Anda di halaman 1dari 16

ADHD

Makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah anak berkebutuhan khusus
Dosen pengampu : annisa Purwani, M.Pd

Disusun oleh:
 Dini Damayanti
 Iis Ismiatin zulfa
 Hadijah Laelasari
 Kiki Azkia Casmita
 Lia Nurul Fauziah
 Munawaroh Ulumiah

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
STAI DR. KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA
2018 – 2019

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur milik Allah SWT. Hanya karena izin-Nya kami dapat
menyelesaika makalah ini tepat pada waktunya. Tak lupa kami panjatkan shalawat serta salam
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya, dan
seluruh insan manusia yang dikehendaki-Nya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS. Dalam penyelesaian
makalah ini, kami mendapatkan bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
sudah sepantasnya jika kami mengucapkan terima kasih kepada.

A. Ibu Annisa purwani M.Pd selaku dosen mata kuliah anak berkebutuhan khusus.

B. Orang tua kami yang memberikan dorongan baik moral maupun spiritual.

C. Semua pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.karena itu kami

mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah

mendatang. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan berbagai

pihak. Aamiin.

2
Daftar isi
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................................................4
B. rumusan masalah...........................................................................................................................4
C. Tujuan............................................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................6
A. Definisi ADHD...............................................................................................................................6
B. Penyebab ADHD............................................................................................................................6
C. Pedoman Identifikasi ADHD........................................................................................................9
D. Kriteria ADHD dalam DSM-IV-TR...........................................................................................10
E. Treatment ADHD........................................................................................................................11
BAB III......................................................................................................................................................14
PENUTUP.................................................................................................................................................14
A. Kesimpulan..................................................................................................................................14
B. Saran.............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Anak adalah anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada setiap orang tua untuk dirawat

dan dididik sebaik-baiknya agar kelak menjadi anak yang berguna. Anak juga dikatakan

sebagai generasi penerus bangsa yang sangat berharga bagi keluarga dan memegang peranan

penting bagi kelangsungan bangsa dan negara. Untuk mewujudkan anak yang berguna

dalam pembangunan nasional diperlukan pengawasan secara terus-menerus dari keluarga

terutama orang tua demi pertumbuhan dan perkembangan fisik, sosial, psikologis, dan

spiritual anak. Terdapat berbagai masalah klinis yang dapat terjadi pada masa perkembangan

anak. Masalah-masalah tersebut patutnya mendapat perhatian karena dapat berlanjut hingga

masa dewasa. Salah satu masalah klinis yang dapat dialami yaitu ADHD (Attention Deficit

Hyperactivity Disorder). Bahaiqi & Sugiarmin (2006) ADHD merupakan suatu kelainan

perkembangan yang terjadi pada masa anak dan dapat berlangsung sampai masa remaja.

ADHD atau sering dikenal dengan anak hiperaktif adalah anak yang tidak bisa

berkonsentrasi pada suatu hal, tidak bisa duduk dengan tenang di tempat duduknya, selalu

bergerak, kadang mengganggu temannya dan sering diteriaki guru atau orangtuanya karena

tidak bisa diam. Mereka mempunyai gangguan perilaku untuk dapat bersikap tenang, diam

dan dapat berkonsentrasi.

B. rumusan masalah

1. apa pengertian ADHD ?

2. Apa penyebab terjadinya ADHD ?

4
3. Apa saja kriteria penyakit ADHD ?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian ADHD

2. Mengetahui apa saja penyebab terjadinya ADHD

3. Mengetahui kriteria ADHD

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi ADHD

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan hiperaktivitas, kurang

perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan dikarakteristikkkan oleh

ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsive dan hiperaktif (Townsend, 1998).

ADHD adalah suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit

memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (kerusakan kecil di otak), Minimal Brain

Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak / aktif), dan

Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita ADHD

(Permadi, 2009). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan

neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD mulai

menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran

dengan tenang, belajar berbagai keterampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya

sesuai aturan (Ginanjar, 2009).

B. Penyebab ADHD

a. Perspektif Biologis Sampai sekarang belum diketahui dengan pasti apa penyebab

biologis dari ADHD. Faktor-faktor risiko pada saat kelahiran yang diduga terkait dengan

ADHD adalah kelahiran yang prematur, berat lahir yang sangat rendah, dan 12 luka/trauma

saat kelahiran. Luka pada otak setelah kelahiran juga ditemukan berkaitan dengan ADHD.

Kemudian beberapa ahli menemukan bahwa area-area tertentu dari otak anak ADHD,

ukurannya lebih kecil dan aktivitasnya lebih sedikit sebanyak 5-10% dibandingkan area

normal. Ditemukan pula kaitan antara ADHD dengan zat-zat kimia yang terdapat dalam sel

6
otak (Tynan, 2005). Selain itu, penderita ADHD diketahui mempunyai kerusakan pada

frontal-limbic system (National Institute of Mental Health, 2000). Para ilmuwan dari NIMH

(National Institute of Mental Health), (2000) menemukan hubungan antara kemampuan

seseorang untuk memberikan atensi secara kontinu dengan level aktivitas otak. Hasil

penelitian menemukan perbedaan penting antara anak ADHD dan bukan ADHD. Pada anak

ADHD, area di otak yang mengontrol atensi hanya menggunakan sedikit glukosa,

mengindikasikan bahwa aktivitas di beberapa area otaknya sedikit pula. Rendahnya tingkat

aktivitas di beberapa area otak ini menyebabkan anak kurang dapat memusatkan perhatian

pada suatu hal. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh para ilmuwan di National Institute

of Mental Health, (2000) mengungkapkan bahwa wanita yang mengkosumsi rokok, alkohol,

atau obat-obatan lain selama masa kehamilan dapat memberi efek negative pada

perkembangan janin. Ditemukan bahwa alkohol dan nikotin pada rokok dapat menghambat

perkembangan sel otak janin. Konsumsi alcohol selama hamil dapat menyebabkan Fetal

Alcohol Syndrome, yaitu suatu kondisi dimana bayi lahir dengan berat badan kurang,

kemunduran intelektual, dan ketidaksempurnaan bentuk fisik. Banyak anak yang lahir

dengan FAS 13 menunjukkan hiperaktivitas, inattention, dan impulsivitas seperti anak

dengan ADHD. Sedangkan obat-obatan seperti kokain dapat mempengaruhi sel-sel reseptor

otak yang berfungsi untuk mentransmisikan sinyal dari kelima indera dan membantu

mengontrol repson terhadap lingkungan. Beberapa kerusakan pada selsel tersebut dapat

mengarah pada ADHD.

b. Perspektif Genetis Hasil penelitian lain yang juga dilakukan oleh para ilmuwan di

National Institute of Mental Health, (2000) menunjukkan adanya kecenderungan bahwa

ADHD terjadi secara genetik. Hal ini diteliti oleh Goodman dan Stevenson pada 238 pasang

7
anak kembar, ditemukan bahwa hiperaktif diderita pada 51% anak yang kembar identik dan

33% pada anak yang kembar fraternal. Anak-anak dengan ADHD biasanya mempunyai

setidak-tidaknya satu orang keluarga dengan ADHD. Setidaknya sepertiga dari para ayah

dengan ADHD pada masa kecilnya mempunyai anak dengan ADHD pula.

c. Perspektif Perilaku Hiperaktif mungkin merupakan proses belajar, dimana terjadi

modeling tingkah laku terhadap orangtua atau teman. Orangtua pada anak yang hiperaktif

akan sering memberi perintah serta mempunyai hubungan interaksi yang negative. Ketika

dilakukan pengobatan secara simultan, perintah dan tingkah laku yang ditampilkan orangtua

menurun. Jadi dengan demikian perilaku anak hiperaktif juga menurun karena interaksi

negative dengan orangtua menurun (Rose & Rose, 1982 dalam Kurtz, 2005). 14 2.1.3.

Subkategori ADHD Saat ini banyak individu dengan gejala kurang perhatian (inattention)

dan hiperaktif-impulsif (hyperactivity-impulsivity) dimana pada salah satunya terdapat

gejala yang dominan. Subkategori yang sesuai untuk diagnosis saat ini harus ditunjukkan

berdasarkan gejala dominan yang sudah terjadi untuk 6 bulan terakhir.

a. Attention-Deficit/Hyperactivity, Predominantly Inattentive Type. Subkategori ini

digunakan jika enam (atau lebih) gejala kurang perhatian (tetapi kurang dari enam gejala

hiperaktif-impulsif) yang telah berlangsung selama minimal enam bulan. Tipe ini individu

masalah utamanya adalah rendahnya konsentrasi.

b. Attention-Deficit/Hyperactivity, Predominantly Hyperactivity-Impulsivity Type.

Subkategori ini digunakan jika enam (atau lebih) gejala hiperaktifimpulsif (tetapi kurang

dari enam gejala kurang perhatian yang telah berlangsung minimal selama enam bulan).

Tipe ini individu masalahnya terutama diakibatkan oleh perilaku hiperaktif-impulsif.

8
c. Attention-Deficit/Hyperactivity, Combined Type. Subkategori ini digunakan jika

enam (atau lebih) gejala kurangnya perhatian (inattention) dan enam (atau lebih) gejala

hiperaktif-impulsif telah dialami selama minimal enam bulan. Individu yang mengalami

kedua rangkaian masalah diatas.

C. Pedoman Identifikasi ADHD

Untuk melakukan identifikasi ADHD dapat digunakan pedoman yang di keluarkan oleh

American Psychiatric Association, yang menerapkan kriteria untuk menentukan gangguan

pemusatan perhatian dengan mengacu kepada DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of

Mental Disorder, 4th edition tahun 2005) sebagai berikut: a. Kurang Perhatian Pada kriteria

ini, anak ADHD paling sedikit mengalami enam atau lebih dari gejala-gejala berikutnya, dan

berlangsung selama paling sedikit 6 bulan sampai suatu tingkatan yang maladaptif dan tidak

konsisten dengan tingkat perkembangan.

1. Seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail atau membuat

kesalahan yang sembrono dalam pekerjaan sekolah dan kegiatankegiatan lainnya.

2. Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugastugas atau

kegiatan bermain.

3. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara secara langsung.

4. Seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi dan gagal dalam menyelesaikan

pekerjaan sekolah, pekerjaan, atau tugas di tempat kerja (bukan disebabkan karena perilaku

melawan atau kegagalan untuk mengerti instruksi).

5. Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan.

6.Seringkali kehilangan barang benda penting untuk tugas-tugas dan kegiatan, misalnya

kehilangan permainan; kehilangan tugas sekolah; kehilangan pensil, buku, dan alat tulis lain.

9
7. Seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan tugas-tugas

yang membutuhkan usaha mental yang didukung, seperti menyelesaikan pekerjaan sekolah

atau pekerjaan rumah.

8. Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar.

9. Seringkali cepat lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.

b. Hiperaktivitas Impulsifitas Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala

hiperaktivitas impulsifitas berikutnya bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan

tingkatan yang maladaptif dan tidak dengan tingkat perkembangan. Hiperaktivitas

1. Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering menggeliat di kursi.

2. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas atau dalam situasi lainnya di mana

diharapkan agar anak tetap duduk.

3. Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana hal ini tidak tepat.

(pada masa remaja atau dewasa terbatas pada perasaan gelisah yang subjektif).

4. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara

tenang.

5. Sering 'bergerak' atau bertindak seolah-olah 'dikendalikan oleh motor' dan

6. Sering berbicara berlebihan.

Impulsivitas

1. Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai.

2. Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran.

3. Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain, misalnya rnemotong

pembicaraan atau permainan.

D. Kriteria ADHD dalam DSM-IV-TR

10
a. Salah satu dari A atau B:

1. Enam atau lebih wujud kurangnya konsentrasi selama minimal 6 bulan hingga ke tingkat

yang maladaptive dan lebih besar dari yang diharapkan, melihat tingkat perkembangan

orang yang bersangkutan, contohnya berbagai kesalahan yang sembrono, tidak

mendengarkan dengan baik, tidak mengikuti instruksi, mudah teralihkan, mudah lupa

dengan aktivitas sehari-hari.

2. Enam atau lebih wujud hiperaktivitas-impulsivitas yang terjadi selama minimal 6 bulan

hingga ke titik yang maladaptive dan lebih besar dari yang diharapkan, melihat tingkat

perkembangan orang yang bersangkutan, contohnya bergerak terus dalam posisi duduk,

berlari kesana kemari tanpa tujuan (pada orang dewasa, selalu bergerak gelisah), bertingkah

laku seolah “digerakkan oleh sebuah motor”, berbicara tanpa henti.

b. Beberapa dari karakteristik di atas terjadi sebelum usia 7 tahun

c. Terjadi di dua lingkungan atau lebih, a.l., di rumah dan di sekolah atau di tempat kerja 18

d. Disabilitas yang parah dalam fungsi sosial, akademik, atau pekerjaan

e. Tidak terdapat karakteristik gangguan lain seperti skizofrenia, gangguan anxietas,

gangguan mood

E. Treatment ADHD

a. Treatment medis Manfaat yang diperoleh dari treatment medis adalah anak dapat

mengontrol impulsivitas, meningkatkan perhatian anak, dan hiperaktivitas serta agresivitas

anak berkurang. Tidak ada „pil ajaib‟ untuk menyembuhkan ADHD, obat-obatan medis ini

digunakan untuk membantu mengontrol gejala ADHD (Wenar & Kerig, 2000). Obat-obatan

yang biasa digunakan untuk ADHD, dikenal sebagai stimulants, adalah methylphenidate

11
(ritalin), dextroamphetamine (dexedrine atau dextrostat), dan pemoline (cylert). Pada

kebanyakan anak, obat-obatan membantu mengurangi hiperaktivitas dan meningkatkan

kemampuan untuk memfokuskan pikiran pada suatu tugas atau aktivitas, serta meningkatkan

koordinasi fisik, seperti menulis dan olahraga (Wenar & Kerig, 2000).

b. Treatment non-medis Anak ADHD seringkali bermasalah di sekolah, tidak dapat

menyelesaikan suatu aktivitas, dan kehilangan teman. Bukanlah hal yang mudah untuk

melakukan coping dengan berbagai hal yang mereka alami setiap harinya. Beberapa anak

mengekspresikan rasa frustasi dengan agresi, seperti memukul atau membanting barang-

barang (National Institute of Mental Health, 2000).

Berikut ini adalah beberapa jenis terapi yang dapat digunakan untuk membantu anak ADHD

(Wenar & Kerig, 2000):

1. Psychotherapy: membantu anak ADHD untuk dapat menerima dan menyukai diri mereka

apa adanya. Dalam psychotherapy, pasien berbicara kepada terapis tentang pikiran dan

perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan dan mempelajari alternative-alternatif untuk

mengontrol emosi mereka.

2. Cognitive Behavioral Therapy: membantu anak ADHD untuk mengubah perilaku

mereka. Terapis memberikan reward dan reinforcement untuk membentuk perilaku yang

diinginkan, sedangkan reinforcement negative dan hukuman dihindari. 3. Social Skill

Training: membantu anak ADHD mempelajari perilaku yang baru. Terapis mendiskusikan

dan memberi contoh perilaku yang diharapkan, seperti menunggu giliran, berbagi mainan

dengan teman, meminta bantuan, kemudian memberi kesempatan pada anak untuk

melakukan hal-hal tersebut. dalam penelitian ini anak diajarkan teknik-teknik berinteraksi

secara positif dengan orang lain. Pelatihan ini dapat efektif jika dilakukan dalam kelompok

12
dan dikombinasikan dengan teknik modeling, latihan, umpan balik, dan pemberian

penguatan (Wenar, 2000).

4. Support Group: anggota dari support group berbagi kesulitan dan kesuksesan. Berbagi

kisah dengan orang lain yang mempunyai masalah serupa membuat anak dan orangtua tidak

merasa sendirian.

5. Parenting Skill Training: memberikan pengarahan kepada orangtua untuk mengatasi

perilaku anak ADHD mereka. Bila orangtua menemui tanda-tanda 20 penderita gangguan

pemusatan perhatian pada anak mereka, pertama kali yang harus dilakukan adalah

mengkonsultasikan persoalan yang dialami anaknya kepada ahli terapi atau psikolog anak.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan petunjuk dari orang yang tepat tentang apa yang bisa

dilakukan di rumah dan untuk memperbaiki sikap orangtua agar tidak terlalu menuntut

anaknya secara berlebihan.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Karakteristik anak-anak dengan ADHD yang tersering dinyatakan dalam urutan


frekuensi: hiperaktivitas, gangguan motorik perseptual, labilitas emosional, defisit koordinasi
menyeluruh, gangguan atensi (rentang atensi yang pendek, distraktibilitas, keras hati, gagal
menyelesaikan hal, inatensi, konsentrasi yang buruk), impulsivitas (bertindak sebelum berpikir,
mengubah perilaku denga tiba-tiba, tidak memiliki organisasi, meloncat-loncat di sekolah),
gangguan daya ingat dan pikiran, ketidakmampuan belajar spesifik, gangguan bicara dan
pendengaran, dan tanda neurologis dan iregularitas EEG yang samar-samar.

Laporan tentang insiden ADHD di Amerika Serikat adalah bervariasi dari 2 sampai 20
persen anak-anak sekolah dasar. Anak laki-laki memiliki insidensi yang lebih tinggi
dibandingkan anak perempuan, dengan rasio 3 berbanding 1 sampai 5 berbanding 1. Gangguan
paling sering ditemukan pada anak laki-laki yang pertama. Orangtua dari anak-anak dengan
ADHD menunjukkan peningkatan insidensi hiperkinesis, sosiopati, gangguan penggunaan
alkohol, dan gangguan konversi.

Karena simtom-simtom ADHD bervariasi, DSM-IV-TR mencantumkan tiga subkategori,


yaitu tipe predominan inatentif: anak-anak yang masalah utamanya adalah rendahnya
konsentrasi, tipe predominan Hiperaktif-Impulsif: anak-anak yang masalah utamanya
diakibatkan oleh perilaku hiperaktif-impulsif, dan tipe kombinasi: anak-anak yang mengalami
kedua rangkaian masalah diatas.

Beberapa penyebab ADHD di antaranya adalah faktor predisposisi yaitu faktor biologi: genetik,
perinatal dan prenatal, serta racun lingkungan; faktor psikologi dan sosial dan faktor presipitasi
yaitu: peristiwa pasca kelahiran, gangguan bahasa dan pembelajaran, dan sebagainya.

Beberapa terapi untuk penderita ADHD antara lain dengan farmakoterapi yaitu terapi
dengan menggunakan obat-obatan untuk mengurangi gejala hiperaktivitas, psikoterapi, terapi
bermain, dan terapi back in control.

B. Saran

14
Kami menganjurkan untuk lebih menambah khasanah pengetahuan tentang ADHD
dengan membaca jurnal-jurnal tentang ADHD. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai penyebab
dan cara penanggulangan untuk menekan angka penderita ADHD dan agar anak yang terkena
gangguan ADHD dapat diperlakukan dengan benar. Di samping itu agar mencari alternatif terapi
(penatalaksanaan) untuk penderita ADHD.

15
DAFTAR PUSTAKA

Davison, Gerald C dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

http://www.scribd.com/doc/71659704/Adhd diakses tanggal 4 November 2012.

http://www.scribd.com/doc/104336205/Makala-Had-Hd diakses tanggal 4 November 2012.

Kaplan, M.D., Halord I, Sadock, M.D., Benjamin J., Grebb, M.D., Jack A. 2010. Sinopsis
Psikiatri, Jilid 2. Terjemahan Dr. Widjaja Kusuma. Tangerang: Binarupa Aksara.

Komalasari, Erna. 2010. Prognosis ADHD. http://erna-


komalasari.blogspot.com/2010/02/prognosis-adhd.html diakses tanggal 4 November
2012.

Nevid, Jeffrey S dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta : Indeks

16

Anda mungkin juga menyukai