Disusun Oleh :
Puji syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah yang berjudul “Autism Spectrum Disorder”
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Inklusi sebagai nilai Ujian Tengah Semester. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang mengenai Autism Spectrum
Disorder bagi para pembaca maupun penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Angga Damayanto, S.Pd.,
M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Inklusi yang telah membimbing
saya dan teman-teman dalam hal mempelajari Anak Berkebutuhan Khusus mulai dari
pemahaman hingga pembuatan makalah. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
kedua orang tua saya yang telah memberikan dukungan moral maupun material, serta
semua semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
sangat saya harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapa pun yang
membaca.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
memerlukan perhatian khusus, sehingga perlu pelayanan pendidikan khusus, antara
lain adalah anak autistik (Azwandi, 2005:134).
Dengan demikian proses pembelajaran untuk anak autis seharusnya mampu
meminimalkan kekurangan siswa autis. Pembelajaran tersebut harus memberikan
dampak nyata untuk membantu kehidupan siswa autis selanjutnya. Pembelajaran anak
autis cenderung menitikberatkan pada penguasaan materi berupa hafalan dan peniruan
gerak.
Keterampilan gerak pada pembelajaran tari untuk siswa autis memberikan
manfaat secara fisik. Ketika menguasai keterampilan motorik dasar, anak akan
membangun fondasi untuk keterampilan yang lebih kompleks. Manfaat secara emosi,
tari memungkinkan siswa untuk mengekspresikan perasaan yang dialami siswa, serta
memfasilitasi komunikasi yang baik antara siswa dengan orang lain. Selain itu, tari juga
dapat menciptakan peluang untuk interaksi yang lebih bermakna.
1.3 Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian inklusi secara garis besar.
2. Mendeskripsikan landasan filosofis, yuridis, dan empiris yang mendasari adanya
pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus.
3. Mendeskripsikan pengertian autis dan perilaku yang mencerminkan anak autisme.
4. Mengklasifikasi faktor dan ciri-ciri anak autisme.
5. Mengklasifikasi jenis-jenis terapi untuk anak autisme
6. Mengetahui secara garis besar mengenai kondisi autisme di Indonesia maupun di
mata dunia.
7. Sebagai referensi metode pengajaran tari untuk anak autisme.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
berkelainan atau peserta didik yang memiliki kecerdasan luar biasa yang
diselenggarakan secara inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada
tingkat pendidikan dasar dan menengah.
Pasal 45 ayat (1) Setiap satuan pendidikan formal dan non formal
menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan
sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan
intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 2 ayat (1) Lingkungan Standar Nasional Pendidikan meliputi
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
kependidikan, standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Dalam PP No. 19/2005 tersebut
juga dijelaskan bahwa satuan pendidikan khusus terdiri atas SDLB, SMPLB,
SMALB.
Surat Edaran Dirjen Dikdasmen Depdiknas No. 380/C.C6/MNB/2003
tanggal 20 Januari 2003 perihal pendidikan inklusif menyelenggarakan dan
mengembangkan di setiap kabupaten/kota sekurang-kurangnya 4 sekolah yang
terdiri dari SD, SMP, SMA, dan SMK.
• Landasan Empiris
o Deklarasi Hak Azasi Manusia, 1948.
o Konvensi Hak Anak, 1989.
o Konferensi dunia tentang Pendidikan untuk semua, 1990.
o Resolusi PBB No. 48/49 Tahun 1993 tentang Persamaan Kesempatan bagi
Orang Berkelainan.
o Pernyataan Salamanca tentang Pendidikan Inklusi, 1994.
o Komitmen Dakar mengenai Pendidikan untuk semua, 2000.
o Deklarasi Bandung (2004) dengan komitmen “Indonesia menuju
pendidikan inklusif”.
o Rekomendasi Bukit Tinggi (2005).
7
Menurut KBBI, autisme adalah gangguan perkembangan pada anak yang
berakibat tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan
dan keinginannya sehingga perilaku hubungan dengan orang lain terganggu. Autis
berasal dari kata “auto”, yang berarti “sendiri”. Istilah autisme diperkenalkan oleh
Leo Kanner, 1943.
Pandangan lama : Autisme merupakan kelainan seumur hidup.
Fakta baru : Autisme masa kanak-kanak dapat dikoreksi.
Menurut Joko Yuwono (2012 : 26), berpendapat bahwa pengertian autisme
telah dimuat dalam IDEA (Individuals with Disabilities Education Act), yakni
masalah perkembangan yang secara signifikan berdampak pada kemampuan
komunikasi verbal, non verbal, interaksi sosial yang umumnya terjadi sebelum
umur 3 tahun.
8
risiko memiliki anak autis hingga 77% bila dibandingkan melahirkan di bawah
usia 25 tahun.
f) Pengaruh gangguan lainnya. Beberapa gangguan tersebut antara lain distrofi
otot, fragile X syndrome, lumpuh otak atau cerebral palsy, neurofibromatosis,
sindrom down, dan sindrom rett.
g) Kelainan anatomis pada lobus parietalis, cerebellum, dan sistem limbik.
h) Makanan selama dalam kandungan. Konsumsi minuman beralkohol atau
obat-obatan (terutama obat epilepsi) dalam masa kehamilan, dapat
meningkatkan risiko anak yang lahir menderita autisme.
9
Tiba-tiba menangis tanpa sebab yang jelas. Takut tehadap sesuatu yang
bagi banyak orang umumnya tidak menakutkan. Marah-marah dan temper
tantrum.
e. Gangguan Sensori
1) Sangat peka terhadap rangsang tertentu. Misalnya terhadap suara
tertentu/suara dengan frekuensi tertentu, suara AC, hair dryer, siraman air
kloset, sangat peka terhadap sentuhan atau perabaan. Namun tidak tahan
jika ada label di belakang baju. Bisa juga kurang peka terhadap rangsang
tertentu. Misalnya tidak merasa sakit jika terjatuh atau disuntik. Batas
ambang rangsangnya tidak normal, bisa terlalu peka atau sangat tidak peka.
2) Tiba-tiba menangis tanpa sebab yang jelas. Takut tehadap sesuatu yang bagi
banyak orang umumnya tidak menakutkan. Marah-marah dan temper
tantrum.
10
6. Terapi Biomedis
Terapi biomedis berkaitan dengan penggunaan obat-obatan dalam
penanganan autisme. Kebanyakan perawatan biomedis dilakukan berdasarkan
pendekatan DAN (Defeat Autism Now), yaitu menentukan diet khusus,
perawatan alternatif, ataupun suplemen untuk penanganan penyandang autis.
7. Terapi Hiperbarik Oxygen
Terapi hiperbarik oksigen adalah salah satu metode pengobatan yang
dilakukan dengan cara memberikan oksigen murni di dalam ruangan khusus
bertekanan udara tinggi.
PBB telah menetapkan adanya World Autism Awareness Day atau Hari Peduli
Autisme Sedunia, yaitu setiap tanggal 2 April sejak tahun 2008. Ini menunjukkan
betapa persoalan tentang autisme begitu penting dan membutuhkan perhatian dari
semua pihak.
11
2.7 Jumlah Penyandang Autisme :
USA = 1 : 150 anak
Inggris = 1 : 100 anak
Indonesia = Tidak ada angka yang jelas.
Dunia = Sekitar 60 juta.
12
siswa autis untuk mengimitasi gerak dari anak normal, kemudian anak normal
didampingi guru untuk memberikan bantuan kepada siswa autis yang mengalami
kesulitan gerak dengan cara membenarkan sikap badan yang belum benar. Kemudian
untuk pendalaman Tari Apuse dilakukan dengan cara mengulang-ulang materi sampai
siswa dapat melakukan tarian mendekati cara menari anak normal.
Selanjutnya tindakan untuk peningkatan sasaran terapi okupasi dilakukan
dengan meningkatkan kerjasama antara anak normal dan siswa autis sehingga anak
normal dapat membantu siswa autis untuk menunjang terapi okupasi terutama dalam
aspek fisik, intelektual, sosial dan emosi.
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Autisme merupakan kumpulan sindrom akibat kerusakan saraf. Penyakit ini
mengganggu perkembangan anak. Diagnosisnya diketahui dari gejala-gejala yang
tampak, ditunjukkan dengan adanya penyimpangan perkembangan. Kemampuan
berkomunikasi adalah modal utama seseorang untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Jika seorang anak yang menderita autis tidak mampu berkomunikasi
dan tidak memperoleh pendidikan, maka anak tersebut tidak dapat berperan secara
independen dalam masyarakat dewasa.
3.2 Saran
Pendidikan untuk anak autis sangat diperlukan agar anak autis dapat
mengembangkan kemampuan dan keterampilannya dalam masyarakat. Proses
pembelajaran untuk anak autis seharusnya mampu meminimalkan kekurangan siswa
autis. Pembelajaran tersebut harus memberikan dampak nyata untuk membantu
kehidupan siswa autis selanjutnya.
14
DAFTAR PUSTAKA
t_psn_1007069_chapter1.pdf (upi.edu)
Mengenal Penyebab Autis, Gejala, dan Terapi yang Bisa Dilakukan Halaman all -
Kompas.com
Deteksi dan Intervensi Dini Pada Anak Autis | Rahayu | Jurnal Pendidikan Anak
(uny.ac.id)
https://eprints.uny.ac.id/20155/1/Desilia%20Kusmitantia%20Wardani%20082092410
25.pdf
15