Anda di halaman 1dari 16

OBSERVASI DI

SDLB SUNAN KUDUS PEDAWANG KUDUS

Dimas Endra Irawan (2011010072)


Muhammad Ainul Yaqin (2011010077)
Anisatul Husnia (2011010093)
Nailina Rahmatika Novianingrum (2011010094)
Putri Aryachiyah Nihayatul Ulya (2011010103)
Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses


pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau
penyimpangan fisik, mental-intelektual, sosial dan atau emosional
dibanding dengan anak-anak lain sosialnya. Sehingga mereka
memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Kategori dan Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

Kategori ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)


• ABK bersifat sementara (temporer) : anak yang mengalami hambatan
dalam belajar dan perkembangannya disebabkan oleh faktor eksternal.
Contoh : korban bullying dan korban pelecehan.
• ABK bersifat tetap (permanen) : anak yang mengalami hambatan
dalam belajar dan perkembangannya disebabkan oleh faktor internal.
Contoh : kehilangan fungsi penglihatan, kehilangan fungsi
pendengaran, gangguan perkembangan kognisi.
Klasifikasi ABK
• Berdasarkan kelainan fisik : kelainan yang terjadi pada satu atau beberapa organ
tubuh tertentu yang menakibatkan fungsi tubuh tidak berjalan secara normal.
Contoh : tunarungu, tunanetra, tunawicara, tunadaksa, poliomyelitis atau polio
(penyakit saraf yang menyebabkan kelumpuhan), cerebral palsy (lumpuh otak
yang sering terjadi sebelum lahir).
• Berdasarkan kelainan mental : penyimpanan kemampuan berpikir secara logis dan
kritis dalam menanggapi lingkungan sekitar. Kelainan mentl dalam arti lebih
(supernormal), contoh : rapid learner, gifted, extremelly gifted. Sedangkan
kelainan mental dalam arti kurang (subnormal), contoh : tunagrahita.
• Berdasarkan kelainan perilaku sosial (tunalaras) : kesulitan untuk menyesuaikan
diri dengan lingkungannya. Contoh : kompensasi berlebihan, sering bentrok
dengan lingkungan, pelanggaran hukum atau norma kesopanan.
Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
1. Anak Autisme, Anak yang memiliki rangkaian gangguan perkembangan yang
mempengaruhi kemampuan bahasa, perilaku, interaksi sosial, dan kemampuan
belajar.
Klasifikasi
a. Autistic disorder/ mindblindness
b. Asperger syndrome
c. Childhood disintegrative disorder
d. Pervasive Developmental disorder
2. Etiologi (faktor pemicu autisme)
a) Jenis kelamin. Anak laki-laki risiko 4x lebih tinggi daripada anak perempuan.
b) Faktor keturunan.
c) Penularan selama dalam kandungan. Contohnya, efek samping minuman beralkohol atau obat-obatan
(terutama obat epilepsi).
d) Pengaruh gangguan lainnya, seperti down, distrofi otot, neurofibromatosis, sindrom tourette, cerebral
palsy (lumpuh otak), sindrom rett.
e) Kelahiran premature, khususnya lahir pada masa kehamilan 26 minggu atau kurang.
f) Intervensi
g) Terapi perilaku dan komunikasi, dengan memberikan sejumlah pengajaran yaitu kemmapuan dasar
sehari-hari, baik verbal maupun nonverbal
h) Terapi keluarga, terapi ini untuk orang tua dan keluarganya, agar keluarga bisa belajar bagaimana cara
berinteraksi dan juga mengajarkan berbicara dan berperilaku sosial.
i) Pemberian obat-obatan, walaupn tidak bisa menyembuhkan tetapi bisa mengendalikan gejalanya.
Contoh, obat kejang, obat untuk mengatasi masalah perilaku, untuk mengatasi depresi, untuk mengatasi
gangguan tidur.
3. Intervensi

Terapi perilaku
Terapi keluarga Pemberian obat-obatan
dan komunikasi
Anak ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder)

Klasifikasi

Tipe predominan Tipe predominan


Tipe kombinasi
inatentif hiperaktiv-impulsif
Anak Lamban Belajar (Slow Learner)

Ialah anak yang memiliki skor IQ dibawah rata-rata normal dan


mempunyai tingkat keberhasilan yang relatif rendah pada tugas-tugas
sekolah dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Mereka lebih sering
pasif, minder, dan menarik diri dari pergaulan.
Anak Kesulitan Belajar (learning disability)

Berdasarkan jenis kelainannya


a) Gangguan membaca (disleksia)
b) Gangguan matematik (diskalkulia)
c) Gangguan menulis ekspresif (spelling diyslexia, spelling disorder)
d) Gangguan belajar lainnya/ tidak spesifik
Berdasarkan kapan waktu terjadinya
a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
(developmental learning disabilities)
b. Kesulitan belajar akademis (academic kearning disabilities)
Karakteristik

Kecerdasa
Fisik
n

Sosial Akademis
Etiologi

Kondisi janin tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau
ibu yang merokok, konsumsi obat-obatan (drugs), minum alcohol
selama masa hamil

Gangguan semasa kehamilan, saat Faktor


melahirkan atau prematur keturunan/bawaan

Awal masa kanak-


Infeksi telinga yang
Trauma pasca kanak sering
berulang pada masa
kelahiran berhubungan dengan
bayi dan balita
zat berbahaya
Intervensi

Di bidang
medis Di bidang
pendidikan
HASIL YANG DIDAPAT DAN PEMBAHASAN
Sejarah Berdirinya SDLB Sunan Kudus
SDLB Sunan Kudus, Pedawang Bae Kudus Jawa Tengah dirikan oleh H. Moh
Faiq Afthoni, M.Ac, MCH pada tahun 2007 dan mulai beroperasi pada tahun 2010.
Diawal berdirinya lembaga Pendidikan yang dirintisnya, saat itu bapak Moh. Faiq
Afthoni hanya merawat tiga orang anak dengan gangguan autisme. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu, secara bertahap, kini beliau mendirikan sebuah lembaga
yang cukup terkenal di Indonesia bahkan Manca negara seperti Malaysia, singapura
dan Iraq. Kemudian pada tahun 2007 lembaga tersebut dinamakan pondok
pesantren modern al- Achsaniyyah.
Seiring berjalananya waktu, pada tahun 2010 peserta didik berkebutuhan khusus
yang diasuh oleh bapak Moh. Faiq Afthoni sudah mencapai 80 anak dari berbagai
kota di Indonesia dan memiliki tenaga pendamping 55 orang dan di tanah wakaf
seluas 3800 M tersebut. Dan pada tahun 2016 peserta didik sudah berkembang.
Teknik dan Jenis Terapi di SDLB Sunan Kudus

SDLB Sunan Kudus dalam sistem pembelajarannya memadukan dua


sistem yaitu sistem Pendidikan formal dan sistem Asrama. Meskipun
demikian, Pendidikan dalam pengembagan bakat dan minat lebih
diutamakan dari pada pendidikan akademik.
Dalam perkembangannya SDLB Sunan Kudus berencana mengunakan
terapi gelombang sonar pada lumba-lumba. Lumba-lumba memiliki
gelombang sonar yang dapat merangsang otak manusia memproduksi
energi di dalam tulang tengkorak, dada, dan tulang belakang. Efeknya
dapat kembali menyeimbangkan penggunaan otak kanan dan otak kiri.
TERIMAKASIH ATAS
PARTISIPASINYA

Anda mungkin juga menyukai