Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK

DIFABLE/ ABK ADD/ ADHD


Mata Kuliah: Pembelajaran PAI Untuk Difabel
Dosen Pengampu: Nur Jannah, M.Pd.

Di Susun Oleh :
1. Ilma Saidatul Maghfiroh
2. Dewi Mila Shofia
3. Shofahul Jannah
4. Munawaroh

PAI EKSTENSI SEMESTER 5


UNIVERSITAS AL-FALAH AS-SUNNIYAH
KENCONG-JEMBER

2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdhulillahhirobbil alamin, segala puji bagi Allah SWT, tuhan semesta alam. Atas
karunia dan anugerahnya, segala nikmat yang Allah SWT berikan. Sehingga kami dapat
menyusun makalah ini dengan baik dan benar. Serta dapat menyelesaikan tugas ini dengan
baik. makalah ini kami susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran PAI

Untuk Difabel dengan judul '' PEMBELAJARAN PAI BAGI ANAK DIFABLE/ ABK

ADD/ ADHD ''.

Makalah ini telah kami susun dan kerjakan dengan semaksimal mungkin, terlepas dari
semua itu, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari segi tata kebahasaan
maupun susunan kata nya. Kami sangat berterimakasih apabila pembaca memberikan kritik
dan saran yang membangun untuk kami. Kami sangat berharap tugas kami ini dapat
bermanfaat dan menginspirasi pembaca, saling toleransi dan saling mencintai tanpa
memandang tingkat pendidikan, martabat, status, ras, dan lain-lain. Demikian yang dapat
kami sampaikan, berharap para pembaca dapat mengambil manfaat dan mengambil pelajaran
dari pengalaman setelah membaca makalah kami ini.

Jember, 12 Maret 2024

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................3

Latar Belakang Masalah.......................................................................................4

Rumusan Masalah.................................................................................................5

Tujuan Penelitian..................................................................................................5

PEMBAHASAN...................................................................................................6

Pengertian Terhadap Anak ADHD.....................................................................6

Faktor-faktor Penyebab ADHD.......................................................................10

Pembelajaran PAI Bagi Anak Penyandang Difable ADD/ ADHD..................12

Evaluasi Pembelajaran PAI Pada Anak Penyandang Difable ADD/ ADHD...16

KESIMPULAN...................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................18

3
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan pokok umat manusia karena pada saat
dilahirkan manusia belum mengetahui apa-apa (H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam,
Kalam Mulia, 2002: 28). Namun di sisi lain, manusia mempunyai potensi mendasar
yang harus dikembangkan secara maksimal. Pendidikan merupakan sarana
pembelajaran tentang berbagai aspek kehidupan manusia dengan landasan pemikiran
yang kokoh. Semua orang mempunyai hak atas pendidikan, apapun asal usulnya.
Salah satu faktor yang erat kaitannya dengan perkembangan kepribadian anak adalah
pendidikan agama Islam. Pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang
membentuk sikap, watak, dan keterampilan peserta didik dengan memberikan
pengetahuan untuk mengamalkan ajaran agama yang dipelajari.
Mata Pelajaran Agama Islam merupakan mata pelajaran wajib pada jenjang
pendidikan dan wajib diajarkan pada semua program pendidikan, termasuk pada anak
yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Dalam hal ini diperlukan strategi
khusus pendidikan Islam bagi anak yang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu
merencanakan dan melaksanakan pengelolaan pembelajaran PAI agar pembelajaran
PAI berdampak pada anak berkebutuhan khusus dan menjadikan mereka taat
beribadah, berakhlak mulia, dan percaya diri. Permasalahan yang sering dihadapi
sekolah adalah kurangnya guru PAI yang benar-benar berkualitas untuk mengajar
PAI, dan kurangnya buku-buku khusus untuk menunjang pembelajaran PAI.
Pendidikan inklusif merupakan salah satu alternatif model pelaksanaan
program pendidikan bagi anak penyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus, baik
yang dipadukan dengan anak umum maupun di sekolah negeri sesuai kurikulum yang
berlaku pada masing-masing lembaga pendidikan. Melalui pendidikan inklusif, anak-
anak penyandang disabilitas dididik bersama dengan anak-anak (disabilitas) lainnya
agar mereka dapat mencapai potensi maksimalnya. Hal ini didasarkan pada kenyataan
bahwa terdapat anak sehat dan anak penyandang disabilitas dalam masyarakat, dan
tidak dapat dipisahkan sebagai satu komunitas.
Oleh karena itu, anak penyandang disabilitas harus diberikan kesempatan yang
sama untuk mendapatkan pendidikan di sekolah dengan anak non-disabilitas. Tujuan
lain dari pendidikan inklusif adalah untuk membantu siswa memahami bahwa dalam
kehidupannya di dunia ini, mereka akan menghadapi banyak perbedaan yang harus
dihadapi dan dihormati. Selain itu, program ini membantu orang tua dari anak

4
berkebutuhan khusus memaksimalkan potensinya baik di bidang sosial, emosional,
fisik, kognitif, dan kemandirian dalam lingkungan anak yang beragam.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian ABK ADD/ ADHD?
2. Apa saja factor penyebab ABK ADD/ ADHD?
3. Bagaimana pembelajaran PAI bagi ABK ADD/ ADHD?
4. Bagaimana evaluasi pembelajaran PAI bagi ABK ADD/ ADHD?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengertian ABK ADD/ ADHD
2. Untuk mengetahui saja factor penyebab ABK ADD/ ADHD
3. Untuk mengetahui pembelajaran PAI bagi ABK ADD/ ADHD
4. Untuk mengetahui evaluasi pembelajaran PAI bagi ABK ADD/ ADHD

5
D. PEMBAHASAN
1. Pengertian Terhadap Anak ADHD
Anak berkebutuhan khusus tidak sekedar didefinisikan sebagai anak
berkebutuhan khusus, namun perlu dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, karena
terdapat berbagai jenis anak berkebutuhan khusus. Menurut Heward, anak
berkebutuhan khusus mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan anak
lainnya. Dari sudut pandang fisik, mereka mungkin dianggap cacat atau tidak mampu
mengendalikan kemampuan mental dan emosionalnya. Tipe ini biasa disebut dengan
anak autis (anak yang mempunyai masalah komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku)
(Sunu, 2012). Anak berkebutuhan pendidikan khusus memerlukan tawaran berbeda
karena ketidakmampuan perkembangan dan pembelajarannya. Oleh karena itu, perlu
diberikan pendidikan yang sesuai dengan kendala yang mereka hadapi, dengan
harapan mereka mampu mencapai tujuan pembelajarannya dengan sebaik-baiknya.
Salah satu bagian penting dalam pendidikan anak berkebutuhan khusus adalah
pengajaran agama Islam.
Ada dua kelompok anak berkebutuhan khusus. Pertama, ada rombongan
sementara anak ABK. Kelompok ini mencakup anak jalanan, anak korban bencana,
anak yang tinggal di daerah terpencil, dan anak korban HIV/AIDS. Kedua, bagi anak
berkebutuhan khusus, seperti tuna rungu, tuna daksa, tunanetra, tunagrahita, anak
ADHD (attention-deficit/hyperactivity disorder), autisme, dan disleksia (kesulitan
membaca dan menulis). anak tetap (permanen) yang membutuhkan dukungan. ADHD
atau hiperaktif bukanlah suatu penyakit, namun lebih tepat disebut sebagai gejala
(Dermawan, 2013). Hal ini bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain cedera
otak, gangguan emosi, gangguan pendengaran, dan disabilitas intelektual.
ADHD merupakan kependekan dari attention deficit hyperactivitydisorder,
(Attention = Perhatian, Deficit = berkurang, Hyperactivity =hiperaktif dan Disorder =
gangguan). Atau dalam Bahasa indonesia, ADHD berarti gangguan pemusatan
perhatian disertai hiperaktif. Sebelumnya, pernah ada istilah ADD, kependekan dari
attention deficit disorder yang berarti gangguan pusat perhatian. Pada saat
ditambahkan hyperactivity/hiperaktif penulisan istilahnya menjadi beragam. Ada yang
ditulis ADHD, AD-HD ada pula yang menulis ADD/H. Anak Berkebutuhan Khusus
ADHD adalah merupakan gangguan pada neurologis yang ditandai dengan gangguan
yang parah pada pemusatan perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas. Gangguan ini

6
dapat mengganggu perkembangan dan keberfungsian anak dikeseharian. Menurut
Baihaqi dan sugiarmin ADHD adalah memperlihatkan kondisi anak-anak dengan ciri-
ciri dan gejala kurangnya pemusatan perhatian, perilaku hiperaktif, dengan prilaku
impulsif yang dapat menyebabkan sebagian besar ketidakseimbangan aktivitas hidup
mereka.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa anak berkebutuhan
khusus pada anak ADHD secara terang-terang an lambat laun akan menampakkan
ciri-ciri dan gejala kurangnya pemusatan perhatian, perilaku hiperaktif, dengan
prilaku tersebut yang impulsif akan menyebabkan pola fikirnya pada otak pada kepala
akan tidak seimbang dalam aktivitas kehidupan mereka. Sedangkan anak
berkebutuhan khusus pada anak ADHD diungkapkan oleh Flanagen yaitu sebagai
berikut: Anak dengan gangguan ADHD yaitu mereka yang memiliki kesulitan
memusatkan perhatian dan mempertahankan fokus pada kebanyakan tugas. Mereka
juga cenderung sering bergerak secara konstan dan tidak bisa tenang. Menurut
Khotijah Lia Nuryang dimaksud anak ADHD yaitu: Anak yang mengalami gangguan
konsentrasi untuk menerima pelajaran dari gurunya, terutama ketidak mampuan untuk
memfokuskan dan menjaga perhatiannya pada satu hal.
Jadi secara umum bahwa Anak Berkebutuhan Khusus pada ADHD adalah
seorang anak yang secara fisik maupun psikis mengalami hambatan dalam mencapai
potensi tujuannya baik secara sementara maupun permanen dan mereka
membutuhkan bimbingan dan pendidikan secara khusus. Dari banyak penelitian yang
dilakukan dan dipelajari belum ada satupun penyebab pasti terjadinya gangguan ini,
tetapi ada beberapa kesimpulan yang dapat dijadikan penyebab terjadinya gangguan
ini yakni karena faktor kultural dan psikososial yang meliputi:
1. Pemanjaan
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis,
membujuk-bujuk makanan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu
dimanja sering memilih caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
2. Kurang disiplin dan pengawasan
Anak yang kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya sebab
perilakunya kurang dibatasi, jika anak dibiarkan nbegitu saja sesuka hatinya dalam
rumah maka anak tersebut juga akan berbuat demikian ditempat lain, termasuk
disekolah dan orang lain akan sulit mengendalikannya.

7
3. Orientasi kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan
memiliki ciri-ciri hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda
agar mau mendengarkan atau menyesuaikan diri. Anak yang mempunyai orientasi
kesenangan ingin memuaskan kebutuhan atau keinginan sendiri. Kesalahan mendasar
dalam penanganan ADHD adalah memandangnya sebagai suatu diagnosis.
Sesungguhnya ADHD bukanlah suatu penyakit, melainkan sekumpulan gejala yang
dapat disebabkan oleh beragam penyakit dan beberapa gangguan sehingga tidaklah
tepat dalam pemberian obat atau pendekatan yang sama kepada anak yang mengalami
ADHD tanpa mengalami terlebih dahulu gangguan atau penyakit yang melatar
belakanginya. Perlu diketahui, ADHD tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat
dikurangi gejalanya. Terdapat empat cara yang dapat dilakukan yaitu:
1. Terapi
2. Obat
3. Lingkungan
a) Rumah
Beberapa hal yang dapat dilakukan dirumah adalah pengaturan waktu, ruangan untuk
melakukan aktivitas, dan mungkin tempat untuk anak jika ingin menyendiri.
b) Sekolah
Beberapa hal yang perlu diperhatikan disekolah misalnya ruang kelas serta kerjasama
dan perhatian guru. Ini dilakukan misalnya dengan membuatkan kartu yang berisi
kegiatan anak dalam satu hari beserta dengan keterangan apakah ia sudah
melakukannya dengan baik.
c) Teman
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan teman adalah dengan cara mengawasi
permainannya, misalnya mencari tahu apa yang akan ia mainkan dan berapa jumlah
temannya. Untuk menghindari agar anak berpasangan diusahakan agar teman yang
ada setidaknya tiga orang atau berjumlah ganjil. Ajarkan kemampuan yang belum
dikenal.
4. Perubahan tingkah laku
Ada tiga langkah untuk mengubah tingkah laku, yaitu:
a) Uraikan masalah dengan cara positif: jangan menyebutkan persoalannya, tetapi
katakan apa yang kita inginkan. Berikan contoh kelakuan yang baik.

8
b) Tentukan tujuan yang dapat dicapai: ketika anda menguraikan cara dengan cara
positif sebaiknya anda sudah menentukan tujuan yang ingin dicapai.
c) Bekerjalah sesuai dengan tujuan: anak dengan ADHD akan memberikan reaksi jika
diberi penghargaan, pujian, atau hadiah. Berikan dia pujian sesering mungkin
meskipun mereka belum mencapai apa yang kita inginkan. Apapun bentuk
penanganan yang dipilih, dengan atau tanpa obat, hal pertama yang perlu diperhatikan
adalah menerima dan memahami kondisi anak. Orang tua dan pendidik perlu
memahami bahwa tingkah laku si anak yang tidak pada tempatnya didasari oleh
keterbatasan dan gangguan yang ia alami. Pembelajaran berdasarkan makna leksikal
berarti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pembelajaran guru mengajar diartikan
sebagai upaya guru mengorganisi lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru mengajar
dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas bagi peserta
didiknya untuk mempelajarinya. Jadi, subyek pembelajaran adalah peserta didik.
Pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif,
maka dari itu metode pembelajaran PAI pada anak ADHD lebih baik menggunakan
metode ceramah, metode pembiasaan dan metode demonstrasi. Tehnik mengajar yang
dapat membantu siswa ADHD fokus dan meningkatkan konsentrasinya pada materi
pelajaran dan tugas-tugas yang guru berikan bisa sangat bermanfaat bagi seluruh
kelas. Ada pun menurut A. Dayu P dalam metode pembelajaran PAI pada anak ADHD
sebagai berikut:
1) Memulai pelajaran
a) Beri tanda bahwa pelajaran akan dimulai dengan bunyi/suara yang jelas, misalnya
bel atau lonceng.
b) Buat daftar kegiatan pelajaran dipapan.
c) Saat akan memulai, terangkan pada siswa mengenai hal-hal yang akan dipelajari
dan harapan anda. Katakan dengan jelas matei apa saja yang mereka perlukan.
d) Bangun kontak mata dengan siswa penderita ADHD.

2) Saat mengajar
a) Buatlah petunjuk terstruktur sesederhana mungkin.
b) Variasikan kecepatan penyampaiaan materi dan masukkan jenis kegiatan yang
berbeda-beda. Sebagian besar siswa ADHD mampu berpartisipasi dalam permainan
kompetitif dengan sangat baik.
c) Gunakan alat peraga, grafik, dan alat bantu visual lain.

9
d) Buatlah isyarat husus dengan ada ADHD berupa sentuhan dibahu atau
menempelkan pesan dibangku untuk mengingatkan siswa untuk tetap fokus pada
tugas.
e) Beri siswa ADHD kesempatan untuk sering istirahat.
f) Biarkan siswa ADHD meremas bola lunak atau mengetuk-ngetuk sesuatu yang
tidak berisik sebagai pelepasan energi.
g) Jangan menyuruh siswa ADHD menjawab pertanyaan atau tampil di depan kelas
atau di depan banyak orang karna ini sulit baginya.

3) Mengakhiri pelajaran
a) Ringkas semua poin penting.
b) Jika anda memberi tugas, suruhlah tiga orang siswa mengulangi atau mengatakan
kembali apa tugas tersebut, kemudian suruh seluruh kelas mengulanginya lagi, dan
tulis dipapan.
c) Spesifiklah mengenai apa yang harus dibawa pulang. Adalah tugas guru untuk
mengajar dan mendidik siswa- siswanya dengan baik agar mereka dapat mandiri suatu
saat nanti. Guru adalah orang tua kedua bagi siswa yang diharapkan mampu untuk
memotivasi hidup siswa, terutama dalam hal belajar. Siswa berkebutuhan khusus,
dalam hal ini penderita ADHD, memiliki hak yang sama dengan siswa lain untuk
memperoleh pendidikan agar dapat menyongsong masa depan. Oleh karena itu, guru
juga diharapkan mampu untuk mengajar dan mendidik siswa yang berkebutuhan
khusus ini sama halnya seperti siswa lain.

2. Faktor-faktor Penyebab ADHD


Penelitian terhadap penyebab ADHD masih tetap berlangsung, laporan
mengenai ADHD semakin hari juga semakin banyak. Sudah sejak lama didiskusikan
sama seperti gangguan psikiatrik lainnya apakah ADHD sebenarnya adalah gangguan
yang berasal dari gangguan neurologis diotak, atau disebabkan oleh faktor
pengasuhan orang tua. Beberapa hal sebagai faktor penyebab ADHD kini sudah
semakin jelas, yaitu
a. Faktor genetik (Keturunan)
Dari penelitian faktor keturunan pada anak kembar dan anak adopsi, tampak bahwa
faktor keturunan membawa peran sekitar 80%. Dengan kata lain bahwa sekitar 80%

10
dari perbedaan antara anak-anak yang mempunyai gejala ADHD di kehidupan
bermasyarakat akan ditentukan oleh faktor genetik. Anak dengan orang tua yang
menyandang ADHD mempunyai delapan kali kemungkinan mempunyai resiko
mendapatkan anak ADHD. Namun, belum diketahui gen mana yang menyebabkan
ADHD.
b. Faktor Fungsi otak
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa secara biologis ada dua mekanisme di dalam
otak yaitu pengaktifan sel-sel saraf (Eksitasi) dan penghambat sel-sel saraf (Inhibisi).
Pada reaksi eksitasi sel-sel saraf terhadap adanya rangsangan dari luar adalah melalui
panca indra. Dengan reaksi inhibisi, sel-sel saraf akan mengatur bila terlalu banyak
eksitasi. Pada perkembangan seorang anak pada dasarnya mengaktifkan sistem-sistem
ini adalah perkembangan terbanyak. Pada anak kecil, sistem pengereman atau sistem
hambatan belumlah cukup berkembang setiap anak balita bereaksi impulsif, sulit
menahan diri, dan menganggap dirinya pusat dari dunia. Umumnya sistem inhibisi
akan mulai pada usia 2 tahun, dan pada usia 4 tahun akan berkembang secara kuat.
Tampaknya pada anak ADHD perkembangan sistem ini lebih lambat, dan juga dengan
kapasitas yang lebih kecil. Sistem penghambat atau pengereman di otak bekerja
kurang kuat atau kurang mencukupi. Dari penelitian juga disebutkan bahwa adanya
neuro- anatomi dan neuro-kimiawi yang berbeda antara anak yang menyandang
ADHD dan tidak.
c. Faktor Lingkungan
Saat ini tidak lagi diperdebatkan apakan ADHD disebab kanoleh lingkungan ataukah
gen, namun sekarang lebih mengarah pada bagaimana hubungan atau interaksi yang
terjadi antara faktor genetic dan lingkungan. Dengan kata lain, ADHD juga
bergantung pada kondisi gen tersebut dan efek negative lingkungan, bila hal ini terjadi
secara bersamaan maka dapat dikatakan bahwa lingkungan penuh resiko. Lingkungan
yang dimaksud adalah lingkungan secara luas, termasuk lingungan psikologis (relasi
dengan orang lain, berbagai kejadian dan penanganan yang telah diberikan),
lingkungan fisik
(makanan, obat-obatan, menyinaran), lingkungan biologis ( cedera otak, radang otak,
komplikasi saat melahirkan). Sedangakan dalam Flanagen disebutkan bahwa pada
dasarnya penyebab ADHD belum pasti, namun beberapa ilmuan yakin bahwa ADHD
bukan disebabkan oleh kerusakan otak atau alergi makanan. Beberapa hipotesis
penelitian menyebutkan penyebab dari ADHD adalah:

11
a. Keturunan/faktor genetik, banyak anak yang menderita ADHD mempunyai kerabat
dekat yang tampaknya memiliki gejalaserupa.
b. Defisit neurotransmiter, dua neurotransmiter pada otak tampaknya berperan dalam
regulasi jumlah pembangkitan dan perhatian. Kedua neurotransmiter tersebut
noradrenaline dan dopamine. Konsumsi obat mempengaruhi regulasi keduanya.
c. Kelambatan perkembangan sistem pembangkitan diotak, pengobatan stimulan
meningkatkan pembangkitan, ada beberapa indikasi bahwa kemungkinan anak-anak
ADHD menderita kelambatan pembangkitan yang membuat mereka tidak sensitive
terhadap rangsang yang datang.
d. Perkembangan otak yang abnormal, tidak berfungsinya lobusfrontal. Lobus frontal
adalah area pada otak yang mengumpulkan input auditori dan visual yang berlebihan.
Hal ini menunjukkan bahwa lobus ini didombardir dengan banyak informasi yang
tidak
tersaring dan tidak sesuai. Dari gambaran diatas terlihat ADHD tidak hanya
disebabkan
oleh satu faktor saja melainkan multi faktor yang satu dengan yang lainnya saling
berhubungan.

3. Pembelajaran PAI Bagi Anak Penyandang Difable ADD/ ADHD


Saat ini di negara kita, anak berkebutuhan khusus dianggap memiliki hak dan
tanggung jawab yang sama dengan anak lainnya. Menurut Deklarasi Hak-Hak
Penyandang Disabilitas, hak-hak berikut ini berlaku bagi anak berkebutuhan khusus:
1) hak atas pendidikan, 2) hak atas pekerjaan atau jabatan, 3) akses terhadap
pelayanan kesehatan yang baik. 4) hak untuk hidup mandiri, dan 5) hak untuk
menerima kasih sayang (Sunu, 2012). Selain mempunyai hak, anak berkebutuhan
khusus juga mempunyai tanggung jawab. 1) Mereka wajib melaksanakan ibadah
keagamaan sesuai dengan keyakinan agamanya, dan 2) Wajib mengikuti
pembelajaran. Jalani proses dengan tetap menjaga nilai, norma, etika, dan peraturan
yang ditegakkan (Kustawan & Hermawan, 2013). Pendidikan inklusif saat ini
mempunyai banyak arti yang berbeda-beda. Sekolah inklusif dapat didefinisikan
sebagai sekolah yang menerima semua siswa dari latar belakang yang berbeda tanpa
memandang status fisik, sosial, intelektual, linguistik, atau mental (Delphie, 2006).
Tujuan lain dari sekolah inklusif adalah memasukkan anak berkebutuhan khusus ke

12
dalam kelas. Oleh karena itu, kita perlu merangkul dan mengakomodasi
keberagaman dengan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap anak.
Tujuan umum pendidikan inklusif adalah: 1) mewujudkan pendidikan bermutu
yang menerima dan menghormati perbedaan, dan 2) mengoptimalkan kemampuan
anak berkebutuhan khusus dan memberikan sosialisasi kepada mereka. Program
pembelajaran sekolah inklusif menuntut guru untuk lebih kreatif dalam proses
pembelajaran di kelas. Guru harus mampu memadukan dua hal yang berbeda, dengan
mempertimbangkan perbedaan situasi siswa. Hal ini tidak berarti bahwa guru selalu
harus menawarkan dua hal yang berbeda. Sebaliknya, guru diharapkan sekreatif
mungkin dalam mengembangkan rencana pembelajaran yang dapat diterapkan pada
semua siswa dari berbagai latar belakang. Hal ini memungkinkan siswa berkebutuhan
khusus dan mereka yang tidak dapat bekerja sama tanpa menawarkan dua rencana
studi untuk hadir.
Banyak hal yang juga perlu diperhatikan dalam membuat RPP. Misalnya,
tujuan dan indikator pembelajaran harus membedakan antara siswa tipikal dan siswa
berkebutuhan khusus, dan diperlukan pendekatan kolaboratif. Pembelajaran
berlangsung secara berkelompok, sehingga seluruh siswa berperan dan berpartisipasi
dalam kegiatan pembelajaran secara terus menerus. Karena terdapat perbedaan
kemampuan antara siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus, maka perlu adanya
pembedaan evaluasi. Pendidik di sekolah inklusif harus membuat dua jenis rencana
pembelajaran: RPP individu dan RPI untuk anak berkebutuhan khusus. Hal ini
diperkenalkan untuk mencapai pembelajaran yang optimal sesuai dengan kemampuan
siswa. Prasarana sekolah inklusif harus dapat diakses oleh seluruh siswa, terutama
anak berkebutuhan khusus. Tujuannya adalah untuk mencapai kesempatan yang sama
dalam akses terhadap pembelajaran.
Guru juga harus memperhatikan kemampuan siswa dan memilih serta
menerapkan strategi yang sering digunakan siswa (Shanty, 2012). Prinsip
pembelajaran khusus diterapkan agar sesuai dengan karakteristik masing-masing
penyandang disabilitas. Ada banyak metode pembelajaran berbeda yang dapat di
gunakan saat mengajar siswa, termasuk: Metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi,
simulasi, role play, dll. Penerapan atau pelaksanaan pembelajaran ABK merupakan
kegiatan pembelajaran sekolah yang umum baik pada sekolah luar biasa maupun
pedagogi inklusif. Bentuk kegiatan pembelajaran ini meliputi kegiatan awal. Kegiatan
inti atau kegiatan pengembangan kompetensi dan penutup, memulai atau mengawali
13
kegiatan diawali dengan keakraban. Hal ini untuk mempersiapkan siswa menghadapi
kegiatan pembelajaran (Hasan, 2013).
Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk
menjadikan peserta didik mengetahui, memahami, menghayati, dan mengimani ajaran
Islam, serta menghormati pemeluk agama lain dengan tetap memperhatikan
kerukunan antar umat beragama.persatuan dan kesatuan bangsa (Kurikulum PAI,
2002). Oleh karena itu, pendidikan agama juga berarti pembentukan manusia yang
bertakwa (Daradjat, 2012). Selanjutnya pendidikan agama membantu peserta didik
menginternalisasikan nilai-nilai ajaran agama Islam dengan cara membekali mereka
untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam, sehingga menjadi
penyaring yang sebenarnya. Ini juga merupakan penangkal segala hal negatif yang
datang seiring berjalannya waktu dan kemajuan teknologi.
Di bawah ini ada beberapa metode yang biasa digunakan dalam pembelajaran
pendidikan agama islam bagi anak tunanetra, antara lain metode ceramah, metode
tanya jawab, metode praktek, metode kerjasama, metode tadrizi (pengarahan),
demonstrasi, dan lain sebagainya.
1). Metode ceramah Metode ceramah adalah “suatu metode penyampaian materi
kepada siswa atau khalayak luas melalui penyampaian cerita secara lisan”. Metode ini
banyak digunakan dalam lingkungan pendidikan, dan hampir bahan ajar dapat
menggunakan materi ini.
2). Metode Tanya Jawab Metode Tanya Jawab adalah kelas dimana guru bertanya dan
siswa menjawab. Metode ini bertujuan untuk menemukan fakta-fakta yang diajarkan
dalam dan merangsang siswa dengan cara yang berbeda. Metode ini mempunyai
banyak kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya, sehingga guru harus benar-
benar memperhatikan kesesuaian materi dan metode yang digunakan.
3). Metode Praktek Metode praktek adalah metode mengajar dengan memberikan
bahan ajar dengan menggunakan alat dan benda dengan harapan siswa memperoleh
pengetahuan yang jelas tentang perjudian sekaligus mampu melaksanakannya.
4). Pendekatan kolaboratif Pendekatan kolaboratif adalah interaksi antara dua orang
atau lebih, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok
lain dalam menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah serta tantangan yang
dihadapi, yang diartikan sebagai bantuan.

14
5). Metode Tadley (Bertahap) metode ini dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
proses perkembangan siswa. Artinya dilakukan dengan memberikan materi secara
bertahap dan seterusnya.
6). Metode Demonstrasi Metode Demonstrasi adalah suatu metode mengajar dimana
guru atau orang lain yang ditanyai suatu pertanyaan yang mempunyai tujuan atau
siswa itu sendiri, mendemonstrasikan proses atau kaifiyahnya kepada seluruh kelas.

Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) memerlukan media


pembelajaran yang adaptif karena harus disesuaikan dengan kondisi. Pembelajaran
dengan media adaptif untuk ABK merupakan pembelajaran yang disesuaikan dengan
kondisi ABK. Artinya pembelajaran itu sendiri, baik metode, alat/media
pembelajaran maupun lingkungan pembelajaran disesuaikan.
Sesuai dengan uraiannya, setiap media pembelajaran mempunyai ciri khasnya
masing-masing. Ciri-ciri tersebut dapat diketahui dari kemampuan media
pembelajaran dalam merangsang indra penglihatan, pendengaran, peraba, pengecap,
dan penciuman. Dari ciri-ciri tersebut dapat diperoleh media pembelajaran yang dapat
digunakan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dan dapat disesuaikan
dengan situasi tertentu. Sebagaimana telah dijelaskan di atas, media pembelajaran
dapat digolongkan menjadi tiga kelompok berdasarkan tujuan praktis yang ingin
dicapai. Itu adalah:
1) Media Grafis Media grafis adalah jenis media yang menyampaikan pesan yang
disampaikan dalam bentuk symbol dan komunikasi lisan. Simbol-simbol tersebut
harus dipahami dengan benar agar proses penyampaian pesan ingin berhasil dan
efisien. Media grafis meliputi (a) foto, (b) kartun, dan (c) poster.
2) Media audio Media audio berhubungan dengan pendengaran. Pesan yang dikirim
melalui media audio diwakili oleh simbol pendengaran baik verbal maupun
nonverbal.
3) Media Proyeksi Media proyeksi senyap mempunyai kemiripan dengan media grafis
dalam arti dapat menghadirkan rangsangan visual. Materi grafis terus digunakan
secara luas di media proyeksi. Membuat media proyeksi gerak juga membutuhkan
materi visual, seperti caption. Dengan menggunakan perangkat komputasi
(multimedia, teknologi), proyeksi gerak dapat lebih beragam, dan dapat dilakukan

15
hampir seluruhnya menggunakan perangkat komputasi. Untuk melatih keterampilan
(motorik), proyeksi gerak memiliki banyak keunggulan dibandingkan proyeksi statis.
Media Multi Proyeksi Media lainnya antara lain: (a) film bingkai tunggal, (b) film
seri , (c) film loop, (d) film transparansi, (e) Film gerak 8mm, 16mm, 32mm dan f
televisi dan video.

4. Evaluasi Pembelajaran PAI Pada Anak Penyandang Difable ADD/ ADHD


Penilaian evalusi pembelajaran sangat penting untuk memantau kemajuan
siswa dan setiap kemunduran yang dialami. Dengan cara ini, guru dapat memantau
perkembangan dan masalah belajar siswanya, sehingga memungkinkan mereka
mencari cara untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan perkembangan
siswanya dan menemukan cara untuk mengatasi masalah siswanya. Menurut Ralph
Taylor, evaluasi adalah proses menentukan sejauh mana tujuan pendidikan dapat
dicapai. Di sisi lain, Cronbach, Stufflebeam, dan Alkin mengartikan evaluasi sebagai
pemberian informasi untuk pengambilan keputusan. Malcolm dan Provus
mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan antar standar untuk melihat apakah ada
perbedaan.
Dalam penilaian ini, guru biasanya menggunakan dua teknik: evalusi
berbentuk tes dan evaluasi berbentuk non-tes. Teknik tes yang umum dilakukan
meliputi tes tertulis, lisan, dan tindakan berupa soal-soal yang harus dijawab siswa,
dan jawabannya dibandingkan dengan standar tertentu yang telah ditetapkan. Saat ini,
metode non-tes reguler seperti observasi, kuesioner, wawancara, dan daftar periksa
digunakan untuk evaluasi. Tes yang digunakan di sekolah inklusi menggunakan
beberapa tahapan penilaian. Artinya, guru melakukan evaluasi awal, menengah, dan
akhir, serta guru melakukan evaluasi yang terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran.
Penilaian berlangsung dalam suasana yang nyaman dan hasil belajar siswa dinilai

16
secara terus menerus melalui pengamatan yang berkesinambungan, mengingat standar
yang berlaku berbeda antara anak reguler dan ABK.

E. KESIMPULAN
Penyelenggaraan pendidikan agama Islam di sekolah inklusi tidak jauh
berbeda dengan sekolah umum lainnya, materi pelajarannya sama, namun metode
yang digunakan disesuaikan dengan materi pelajaran. Sekolah inklusi mempunyai
perpaduan antara siswa reguler dan siswa berkebutuhan khusus, hal ini tentunya
menuntut pendidik untuk sekreatif mungkin dalam menyelenggarakan pembelajaran.
Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa anak berkebutuhan khusus yang termasuk
dalam kategori autisme, ataksia atau ADHD tentunya banyak menemui kendala
dalam proses pembelajarannya, misalnya saja anak berkebutuhan khusus cepat bosan
setelah proses pembelajaran. Misalnya saja jika sekelompok ABK dalam jumlah
besar mulai bosan dan muak, maka guru dapat segera membentuk kelompok kecil
khusus ABK dan mengajaknya belajar di luar ruangan, seperti di halaman sekolah.
Anda dapat melawan kebosanan dan kebosanan dengan membentuk kelas-kelas kecil
dan mengajak ABK belajar di luar ruangan.
Proses pembelajaran PAI di sekolah inklusif meliputi 1) inisiasi, dan 2)
kegiatan inti. Mata pelajaran PAI untuk anak autis, disleksia, dan ADHD sama
dengan mata pelajaran PAI untuk anak normal, mereka juga diajarkan membaca dan
menghafal Al-Quran. Anda akan diajarkan tata cara shalat dan mengenal shalat
dhuha di lingkungan sekolah Anda, namun tentunya akan terstandar sesuai dengan

17
kemampuan ABK Anda dan 3) cara yang digunakan akan berbeda-beda tergantung
pada muatan keislaman yang diajarkan.

DAFTAR PUSTAKA
H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Kalam Mulia, 2002: 28
Sunu, 2012
Dermawan, 2013
Baihaqi Sugiarmin, Memahami dan membantu anak ADHD(Bandung: PT. Riefka
Aditama, 2006),45.
Jamil Suprahitiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2017), 119.
Flanagen, ADHD Kids menjadi Pendamping Bijak bagi Anak Penderita ADHD Bijak
(Jakarta: PT. Prestasi Pustakarya, 2005),60.
Khotijah Lia Nur. Buku pdf 2018. Konseling Integratif dalam menangani gangguan
konsentrasi belajar anak ADHD (Attention Deficit and Hyperactivity
Disorder).Yogyakarta, hlm 28.
A. Dayu P, mendidik anak ADHD(Attention Deficit Hiperactivity Disorder) hal-hal yang
tidak bisa dilakukan obat (Jogjakarta: Javalitera, 2012), hal 38.
Joko Supriyanto, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta:Pustaka
Pelajar, 2009),13
A. Dayu P, mendidik anak ADHD(Attention Deficit Hiperactivity Disorder) hal-hal yang
tidak bisa dilakukan obat (Jogjakarta: Javalitera, 2012), hal 51.
ArgaPaternotte dan Jan Buitelaar. ADHD Attention Deficit Hyperactive Disorder, Jakarta:
Pernada 2010, 17.

18
Robb, flanagen. ADHD KIDS, Attention Deficit Hyperactive Disorder Jakarta:
PrestasiPustakaraya. 2005, 3.
Kurikulum PAI, 2002.
Daradjat, 2012.
Kustawan & Hermawan, 2013.
Delphie, 2006.
Shanty, 2012.
Hasan, 2013.
Majid, Perencanaan Pembelajaran, 153
Rochjadi, Modul Guru Pembelajar SLB Tunagrahita Kelompok Kompetetensi C, 32
Asrorul Muis, Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, (Jember: CV Pustaka
Abadi, 2018), 26.
Muis, Media Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus, hal 27

19

Anda mungkin juga menyukai