
ditulis di papan tulis. Visualisasi hasil berupa percakapan dapat berupa
cakap balon atau kalimat langsung maupun tak langsung.
c. Mengadakan percakapan membaca video visual (Percami) dengan teknik
menanyakan pernyataan, pertanyaan, dan provokasi (menyatakan hal yang
sebaliknya).
d. membuat deposit, yaitu membuat narasi hasil percakapan membaca video
visual (Nahapercami).
e. Mengadakan percakapan linguistik (Percali) atau percakapan tentang
bahasa yaitu mempercakapkan hasil deposit untuk menemukan hukum-
hukum bahasa.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa metode oral
merupakan metode dasar pada pembelajaran anak tunarungu. Metode ini
menekankan pada latihan anak tunarungu untuk berbicara dengan menggunakan
bahasa verbal secara spontan dan reflektif. Hasil penelitian pun menggambarkan
bahwa peran metode oral dalam proses pembelajaran anak tunarungu sangat
berdampak baik terutama pada proses komunikasi siswa. Akan tetapi, tidak semua
kelas tunarungu dapat menggunakan metode ini pada proses pembelajarannya.
Merujuk pada teori tentang klasifikasi anak tunarungu, anak tunarungu yang dapat
digunakan metode ini dalam pembelajarannya yaitu anak tunarungu dengan
tingkat ketunarunguan antara 20-30 dB atau slight losses, 30-40 dB (mild losses)
dan moderate losses atau anak tunarungu dengan tingkat ketunarunguan antara 40-
60 dB.
2. Membaca Ujaran
Dalam dunia pendidikan, membaca ujaran sering disebut juga dengan
membaca gerakan bibir (lip reading). Membaca ujaran merupakan kegiatan

5
mengamati dan memahami gerak bibir lawan bicara pada saat berbicara. Menurut
Putri (2019: 37), membaca ujaran merupakan salah satu komponen pembelajaran
bahasa anak tunarungu yang bertujuan agar anak dapat menangkap arti apa yang
dibicarakan orang lain secara lisan. Menurut Somad (Nurdina, 2015: 28-29),
membaca ujaran adalah kegiatan mengamati bentuk gerak bibir lawan bicara pada
saat berbicara. Dalam proses kegiatan membaca ujaran, pengetahuan bahasa dan
ekspresi muka pun turut berperan.
Penggunaan metode ujaran pada pembelajaran anak tunarungu sama seperti
penggunaan metode-metode lainnya, yang mana memiliki langkah atau tahap-
tahap tertentu, seperti latihan pendengaran, pengucapan, kinestetik, serta
percakapan/pegucapan spontan (Wardani, dalam Putri,2019: 39-42). Contoh kasus
tipe substitusi, anak mengganti konsonan –K- dengan–T.
1. Latihan Pendengaran
Anak mendapat kotak dengan balok kecil atau batu-batu. Guru
mengucapkan suku kata atau katakata dengan –K- atau –T- dan anak diminta
menaruh batu atau balok kecil di kotak kalau yangdidengarnya –K- atau -T-.
Latihan itu diberikan berdasarkan langkahlangkah sebagai berikut.
a. Anak diminta menaruh balok di kotak kalau ia mendengar bunyi –K. Guru
mengucapkan suku kata yang mengandung –K-, tetapi belum dengan T.
Contoh: Ka – mu – go – hu – ke, dan sebagainya.
b. Anak diminta menaruh balok di kotak lain bila mendengar bunyi –T.
Contoh: ta – mu – go – tu –to – bu – dan sebagainya.
c. Guru mengucapkan suku kata dengan –T- dan –K-. Anak harus menaruh
balok dalam kotak kalau ia mendengar –K- atau –T-. Suku kata –K- dan –T
masih dicampur dengan suku kata lain. Contoh: - ka – bu – tu – ka – de –
ti– ku, dan sebagainya.
d. Guru hanya mengucapkan suku kata yang dimulai dengan bunyi -T dan –K,
kemudian anak harus menaruh balok dalam kotak yang cocok. Contoh: ka–
ti – ku – ko – ta – ko, dan sebagainya.

6
2. Latihan Pengucapan
Anak dilatih untuk mengucapkan suku kata –kadengan menekan lidah.
Penekanan lidah makin lama makin dihilangkan.
3. Latihan Kinestetik
Latihan ini bertujuan untuk mengotomatisasi pola ucapan. Latihan diberika
dengan memperlihatkan gambar yang namanya mengandung bunyi –kdan –t-
secara bergantian. Anak diminta untuk menyebutkan nama gambar yang
diperlihatkan.
4. Latihan Percakapan/Pengucapan Secara Spontan
Untuk menstimulasi terjadinya percakapan, anak diminta untuk menjawab
pertanyaan, yang jawabannya diperkirakan mengandung bunyi –k- dan –t-.
Latihan untuk memperbaiki gangguan artiku-lasi tipe lainnya, seperti omisi
distorsi, dan adisi, dapat menggunakan metode pemenggalan suku kata
sebagai berikut.
Contoh kasus tipe Omisi:
CINCIN diucapkan CICIN
Latihan pengucapan:
CIN......; CIN........; CIN
CIN-CIN; CIN – CIN; CIN –
CIN
CINCIN; CINCIN; CINCIN
Contoh kasus tipe distorsi:
TINTA diucapkan NITA
Latihan Pengucapan:
TIN... TIN..TIN...; TA... TA...
TA
TIN...TIN; TA...TA
TIN....TA
TINTA

7
Contoh kasus: tipe Adisi: FOTO dicapkan FORTO
Latihan Pengucapan:
FOT...FOT...FOT;
TO....TO...TO
FOT...FOT...; TO...TO
FOT...TO
FOTO.”
Dalam menggunakan metode membaca ujaran sebaiknya menggunakan
kata-kata yang lazim dan mudah dipahami oleh anak-anak. Kata-kata yang
lazim dan mudah dipahami itu akan menarik perhatian siswa untuk belajar.

3. Metode Manual
Metode manual yaitu cara mengajar atau melatih anak tunarungu
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa isyarat atau ejaan jari. Bahasa manual
mempunyai unsur gerakan badan terutama tangan yang ditangkap melalui
penglihatan. Menurut Uden (Wicaksono, 2012: 12), bahasa isyarat artinya bahasa
dengan menggunakan tangan walaupun dalam kenyataan, ekspresi muka dan
lengan juga digunakan atau berperan. Sejalan dengan hal itu, Reynolds dan Mann
sebagaimana dikutip oleh Nugroho (2016 :12) mengartikan bahasa isyarat sebagai
istilah umum yang mengacu pada setiap gestural atau bahasa visual yang
menggunakan bentuk dan gerakan jari-jari, tangan, dan lengan yang spesifik, serta
gerakan mata, wajah, kepala, dan tubuh. Menurut Wardani (Yuliansyah, 2018: 4),
bahasa isyarat bagi kaum tunarungu merupakan bahasa alamiah mereka, bahkan
dapat dikatakan sebagai bahasa ibu, karena dalam pemerolehannya tidak berbeda
dengan pemerolehan bahasa ibu orangorang yang mendengar. Metode ini didasari
oleh pandangan bahwa sesuai dengan kodratnya bahasa yang paling cocok untuk
anak tunarugu adalah bahasa isyarat. Bunawan (Wicaksono, 2012: 12-13)
mengemukakan bebereapa jenis bahasa isyarat.

8
1. Bahasa isyarat dapat diartikan sebagai dactilogy atau “bahasa jari” atau
juga lebih dikenal dengan sebutan abjad jari (finger spelling). Sistem ini
dibedakan antara lain.
a. Gerak atau posisi jari yang menggambarkan abjad atau ejaan
b. Gerak atau posisi jari yang menggambarkan bunyi bahasa
2. stilah isyarat juga sering digunakan untuk menunjukkan bahasa tubuh atau
body language.Bahasa tubuh meliputi keseluruhan ekspresi tubuh, seperti
sikap tubuh, ekspresi muka, pantomimic, dan gerak yang dilakukan oleh
seseorang secara wajar dan alami.
3. Bahasa isyarat alami atau asli, digunakan anak tunarungu”.
Meski demikian, metode isyarat pun memiliki kelemahan (Wicaksono,
2012: 14).
a. Kurang efisien, karena banyak isyarat yang harus dipelajari.
b. Tidak semua pengertian dapat diisyaratkan, lebih-lebih pengertian yang
abstrak.
c. Menyiapkan orang-orang normal untuk dapat menangkap isyarat.
d. Kurang praktis bagi anak yang sedang membawa barang.
Sementara itu, Rahmawati (2018: 19) membahas tentang kelebihan dalam
penerapan bahasa isyarat yaitu:
a. Penggunaan bahasa isyarat lebih mudah dari bahasa lisan
b. Penyandang tuli dengan organ bicara yang mengalami kelainan sehingga
kesulitan dalam membuat bunyi bicara
c. Penyandang tuli lebih menyukai berkomunikasi dengan teman tuli lain
sehingga tidak perlu dapat berbicara lisan
d. Dengan bahasa isyarat, penyandang tuli merasa lebih nyaman karena
mempunyai bahasa khusus, bukan menjadi tiruan orang normal.

4. Komunikasi Total

9
Komunikasi total merupakan upaya perbaikan dalam mengajarkan
komunikasi bagi anak tunarungu. Istilah komunikasi total pertama kali dicetuskan
oleh Holcomb dan dikembangkan lebih lanjut oleh Denton (Sadja’ah, 2013: 150).
Komunikasi total merupakan cara berkomunikasi yang dilakukan dengan
menggunakan semua bentuk komunikasi baik oral, membaca ujaran maupun
semua bentuk isyarat. Hal serupa juga disampaikan oleh Sulastri (2013: 3-4) yang
mengatakan bahwa komunikasi total merupakan salah satu cara untuk mencapai
tujuan dari komunikasi, yaitu menyampaikan isi pesan dengan cara berkomunikasi
menggunakan modalitas secara keseluruhan dari spektrum bahasa, yaitu bahasa
lisan, isyarat, gerak-gerik tubuh, membaca ujaran dan sebagainya. Komunikasi
total adalah sebuah konsep komunikasi yang dibangun dengan tujuan agar anak
tunarungu dapat berkomunikasi secara efektif baik antar sesama tunarungu
maupun dengan orang dengar. Adapun langkah-langkah dalam penggunaan
metode ini baik dalam proses pembelajaran, pembinaan juga latihan-latihan
(Rusyani, 2019: 55) adalah:
1. Pembinaan bicara dan artikulasi, yaitu melakukan latihan-latihan
pembentukan bunyi-bunyi ujaran dalam tutur kata melalui mekanisme alat
ucap yang disertai pula dengan perbaikan (speech correction).
2. Latihan membaca ujaran (speech reading) yaitu latihan mengenalkan huruf
suku kata dan kata dengan cara memperhatikan gerakan bibir dari lawan
bicaranya.
3. Pengajaran wicara yaitu suatu upaya yang dilakukan dalam rangka
pembinaan anak didik agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap
untuk mengekspresikan pikiran, perasaan dan gagasan mendahului ucapan
dengan memanfaatkan nafas, alat-alat ucap, otot-otot dan saraf-saraf serta
inteligensi.
4. Pengajaran bahasa pasif dan aktif yaitu latihan-latihan dengan maksud anak
dapat menyuarakan bahasa tulis dan di samping itu dapat memberikan arti
dari apa yang diucapkan.

10
Dalam menggunakan metode komunikasi total, anak-anak dilatih dan
diajarkan cara berbicara atau menyampaikan pesan baik menggunakan bahasa
verbal, membaca ujaran maupun bahasa isyarat. Hal ini bertujuan agar anak-anak
mampu berkomunikasi dalam kondisi apapun. Apabila pemberi pesan atau
penerima pesan tidak bisa menggunakan bahasa verbal secara baik, maka ia bisa
menggunakan bahasa isyarat dalam menyampaikan pembicaraannya atau
keduanya bisa digunakan bersamaan.

C. Cabang Olahraga yang sesuai


Selain bertujuan untuk kebugaran tubuh, olahraga merupakan sarana bagi
seseorang untuk memperoleh prestasi melalui kejuaraan-kejuaraan. Dalam dunia
pendidikan khusus juga terdapat perlombaan olahraga yang diikuti khusus oleh
anak berkebutuhan khusus. Diamana terdapat seleksi di tingkat daerah hingga bisa
mengikuti kejuaraan nasional. Berikut ini beberapa cabang olahraga yang sesuai
untuk Tunarungu.

1. Renang
Renang merupakan cabang olahraga yang sering dipertandingkan dalam
kejuaraan anak berkebutuhan khusus. Olahraga ini bisa diajarkan pada anak
misalnya tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, maupun kekhususan lainnya.
Biasanya pembelajaran renang ini dilakukan pagi hari dan anak langsung
berangkat ke kolam renang.

2. Lari
Olahraga untuk anak berkebutuhan khusus selanjutnya adalah lari.
Olahraga ini bisa dilatihkan pada ABK dengan berbagai kekhususan kecuali anak
tunadaksa yang tidak memiliki anggota tubuh kaki yang tidak lengkap. Olahraga
ini biasa dilombakan ketika terdapat kejuaraan olahraga yang diikuti ABK.

11
3. Sepak bola
Sepak bola merupakan olahraga beregu yang bisa dilatihkan pada anak
berkebutuhan khusus termasuk anak tunanetra (hambatan penglihatan). Saat ini
olahraga sepak bola untuk tunanetra sering dilombakan dimana bola dan
gawangnya sudah disesuaikan supaya anak tunanetra bisa memainkan yakni
dengan adanya bunyi.

D. Perilaku Sosial
1. Beri Perhatian
Memperhatikan merupakan dasar dari segala upaya dalam mendidik anak
tunarungu, karena pada dasarnya mendidik anak berkebutuhan khusus merupakan
sesuatu yang membutuhkan kesabaran dan perhatian ekstra. Cara memberikan
perhatian ini dapat diwujudkan dengan menghargai anak dalam apapun yang
dilakukannya.
Perhatian ini juga dapat diwujudkan dengan memberikan kasih sayang atau
afeksi yang lebih kepada anak tunarungu agar mereka merasa dicintai, dan
mengutamakan mereka dalam kegiatan yang tidak dapat mereka lakukan sendiri
sehingga mereka benar-benar merasa diperhatikan.

2. Tumbuhkan Pemahaman Diri


Menumbuhkan pemahaman diri merupakan salah satu kunci dalam
membina atau mendidik anak tunarungu. Hal ini dapat diterapkan dengan
memberikan pemahaman tentang kondisi fisik mereka, sehingga mereka mampu
memahami semua kekurangan fisik tersebut dan tetap menghargai diri mereka
sendiri meskipun memiliki keterbatasan.
Kita juga harus memberikan pemahaman kepada mereka tentang
pentingnya memperhatikan sudut pandang orang lain, karena pada umumnya
karena kekurangan fisik yang mereka miliki, anak tunarungu cenderung memiliki
egosentrisme yang lebih tinggi daripada anak normal pada umumnya.

12
Sehingga dengan mengajarkan mereka pentingnya cara pandang orang lain
dapat mengurangi egosentrisme yang ada pada anak tunarungu. Membantu mereka
mengidentifikasi minat dan bakat mereka serta menentukan aspirasi mereka untuk
masa depan juga merupakan bentuk tumbuhnya pemahaman diri bagi anak
tunarungu.

3. Melatih Kemampuan Komunikasi


Keterbatasan anak tunarungu dalam mendengar suara disekitarnya
membuat mereka kesulitan untuk berkomunikasi secara lisan. Di sini kita bisa
mengajari mereka melalui beberapa hal seperti mengamati dan memahami gerakan
lidah dan bibir lawan bicara, lalu menyuruh mereka mengulang ucapan lawan
bicara.
Kita juga bisa melatih komunikasi mereka dengan membacakan teks
bersama mereka sehingga mereka memiliki perbendaharaan kata yang beragam,
dan mereka mampu memahami bunyi dari setiap kata yang dibaca atau didengar.
Hal-hal tersebut dapat dilakukan untuk membantu anak membiasakan diri
berekspresi dan berkomunikasi secara verbal, sehingga tidak hanya mengandalkan
bahasa isyarat.

4. Memberikan Motivasi
Dalam proses mendidik anak tunarungu, kita juga harus memotivasi anak
melalui beberapa hal, seperti pujian verbal atau melalui gerak tubuh dengan
mengacungkan jempol, memberikan tepuk tangan, dan lain sebagainya. Kita juga
dapat memotivasi mereka dengan memberikan penghargaan atas hal-hal yang telah
mereka lakukan.
Hadiah ini tidak selalu tentang hadiah besar, bisa juga dengan memberi
mereka stiker bintang atau hanya memberi mereka permen. Bentuk motivasi lain
yang bisa kita berikan adalah dengan memberikan dukungan kepada mereka untuk

13
hal-hal yang ingin mereka lakukan atau coba selama itu adalah kegiatan yang
positif.

5. Merencanakan Karier
Pendidikan yang diberikan kepada anak tunarungu tidak lain adalah untuk
membantu mereka, dalam merencanakan masa depan mereka melalui karir yang
akan mereka ambil. Oleh karena itu, kita juga dapat mendidik anak tunarungu
dalam merumuskan karir yang akan mereka lakukan dengan mengenalkan mereka
pada jenis pekerjaan yang tidak memerlukan ketangkasan dalam berbicara dan
mendengarkan.
Hal ini juga dapat membantu mereka melihat peluang karir yang ada sesuai
dengan kelebihan yang mereka miliki. Kita juga bisa mengikutsertakan mereka
dalam kursus/pelatihan untuk mengembangkan bakat mereka, atau mengajari
mereka untuk menciptakan sesuatu yang berharga dari kreativitas mereka sendiri.
Pada hakekatnya mendidik anak tunarungu hampir sama dengan mendidik
anak normal pada umumnya, namun membutuhkan kesabaran yang lebih besar
dan usaha yang lebih keras. Namun pada kenyataannya mereka dan semua anak
berkebutuhan khusus lainnya adalah anak manis yang perlu didukung dengan
kasih sayang agar dapat angkat kepala mereka. Dunia dan menempatkan senyum
di wajah Anda.

E. Karakteristik Tunarungu
Menurut Sutjihati (2006), karakteristik anak yang mengalami tunarungu
adalah sebagai berikut:

a. Karakteristik fisik
Cara berjalannya kaku dan sedikit bungkuk, gerakan matanya cepat, agak
beringas, gerakan tangan dan kakinya cepat atau lincah, pernafasannya pendek dan
agak terganggu.

14
b. Karakteristik intelegensi
Secara potensial anak tunarungu tidak berbeda dengan intelegensi anak
normal pada umumnya. Namun demikian secara fungsional intelegensi anak
tunarungu di bawah anak normal disebabkan oleh kesulitan anak tunarungu dalam
memahami bahasa karena terbatasnya pendengaran. Anak-anak tunarungu sulit
dapat menangkap pengertian yang abstrak, sebab untuk dapat menangkap
pengertian yang abstrak diperlukan pemahaman yang baik akan bahasa lisan
maupun bahasa tulisan. Tidak semua aspek intelegensi anak tunarungu terhambat,
yang mengalami hambatan hanya bersifat verbal, misalnya dalam merumuskan
pengertian, menarik kesimpulan, dan meramalkan kejadian.

c. Karakteristik emosi
Emosi anak tunarungu selalu bergolak, di satu pihak karena kemiskinan
bahasanya dan di lain pihak karena pengaruh-pengaruh dari luar yang diterimanya.
Keterbatasan yang terjadi dalam komunikasi pada anak tunarungu mengakibatkan
perasaan terasing dari lingkungannya. Anak tunarungu mampu melihat semua
kejadian, akan tetapi tidak mampu untuk memahami dan mengikutinya secara
menyeluruh sehingga menimbulkan emosi yang tidak stabil, mudah curiga, dan
kurang percaya diri.

d. Karakteristik sosial
Dalam pergaulan anak tunarungu cenderung memisahkan diri terutama
dengan anak normal, hal ini disebabkan oleh keterbatasan kemampuan untuk
melakukan komunikasi secara lisan.

e. Karakteristik bahasa
Miskin dalam kosakata, sulit dalam mengartikan ungkapan-ungkapan
bahasa yang mengandung arti kiasan, sulit mengartikan kata-kata abstrak, kurang

15
menguasai irama dan gaya bahasa. Hal ini disebabkan adanya hubungan yang erat
antara bahasa dan bicara dengan ketajaman pendengaran, mengingat bahasa dan
bicara merupakan hasil proses peniruan sehingga para anak tunarungu sangat
terbatas dalam segi bahasa.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Anak tunarungu adalah anak yang mengalami hambatan dalam mendengar
yang disebabkan karena tidak berfungsinya sebagian atau keseluruhan alat
pendengaran sehingga anak memerlukan bimbingan dan pendidikan khusus agar
dapat mengembangkan bahasa serta potensi yang dimiliki anak seoptimal
mungkin. Penyebab ketunarunguan tidak saja dari faktor dalam individu seperti
ketunarunguan dari orang tua ataupun pada saat ibu mengandung terserang
penyakit. Tetapi faktor di luar diri individu mempunyai peluang yang
mengakibatkan seseorang mengalami ketuna runguan, seperti infeksi peradangan
dan kecelakaan. Karakteristik yang khas dari anak tunarungu adalah sebagai
berikut:
1. Cara berjalan kaku dan agak membungkuk hal ini terjadi pada anak
tunarungu yang mempunyai kelainan atau kerusakan pada alat
keseimbangannya.
2. Anak tunarungu dianggap sama dengan anak normal.
3. Pengetahuan yang cukup mengenai nilai-nilai sosial dalam
masyarakat.

B. Saran
Dari hal tersebut dapat diberikan solusi yang diantaranya: Percakapan
prefektif, komunikasinya menggunakan bahasa isyarat. Berbicara dengan
mengeja perkata. Bicara dengan keras, senam lidah, Kerjasama dengan
puskesmas dalamhal kesehatan. Jadi menurut kami, penempatan dikelas
tunarungu ringan sudah tepat melihat ciri- ciri yang ditemukan pada anak
tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

https://meenta.net/olahraga-untuk-anak-berkebutuhan-khusus/
#:~:text=Renang,%2C%20tunadaksa%2C%20maupun%20kekhususan%20lainnya
https://www.google.com/amp/s/hamil.co.id/anak/parenting/penanganan-anak-
tuna-rungu/amp
https://www.kajianpustaka.com/2020/07/tunarungu.html?m=1
https://id.scribd.com/document/361054727/Isi-Makalah-Tunarungu

18

Anda mungkin juga menyukai