Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

DETEKSI SECARA TEPAT ANAK YANG MENGALAMI MASALAH DAN


KATEGORI CIRI MASALAH PADA ANAK SD
Diajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Deteksi Masalah Anak
Dosen pengampu :
Ahmad Irfan Muzni M,Psi

Disusun Oleh : :

Dwi Okta Nadya Afifah 22350007


Sevia Amelia 22350018
Anisa nurmala sari 22340021
Febbi Anggraini 22350013

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMADIYAH METRO
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Metro, 19 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR .....................................................................................i

DAFTAR ISI ...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................1

1.3 Tujuan ........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Deteksi Anak Yang Mengalami Masalah Pada Anak SD...........................2

2.2 Kategori Masalah Pada Anak SD...............................................................4

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.................................................................................................9

3.2 Saran ..........................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada pendidikan


formal mempunyai peran besar bagi keberlangsungan proses pendidikan
selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003
pasal 17 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “ Pendidikan dasar merupakan jenjang
pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.” Dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan Pendidikan Dasar (Tahun 2007 Semester
I&II) dijelaskan bahwa “Tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.”

Sama halnya dengan pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Pendidikan di


madrasah Ibtidaiyah (MI) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar “baca,
tulis, hitung” belajar dan keterampilan dasar bermanfaat bagi semua siswa dengan
tingkat perkembangannya serta mempersiapkan mereka untuk mengikuti
pendidikan di SLTP. Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar
“baca, tulis”, maka pengajaran bahasa indonesia di MI menjadi sangat penting.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang di maksud dengan Sekolah Dasar?


2. Bagaimana cara Mengidentifikasi secara tepat masalah pada anak SD?
3. Apa saja kategori Masalah Pada Anak SD?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui apa itu Sekolah Dasar.
2. Untuk Mengetahui Cara Mengidentifikasi secara tepat masalah pada anak
SD.
3. Untuk Mengetahui kategori Masalah Pada Anak SD.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Deteksi Anak Yang Mengalami Masalah Pada Anak SD

Pelajar sekolah dasar umumnya berusia 7-12 tahun. Di Indonesia, setiap


warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah
dasar (atau sederajat) 6 tahun. Berdasar pada amanat Undang-undang Dasar 1945,
maka pengertian pendidikan di sekolah dasar merupakan upaya untuk
mencerdaskan dan mencetak kehidupan bangsa yang bertaqwa, cinta dan bangga
terhadap bangsa dan negara, terampil, kreatif, berbudi pekerti yang santun serta
mampu menyelesaikan permasalahan di lingkungannya. Pendidikan di sekolah
dasar merupakan pendidikan anak yang berusia antara 7 sampai dengan 13 tahun
sebagai pendidikan di tingkat dasar yang dikembangkan sesuai dengan satuan
pendidikan, potensi daerah/karakteristik daerah, sosial budaya masyarakat
setempat bagi siswa.

Sedangkan Madrasah Ibtidaiyah yang kedudukannya setara dengan Sekolah


Dasar (SD) di Departemen Pendidikan Nasional dianggap sebagai satu jenjang
pendidikan formal yang paling penting dalam perkembangan setiap individu.
Jenjang pendidikan ini mengajarkan tentang dasar-dasar ilmu pengetahuan, seperti
membaca, menulis, dan berhitung serta menanamkan dasar-dasar nilai moral
kepada setiap anak. Merupakan kewajiban para orangtua untuk mendorong anak-
anak agar dapat menyelesaikan jenjang pendidikan ini yang merupakan dasar
penting sebelum melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi untuk
meraih gelar-gelar terhormat dan prestasi-prestasi lainnya. Sama halnya dengan
Sekolah Dasar, Madrasah Ibtidaiyah, dibagi menjadi Madrasah IbtidaiyahNegeri
(MIN) dan Madrasah IbtidaiyahSwasta (MIS). Yang disebut terakhir
pengelolaannya dapat dilakukan oleh perseorangan maupun kelompok.

Deteksi masalah pada anak SD memerlukan perhatian dan pengamatan yang


cermat. Berikut adalah beberapa tanda atau indikator yang dapat membantu dalam
mendeteksi masalah pada anak SD:

2
Perubahan Perilaku: Perubahan tiba-tiba dalam perilaku anak seperti
menjadi lebih tertutup, agresif, atau cenderung menarik diri dari interaksi sosial
dapat menjadi tanda masalah. Penurunan Prestasi Sekolah: Jika anak tiba-tiba
mengalami penurunan dalam prestasi akademisnya atau kesulitan dalam
memahami pelajaran yang sebelumnya bisa dia kuasai, ini bisa menjadi indikasi
masalah. Masalah Kesehatan Fisik atau Mental: Gangguan kesehatan fisik atau
mental seperti gangguan tidur, kecemasan, atau depresi dapat mempengaruhi
kinerja anak di sekolah.

Ketidakmampuan Berinteraksi dengan Teman Sebaya: Anak yang


mengalami masalah sosial mungkin kesulitan dalam berinteraksi dengan teman
sebaya, cenderung diasingkan, atau sering terlibat dalam konflik.
Ketidakmampuan Berbicara atau Mengekspresikan Diri: Masalah komunikasi
seperti kesulitan berbicara, bicara terbata-bata, atau kesulitan mengekspresikan
perasaan dapat menjadi perhatian.

Ketidakmampuan Mengatur Emosi: Anak yang sering merasa marah,


frustasi, atau kesulitan mengendalikan emosi mereka mungkin memerlukan
perhatian ekstra. Perilaku Menarik Diri dari Aktivitas Sosial atau Ekstrakurikuler:
Anak yang tiba-tiba tidak tertarik atau menolak berpartisipasi dalam aktivitas
ekstrakurikuler atau sosial yang mereka nikmati sebelumnya. Masalah
Konsentrasi: Kesulitan dalam mempertahankan perhatian atau konsentrasi pada
tugas-tugas sekolah atau aktivitas lainnya. Perubahan Pola Makan atau Tidur:
Perubahan drastis dalam pola makan atau tidur anak bisa menjadi tanda masalah.

Ketidakmampuan Menangani Perubahan atau Stres: Anak-anak mungkin


tidak selalu mampu menangani perubahan dalam kehidupan mereka atau
merespons stres dengan cara yang sehat. Keluhan Guru atau Pihak Sekolah: Guru
atau pihak sekolah mungkin mendeteksi perubahan perilaku atau penurunan
prestasi anak dan memberi tahu orang tua tentang masalah tersebut. Penting untuk
diingat bahwa setiap anak unik, dan tanda-tanda ini tidak selalu menunjukkan
masalah serius. Namun, jika Anda sebagai orang tua atau guru merasa khawatir
tentang perilaku atau perkembangan anak SD, sangat penting untuk berbicara
dengan anak tersebut, berkomunikasi dengan guru atau staf sekolah, dan jika

3
perlu, mencari bantuan dari ahli kesehatan atau konselor untuk mengevaluasi dan
menangani masalah tersebut. Dalam banyak kasus, mendeteksi masalah lebih awal
dapat membantu anak mendapatkan dukungan yang dibutuhkan untuk mengatasi
tantangan tersebut.

Komponen strategi belajar mengajar merupakan salah satu bagian dari


sebuah sistem lingkungan pendidikan yang berperan dalam menciptakan proses
belajar yang terarah pada tujuan tertentu. Keberhasilan dalam pencapaian tujuan
pengajaran tergantung pada mutu masing-masing masukan dan cara
memprosesnya dalam kegiatan belajar-mengajar. Oleh karena itu, jika kita ingin
mencapai suatu standar mutu yang sama, maka perlu memperhatikan ketujuh
komponen berikut :

1. Tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran merupakan acuan yang


dipertimbangkan untuk memilih strategi belajar-mengajar. Tujuan
pengajaran yang berorientasi pada pembentukan sikap tentu tidak akan
dapat dicapai jika strategi belajar-mengajar berorientasi pada dimensi
kognitif.
2. Guru. Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman pengetahuan,
kemampuan menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup,
maupun wawasannya. Perbedaan ini mengakibatkan adanya perbedaan
dalam pemilihan strategi belajar-mengajar yang digunakan dalam
program pengajaran.
3. Peserta didik. Di dalam kegiatan belajar-mengajar, peserta didik
mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Seperti lingkungan sosial,
lingkungan budaya, gaya belajar, keadaan ekonomi, dan tingkat
kecerdasan. Masing-masing berbeda-beda pada setiap peserta didik.
Makin tinggi kemajemukan masyarakat, makin besar pula perbedaan atau
variasi ini di dalam kelas. Hal ini perlu dipertimbangkan dalam
menyusun suatu strategi belajar-mengajar yang tepat.
4. Materi pelajaran. Materi pelajaran dapat dibedakan antara materi formal
dan materi informal. Materi formal adalah isi pelajaran yang terdapat
dalam buku teks resmi (buku paket) di sekolah, sedangkan materi
informal ialah bahan-bahan pelajaran yang bersumber dari lingkungan

4
sekolah yang bersangkutan. Bahan-bahan yang bersifat informal ini
dibutuhkan agar pengajaran itu lebih relevan dan aktual. Komponen ini
merupakan salah satu masukan yang tentunya perlu dipertimbangkan
dalam strategi belajar-mengajar.
5. Metode pengajaran. Ada berbagai metode pengajaran yang perlu
dipertimbangkan dalam strategi belajar-mengajar. Ini perlu, karena
ketepatan metode akan mempengaruhi bentuk strategi belajar-mengajar.
6. Media pengajaran. Media, termasuk sarana pendidikan yang tersedia,
sangat berpengaruh terhadap pemilihan strategi belajar-mengajar.
Keberhasilan program pengajaran tidak tergantung dari canggih atau
tidaknya media yang digunakan, tetapi dari ketepatan dan keefektifan
media yang digunakan oleh guru.
7. Lingkungan Pendidikan, lingkungan yang tidak bertanggung jawab
secara langsung terhadap kedewasaan anak didik, namun merupakan
faktor yang sangat menentukan yaitu pengaruhnya yang sangat besar
terhadap anak didik, sebab bagaimanapun anak tinggal adlam satu
lingkungan yang disadari atau tidak pasti akan mempengaruhi anak. Pada
dasarny lingkungan mencakup lingkungan didik, lingkungan budaya, dan
lingkungan sosial.

2.2 Kategori Masalah Anak SD

Masalah Siswa Sekolah Dasar pada umumnya terdapat empat jenis masalah
siswa pada jenjang pendidikan sekolah dasar:

1. Masalah Emosi

Gejala yang timbul akibat masalah tersebut yaitu mudah marah, mudah
tersinggung , mudah menangis yang menunjukkan emosinya ekstrim tapi cepat
kembali lagi seperti sedia kala,

2. Masalah Sosial

Masalah sosial biasanya yaitu terjadinya Bullying yang dialami oleh anak
SD yaitu suka mengolok olok temannya yang tidak merasa bermasalah apa apa,

5
karena penampilannya / pun fisiknya yang kurang sempurna. Yang akhirnya anak
tersebut depresi dan sulit untuk berteman dengan teman lainnya

3. Masalah Kesulitan Belajar

Berikut ini merupakan jenis-jenis masalah belajar yang terjadi di Sekolah


Dasar:

 Keterlambatan akademik; yaitu keadaan murid yang diperkirakan


memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat
memanfaatkan secara optimal
 Sangat lambat dalam belajar; yaitu keadaan murid yang memilki bakat
akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk
mendapatkan pendidikan atau pengajaran khusus.
 Kurang motivasi belajar; yaitu keadaan murid yang kurang bersemangat
dalam belajar, mereka seolah-olah tampak jera dan malas

Permasalahan Ditinjau dari Lingkungan Pendidikan di SD/MI

Dilihat dari segi anak didik, tampak bahwa anak didik secara tetap hidup di
dalam lingkungan masyarakat tertentu tempat ia mengalami pendidikan. Menurut
Ki Hajar Dewantara lingkungan tersebut meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah an lingkungan masyarakat, yang disebut tripusat pendidikan.

1. Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang


pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat
kodrati orang tua bertanggung jawab memelihara, merawat, melindungi, dan
mendidik anak agar tumbuh dan berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga
berfungsi:

 Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak


 Menjamin kehidupan emosional anak
 Menanamkan dasar pendidikan moral
 Memberikan dasar pendidikan sosial
 Meletakkan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak

6
Tugas utama dari keluarga bagi pendidikan anak ialah, merupakan peletak
dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan tabiat
anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota keluarga
yang lain. Mengenai penanaman pandangan hidup keagamaan, masa kanak-kanak
adalah masa yang paling baik. Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik
untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama. Dalam hal ini biasakanlah anak-
anak untuk pergi ke gereja/masjid untuk bersama-sama menjalankan ibadah,
mendengarkan khutbah-khutbah atau ceramah-ceramah agama. Jangan hendaknya
penanaman dasar-dasar hidup beragama ini ditunda-tunda, dinanti sampai anak
mencapai kedewasaan, dan dibiarkan memilih agama mana yang disukai.

2. Sekolah

Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang tua dalam
keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai macam
keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Di sekolah, anak
bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang tidak ada hubungan kodrati.
Bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang bermacam-macam sifat dan
perangainya. Bercampur dan bergaul dengan anak-anak lain, yang mempunyai
hak-hak yang sama dengan dirinya. Di sekolah anak tidak mempunyai “hak-hak
istimewa” seperti halnya dalam keluarga di rumah. Semua anak mempunyai hak
yang sama. Semua anak mempunyai kewajiban yang sama. Semua anak
diperlakukan yang sama. Di sinilah anak diperkenalkan dengan prinsip-prinsip
kehidupan demokratis. Anak-anak dilatih untuk belajar hidup secara demokratis.

Di sekolah, di bawah asuhan guru-guru, anak-anak memperoleh pengajaran


dan pendidikan. Anak-anak belajar berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan,
yang akan dijadikan bekal untuk kehidupannya nanti di masyarakat. Memberikan
bekal ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada anak untuk kehidupannya nanti.
Inilah sebenarnya tugas utama dari sekolah. Sekolah bertanggung jawab atas
pendidikan anak-anak selama mereka diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai
sumbangan sekolah sebagai lembaga terhadap pendidikan, diantaranya sebagai
berikut:

7
o Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik
serta menanamkan budi pekerti yang baik.
o Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat
yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
o Sekolah melaqtih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lain sifatnya
mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
o Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membenarkan
benar atau salah, dan sebagainya.
3. Masyarakat

Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan lingkungan


keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai
ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan
berada di luar dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh
pendidikan tersebut tampaknya lebih luas. Corak dan ragam pendidikan yang
dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali, ini meliputi segala bidang,
baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian
(pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.

Pengaruh-pengaruh dari masyarakat ini ada yang bersifat positif terhadap


pendidikan anak, tetapi sebaliknya banyak pula yang bersifat negatif. Yang
dimaksud dengan pengaruh yang bersifat positif di sini ialah, segala sesuatu yang
membawa pengaruh baik terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Yaitu
pengaruh-pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang baik dan berguna bagi anak
itu sendiri, maupun baik dan berguna bagi kehidupan bersama.

Melihat masalah yang berkaitan dengan kurangnya motivasi siswa dalam


mengikuti pembelajaran atau belajar di kelas, maka dapat dilakukan beberapa
pendekatan sebagai berikut :

1. Pendekatan perintah dan larangan

8
Maksud dari pendekatan ini sebagai suatu pemecahan masalah yang
berkaitan dengan rendahnya motivasi untuk berprestasi adalah dalam memberikan
sebuah pembelajaran hendaknya seorang guru mampu melakukan perintah kepada
para siswanya untuk dapat belajar secara optimal. Atau dengan kata lain perintah
yang dimaksud adalah ketika tidak memenuhi sebuah kewajiban belajar maka
akan mendapat teguran, baik oleh sekolah maupun orang tua sebagai penanggung
jawab pendidikan seorang anak.

2. Pendekatan Pemberian Motivasi

Penerapan pendekatan jenis ini maksudnya adalah dalam setiap diri seorang
siswa sebenarnya terdapat berbagai potensi yang antara satu dengan lanilla tidak
sama. Seperti yang dikenal yaitu dengan kecerdasan majemuk, melalui
pendekatan motivasi inilah dapat digunakan untuk mengungkapkan setiap potensi
tersebut.

3. Pendekatan Akal Sehat

Pelaksanaan dari pendekatan ini adalah seorang siswa diajak untuk berfikir
sekaligus melakukan sebuah perencanaan tentang kehidupan masa mendatang
yang akan dilalui atau dilaksanakan.

4. Pendekatan Sosioemosional

Bentuk pendekatan ini dapat dilakukan dengan mengajak para siswa untuk
melakukan pembelajaran di luar kelas. Atau lebih dikhususkan pada kehidupan
manusia.

5. Pendekatan Kelompok

Sebenarnya hampir sama dengan jenis nomor 4 dan 5. Hanya saja pada
bagian ini lebih ditekankan pada bagaimana pola interaksi seorang siswa ketika
berada dalam sebuah kelompok. Hal ini dapat dilakukan oleh siswa dengan cara
aktif didalam organisasi yang berada disekolah.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdaarkan Penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa :

Permasalahan-permasalahan di SD/MI dapat ditinjau dari Tujuan


Pendidikannya, Pendidik/guru SD/MI, Peserta Didiknya, metode
pembelajarannya, media pembelajarannya, materi pembelajarannya, hingga
lingkungan pendidikannya. Adapaun tujuan pendidikan adalah untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab. Selanjutnya Peserta didik dan pendidik memiliki kesinambungan, karena
satu sama lain berkaitan. Adapun dengan metode, materi, dan media dalam
pembelajarannya berpengaruh pada hasil atau output anak didik di jenjang SD/MI
tersebut.

3.2 Saran

10
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, Untuk saran bisa
berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap
kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, A. dan Nur Uhbiyati. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Suardi, M. 2010. Pengantar pendidikan teori dan aplikasi. Jakarta : PT Indeks.

Suwarno. 1992. Pengantar Umum Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Roesmaningsih, dan Lamijan Hadi. 2015. Teori dan Praktek Pendidikan.


Surabaya: FIP Universitas Surabaya.

11

Anda mungkin juga menyukai