Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN HASIL OBSERVASI

DI SDLB SUNAN KUDUS PEDAWANG KUDUS

Disusun Oleh :

1. Dimas Endra Irawan (2011010072)

2. Muhammad Ainul Yaqin (2011010077)

3. Anisatul Husnia (2011010093)

4. Nailina Rahmatika Novianingrum (2011010094)

5. Putri Aryachiyah Nihayatul Ulya (2011010103)

PROGAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini Dosen pengampu mata kuliah Konseling berkebutuhan khusus


progam Bimbingan Konseling Islam Institut Agama Islam Negeri Kudus dengan ini
menerima dan mengesahkan laporan hasil observasi:

1. Judul program : Observasi di SDLB Sunan Kudus, Pedawang,


Kudus
2. Nama Mitra : SDLB Sunan Kudus.
3. Alamat Mitra : Jl. Mayor Kusmanto RT 04 RW 03,
Pedawang, Bae, Kudus.
4. Ketua Tim : M. Ainul Yaqin
NIM : 2011010077

5. Mahasiswa : Dimas Endra Irawan (2011010072)


yang terlibat
Muhammad Ainul Yaqin (2011010077)

Anisatul Husnia (2011010093)

Nailina Rahmatika N. (2011010094)

Putri Aryachiyah Nihayatul U. (2011010103)

6. Jangka waktu : Jam 10.00 – 11.15 WIB tanggal 8 Desember


Pelaksanaan 2022

Kudus, 22 Desember 2022

Mengetahui,
Ketua Tim Peneliti Dosen Pengampu

Muhammad Ainul Yaqin Moh Anwar Yasfin, M.Pd.


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak dengan karakteristik khusus yang


berbeda dengan anak pada umumnya yang selalu menunjukkan pada ketidak
mampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk anak berkebutuhan khusus antara
lain: Tunanetra, Tunarungu, kesulitan belajar, gangguan perilaku, dan anak
gangguan kesehatan. Didalam undang-undang dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan
undang-undang nomer 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan dinyatakan bahwa
warga negara mempunyai kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan
yang bermutu, dalam hal ini termasuk didalamnya adalah anak yang berkebutuhan
khusus. Pendidikan tidaklah membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lain.
Dengan demikian, anak-anak berkebutuhan khusus juga memiliki kesempatan yang
sama untuk mendapatkan pendidikan.

Anak ABK memiliki kemampuan atau kecakapan di bawah rata-rata yang


mennyebabkan anak tersebut tidak dapat berkembang selayaknya anak normal. Hal
inilah yang menyebabkan bahwa anak berkebutuhan khusus sangat memerlukan
perhatian yang khusus dalam proses berkembangnya. Agama sebagai dasar pijakan
umat islam tentu memiliki peran yang sangat penting bagi pembentukan manusia
yang utuh.islam juga mengajarkan bahwa setiap manusia dimata Allah Swt adalah
sama. Nilai-nilai pendidikan islam berfungsi sebagai pembimbing atau pengarah
terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak didik dengan satu pandangan bahwa
anak didik adalah hamba Allah yang diberi anugrah berupa potensi dasar yang bisa
tumbuh secara interaktif dengan kebutuhan yang ada disekitar lingkungannya.

Menghadapi anak yang berkebutuhan khusus tidaklah mudah seperti


membalikkan telapak tangan, mereka membutuhkan arahan, bimbingan, dan
pendidikan yang intensif agar dapat tumbuh dan berkembang seperti anak normal
pada umumnya hingga pada akhirnya mereka mampu berinteraksi dengan
lingkungan sekitar. Bagi anak berkebutuhan khusus menghadapi berbagai kendala
yang muncul seiring dengan proses pembelajaran yang berlangsur. Beraneka ragam
gangguan yang terjadi kepada anak tersebut, semisal anak yang mengalami
gangguan Autisme. Autisme merupakan suatu gangguan yang kompleks dimana
anak tersebut pada umumnya memiliki tiga kesulitan yang utama yaitu komunikasi,
sosialisasi, imajinasi. Karena pada hakekatnya yang membuat hidup kita benar-
benar berarti adalah dengan adanya komunikasi dengan orang lain, memahami
perilaku antara orang satu dengan orang yang lain dan orang-orang disekitarnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya SDLB Sunan Kudus?

2. Apa saja teknik dan jenis terapi di SDLB Sunan Kudus?

3. Bagaimana perkembangan prestasi siswa dari segi akademik dan non-


akademik?

C. Tujuan Wawancara

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah berdirinya SDLB Sunan Kudus

2. Untuk mengetahui apa saja teknik dan jenis terapi di SDLB Sunan Kudus

3. Untuk mengetahui perkembangan prestasi siswa dari segi akademik dan non-
akademik.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus


Sesuai dengan UU No. 20/2003 tentang Sisdiknas, anak berkebutuhan
khusus adalah anak yang karena kondisi fisik, emosional, mental, sosial,
dan/atau memiliki kecerdasan atau bakat istimewa memerlukan bantuan khusus.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang dalam proses
pertumbuhan atau perkembangan mengalami kelainan atau penyimpangan fisik,
mental-intelektual, sosial dan atau emosional dibanding dengan anak-anak lain
sosialnya. Sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Mereka membutuhkan kesetaraan, aksesibilitas, tidak diskriminasi, dan
dukungan.
B. Kategori dan Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus
1. Kategori ABK (Anak Berkebutuhan Khusus)
a. ABK bersifat sementara (temporer) : anak yang mengalami hambatan
dalam belajar dan perkembangannya disebabkan oleh faktor eksternal.
Contoh : korban bullying dan korban pelecehan.
b. ABK bersifat tetap (permanen) : anak yang mengalami hambatan dalam
belajar dan perkembangannya disebabkan oleh faktor internal. Contoh :
kehilangan fungsi penglihatan, kehilangan fungsi pendengaran,
gangguan perkembangan kognisi.
2. Klasifikasi ABK
a. Berdasarkan kelainan fisik : kelainan yang terjadi pada satu atau
beberapa organ tubuh tertentu yang menakibatkan fungsi tubuh tidak
berjalan secara normal. Contoh : tunarungu, tunanetra, tunawicara,
tunadaksa, poliomyelitis atau polio (penyakit saraf yang menyebabkan
kelumpuhan), cerebral palsy (lumpuh otak yang sering terjadi sebelum
lahir).
b. Berdasarkan kelainan mental : penyimpanan kemampuan berpikir secara
logis dan kritis dalam menanggapi lingkungan sekitar. Kelainan mentl
dalam arti lebih (supernormal), contoh : rapid learner, gifted, extremelly
gifted. Sedangkan kelainan mental dalam arti kurang (subnormal),
contoh : tunagrahita.
c. Berdasarkan kelainan perilaku sosial (tunalaras) : kesulitan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Contoh : kompensasi
berlebihan, sering bentrok dengan lingkungan, pelanggaran hukum atau
norma kesopanan.
C. Jenis-Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
1. Anak Autisme
Anak yang memiliki rangkaian gangguan perkembangan yang
mempengaruhi kemampuan bahasa, perilaku, interaksi sosial, dan
kemampuan belajar.
a. Klasifikasi
a) Autistic disorder/ mindblindness : tidak memiliki kemampuan
memahami permasalahan dari sudut pandang orang lain. Hidup di
dunianya sendiri dan tidak memahami peristiwa yang terjadi di
lingkungan sekitarnya. Sebagian dikarenakan ketidakmampuan
untuk menafsirkan emosi. Anak dengan ciri seperti ini memiliki
kemampuan berhitung, seni, musik dan memori yang lebih tinggi.
b) Asperger syndrome : bisa berinteraksi dengan orang lain dan
tidak memiliki masalah dalam keterlambatan berbahasa, justru
kemampuan berbahasanya lebih baik tetapi hanya pada bidang
yang disenanginya. Mereka memiliki empati, memahami sebuah
peristiwa tapi tidak bisa memberikan respons. Secara
penampakan fisik, mereka masih bisa berkomunikasi normal tapi
tidak menampakkan ekspresi, cenderung mendiskusikan diri
sendiri atau hal yang dianggap menarik.
c) Childhood disintegrative disorder : mengalami keterlambatan
motorik, bahasa dan fungsi sosialnya, karena ketidaksinkronan
kerja system saraf di dalam otak. Biasanya mengalami
perkembangan normal sampai usia 2 tahun, setelahnya akan
kehilangan keterampilan (kemampuan verbal, motorik, dan
interaksi sosial) yang diperolehnya secara perlahan menginjak
usia 2 atau 4 tahun, bahkan 10 tahun.
d) Pervasive Developmental disorder : sindrom ini biasanya menjadi
hasil diagnose terakhir ketika bertambah salah satu gejala yaitu
interaksi dengan teman-teman imajinatif anak. Gejalanya lebih
kompleks daripada 3 jenis sebelumnya. Contohnya, tidak bisa
menanggapi perilaku orang secara lisan maupun non-lisan, tahan
terhadap perubahan dan sangat kaku dalam rutinitas, sulit
mengingat sesuatu, dsb.1
b. Etiologi (faktor pemicu autisme)
a) Jenis kelamin. Anak laki-laki risiko 4x lebih tinggi daripada anak
perempuan.
b) Faktor keturunan.
c) Penularan selama dalam kandungan. Contohnya, efek samping
minuman beralkohol atau obat-obatan (terutama obat epilepsi).
d) Pengaruh gangguan lainnya, seperti down, distrofi otot,
neurofibromatosis, sindrom tourette, cerebral palsy (lumpuh
otak), sindrom rett.
e) Kelahiran premature, khususnya lahir pada masa kehamilan 26
minggu atau kurang.
c. Intervensi
a) Terapi perilaku dan komunikasi, dengan memberikan sejumlah
pengajaran yaitu kemmapuan dasar sehari-hari, baik verbal
maupun nonverbal
b) Terapi keluarga, terapi ini untuk orang tua dan keluarganya, agar
keluarga bisa belajar bagaimana cara berinteraksi dan juga
mengajarkan berbicara dan berperilaku sosial.
c) Pemberian obat-obatan, walaupn tidak bisa menyembuhkan tetapi
bisa mengendalikan gejalanya. Contoh, obat kejang, obat untuk

1
Redaksi Halodoc. https://www.halodoc.com/artikel/4-jenis-autis-yang-perlu-diketahui . diakses pada 6
Mei 2021.
mengatasi masalah perilaku, untuk mengatasi depresi, untuk
mengatasi gangguan tidur.2
2. Anak ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder)
Anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian, tidak dapat menerima
impuls-impuls dengan baik, suka melakukan gerakan-gerakan yang tidak
terkontrol (hiperaktif).
a. Klasifikasi
a) Tipe predominan inatentif : masalah utamanya adalah rendahnya
konsentrasi
b) Tipe predominan hiperaktiv-impulsif : masalah utamanya adalah
hiperaktiv-impulsif
c) Tipe kombinasi : mengalami kedua rangkaian masalah inatentif dan
hiperaktiv-impulsif
b. Karakteristik
Karakteristik utama pada anak ADHD adalah hiperaktif, mudah
gelisah, dan bosan pada sesuatu. Anak dengan gangguan ini sangat sulit
duduk dengan tenang.
a) Berdasarkan bentuk perilaku atau gejala kurangnya perhatian, yaitu :
sering gagal untuk memberikan perhatian dengan detail atau
membuat kesalahan ceroboh, kesulitan memegang peran pada tugas-
tugas atau bermain, tampaknya tidak mendengarkan ketika berbicara
secara langsung, tidak menindak lanjuti instruksi dan gagal
menyelesaikan tugas-tugas, sering kesulitan mengatur tugas dan
kegiatan, sering menghindari atau enggan melakukan tugas-tugas,
sering kehilangan benda atau barang yang diperlukan untuk tugas dan
kegiatan, sering mudah terganggu stimulus dari luar, sering pelupa
dalam kegiatan sehari-hari.
b) Berdasarkan hiperaktif dan impulsif, yaitu : sering gelisah dengn
menggerakkan tangan atau kaki, sering berjalan disekitar atau
memanjat dalam situasi yang tidak sesuai, kesulitan ketika bermain
atau mengambil bagian dalam kegiatan, bertindak seolah-olah

2
dr. Verury Verona Handayani. https://www.halodoc.com/kesehatan/autisme. diakses pada 6 Mei 2021
digerakkan oleh mesin, berbicara berlebihan atau kadang meledak-
ledak, sering menyela jawaban sebelum pertanyaan selesai, kesulitan
menunggu giliran, menyela pembicaraan orang lain.
c. Etiologi
Sampai saat ini belum jelas faktor yang menyebabkan ADHD,
banyak peneliti mencurigai faktor genetik dan biologis. Anak yang orang
tuanya mengidap ADHD mempunyai 8x risiko mengidap ADHD,
lingkungan anak tumbuh dan berkembang juga menentukan perilaku
yang spesifik (Baihaqi, 2006).
Menurut Barkley (dalam Baihaqi, 2006), faktor neurobiologis
menjadi salah satu faktor penyebab. Tidak normalnya pada lingkaran
depan otak, area otak dihubungkan denganatensi, fungsi, ekskutif,
penundaan respon, dan organisasi respon. Kerusakan bagian depan otak
memunculkan sintom-simtom yang serupa dengan ADHD.
Selain itu, faktor risiko biologis lainnya yang mencakup sejumlah
komplikasi pranatal dan perinatal. Kelahiran prematur, konsumsi alkohol
dan rokok pada ibu hamil menyebabkan kerusakan fungsi otak.3
d. Intervensi

3. Anak Lamban Belajar (Slow Learner)


Ialah anak yang memiliki skor IQ dibawah rata-rata normal dan
mempunyai tingkat keberhasilan yang relatif rendah pada tugas-tugas sekolah
dibandingkan dengan anak-anak lainnya. Mereka lebih sering pasif, minder, dan
menarik diri dari pergaulan.
a. Klasifikasi
b. Karakteristik
Menurut para ahli, yaitu :
a) Mengalami kesulitan berpikir abstrak atau mendalam
b) Sulit berkonsentrasi, kemampuan memusatkan perhatian pendek
c) Mengalami kesulitan mengekspresikan diri

3
Aprianto Pamungkas. Skripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Orang Tua yang
Mempunyai Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder).
https://repository.usd.ac.id/39/2/101114011_full.pdf. Diakses pada 5 Mei 2021.
d) Mengalami kesulitan mengungkapkan apa yang ingin
dilakukannya
e) Anak tidak segera menagkap apa yang diingikan oleh orang tua
atau guru, perlu disederhanakan lagi dan diulang dengan cara
berbeda, serta selalu diingatkan dari waktu ke waktu
f) Wawasan tentang dunia cenderung lebih sempit
g) Membaca adalah kegiatan yang sulit dikuasai
h) Proses tumbuh kembangnya berjalan normal, hanya saja
mengalami keterlambatan
i) Memiliki IQ sekitar 70-85
j) Prestasinya berjalan seiring perkembangan mentalnya
k) Mental age lebih rendah dari usia sebenarnya
l) Ada kemajuan akademik walaupun perlahan
c. Etiologi
a) Genetik : gangguan biokimia dalam tubuh seperti
phenylketonuria (PKU) dan Galactosemia.
b) Prenatal : prenatal anoxia (keadaan kekurangan oksigen), ibu
yang menggunakan zat adiktif dan minum alkohol berpengaruh
pada berkurangnya kemampuan short term memory pada anak,
penyakit yang diderita ibu saat hamil.
c) Perinatal : asphyxia, kelahiran prematur, karena organ-organ
tubuh yang belum siap berfungsi maksimal.
d) Postnatal (selama masa bayi) dan balita : karena malnutrisi,
trauma fisik akibat kecelakaan, terutama trauma pada otak, dan
beberapa penyakit dan infeksi seperti encephalitis dan meningitis.
e) Lingkungan : kondisi lingkungan yang kurang mendukung dan
tidak ada rangsangan dini.4
d. Intervensi
a) Pahami bahwa anak membutuhkan lebih banyak pengulangan, 3
– 5 kali

4
Dewi Mahastuti. Mengenal Lebih Dekat Anak Lambat Belajar.
https://journal.trunojoyo.ac.id/personafikasi/article/download/702/622. Diakses pada 5 Mei 2021.
b) Bagi yang tidak berprestsi dalam akademik dasar dapat
memperoleh melalui kegiatan tutorial di sekolah atau privat
c) Memberi mereka kelas yang lebih singkat dan tugas yang lebih
sederhana
d) Berusahalah untuk membantu membangun pemahaman dasar
mengenai konsep baru
e) Gunakan demonstasi dan petunjuk visual sebanyak mungkin
f) Jangan memaksa anak bersaing dengan anak yang
berkemampuan lebih tinggi
g) Memberika pelayanan pendidikan, yaitu bimbingan bagi anak
dengan masalah konsentrasi, masalah daya ingat, masalah
kognisi, masalah sosial dan emosional5
4. Anak Kesulitan Belajar (learning disability)
Kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau diatas
rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar
yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi,
berbahas, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi
integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, 2003).
a. Klasifikasi
Berdasarkan jenis kelainannya
a) Gangguan membaca (disleksia) : gangguan ini karena ada
masalah dengan penglihatan, tapi mengarah pada bagaimana otak
mengolah dan memproses informasi. Cara berpikirnya dengan
gambar, bukan huruf, angka, simbol atau kalimat. Kelebihannya
yaitu di bidang music, seni, grafis dan aktivitas kreatif lainnya.
b) Gangguan matematik (diskalkulia) : kekurangan pemahaman
tentang simbol, nilai tempat, perhitungan, penggunaan proses
yang keliru, tulisan yang tidak terbaca.
c) Gangguan menulis ekspresif (spelling diyslexia, spelling
disorder) : menulis dengan buruk, mengalami kesulitan mengeja,

5
Dyah Ayu Tri Permanasari. https://slideplayer.info/slide/13714891. diakses 6 Mei 2021
menunjukkan kesalahan memenggal suku kata, kurang
memperhatikan huruf besar dan kecil serta tanda baca.
d) Gangguan belajar lainnya/ tidak spesifik
Berdasarkan kapan waktu terjadinya
a) Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan
(developmental learning disabilities) : gangguan motorik dan
persepsi kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, kesulitan
belajar dalam penyesuaian perilaku sosial.
b) Kesulitan belajar akademis (academic kearning disabilities) :
adanya kegagalan pencapaian prestasi akademik yang sesuai
dengan kapasitas yang diharapkan, yaitu penguasaan keterampilan
menulis, membaca, atau matematika.
b. Karakteristik
a) Fisik : anak yang mengalami kesulitan belajar tidak menglami
kelainan fisik yang menonjol
b) Kecerdasan : ada 2 golongan, yaitu anak yng memiliki tingkat
potensi intelektual diatas normal/rata-rata, dan anak yang
memiliki tingkat potensi intelektual dibawah normal/rata-rata
c) Sosial : penyesuaian sosial kurang memadai karena dianggap
sosok anak yang malas dan aneh
d) Akademis : prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau bahkan
sangat rendah
c. Etiologi
Berdasarkan pada literatur dan hasil riset (Harwill, 2001) :
a) Faktor keturunan/bawaan
b) Gangguan semasa kehamilan, saat melahirkan atau prematur
c) Kondisi janin tidak menerima cukup oksigen atau nutrisi dan atau
ibu yang merokok, konsumsi obat-obatan (drugs), minum alcohol
selama masa hamil
d) Trauma pasca kelahiran, seperti demam yang sangat tinggi,
trauma kepala, atau pernah tenggelam
e) Infeksi telinga yang berulang pada masa bayi dan balita. Dan juga
biasanya punya sistem imun yang lemah
f) Awal masa kanak-kanak sering berhubungan dengan aluminium,
arsenik, merkuri/raksa, dan neurotoksin lainnya
d. Intervensi
Di bidang medis : terapi obat, terapi perilaku, psikoterapi suportif,
pendekatan psikososial lainnya seperti psikoedukasi orang tua dan
guru serta pelatihan keterampilan sosial bagi anak.
Di bidang pendidikan : terapi paling efektif adalah terapi remedial,
yakni bimbingan langsung oleh guru yang terlatih dalam mengatasi
kesulitan belajar anak. Guru remedial akan menyusun suatu metod
pengajaran yang sesuai. Mereka juga melatih anak untuk dapat
belajar teknik-teknik pembelajaran yang sesuai jenis kesulitan belajar
yang dihadapi anak.6

6
Diganovensa. https://diganovensa.wordpress.com/2012/01/25/kesulitan-belajar/. Diakses pada 6 Mei
2021
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan

Pendekatan yang digunakan oleh penulis pada penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif, karena fokus penelitiannya adalah bagaimana peran pendamping pada
penerima manfaat di Yayasan ABK Darul Fathonah. Pendekatan kualitatif
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek
penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan lain dan sebagainya secara
menyeluruh (holistic) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa,
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai
metode ilmiah.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor
metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati. Jadi pendekatan kualitatif yaitu suatu pendekatan penelititan yang
menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan
menggunakan prosedur-prosedur skilistik atau dengan cara kuantifikasi
(pengukuran). Atau dengan kata lain, penelitian kualitatif ini memfokuskan pada
prosedur-prosedur riset yang menghasilkan data kualitatif, ungkapan atau data orang
itu sendiri/tingkah laku mereka yang melakukan observasi. Dalam hal ini,
pelaksanaan penelitian dan penyajiannya didasarkan pada proses pencarian data
secara lengkap untuk selanjutnya datatersebut disajikan secara deskriptif.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif


kualititatif studi kasus. Sedangkan jenis penelitiannya adalah dengan menggunakan
studi kasus. Studi kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif,
terinci dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga atau gejala tertentu.
Seperti individu, kelompok, lembaga, dan lain-lain. Kelebihan studi kasus dengan
studi yang lainnya adalah bahwa subjek dapat dipelajari secara mendalam dan
menyeluruh. Akan tetapi kelemahannya adalah bahwa informasi yang diperoleh
sifatnya subjektif, artinya hanya untuk individu yang bersangkutan dan belum tentu
dapat digunakan untuk kasus yang sama pada individu yang lain.

Studi kasus dapat dilakukan terhadap individu (misal keluarga), segolongan


manusia (guru, karyawan, siswa), lingkungan hidup manusia (desa, sekolah,
perkantoran dan lain-lain). Bahan studi kasus dapat diperoleh dari sumber-sumber
seperti laporan, pengamatan, catatan pribadi, kitab harian/ biografi orang yang
diselidiki, laporan/keterangan dari orang yang banyak tahu tentang hal itu.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan sebuah tempat yang dijadikan sebagai sasaran


dalam penelitian, dimana tempat tersebut dapat memberikan data atau informasi
dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang diangkat oleh peneliti. Dalam
melakukan penelitian ini para peneliti memilih SDLB Sunan Kudus.

C. Sumber Data

Sumber data yang didapat diartikan sebagai subyek dimana data diperoleh.
Sumber data yang dimaksud dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
melalui informasi, peristiwa, dan dokumen. Sedangkan jenis datanya adalah:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari informan
atau data dari hasil wawancara dan observasi dengan narasumber saat diadakan
penelitian yakni di SDLB Sunan Kudus beserta Kepala Sekolah SDLB Sunan
Kudus

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen, laporan-laporan


serta materi lainnya yang ada relevansinya dengan fokus penelitian. Data
sekunder yang diperoleh penulis adalah data yang diperoleh langsung dari
pihak-pihak yang berkaitan data-data seperti berbagai literatur yang relevan
dengan pembahasan.
D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam memperoleh keterangan-keterangan yang lebih obyektif, konkret dan


representatif, maka perlu digunakan beberapa metode pengumpulan data sebagai
berikut:

1. Observasi

Teknik observasi yang digunakan adalah observasi langsung, yaitu


pengamatan dan pencatatan dengan sistematik terhadap fenomena-fenomena
yang diselidiki secara langsung. Observasi sebagai teknik penggalian data
dengan melakukan pengamatan obyek penelitian secara langsung.

2. Wawancara/Interview

Wawancara dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan


tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandasan pada
tujuan penyelidikan.

Teknik wawancara atau interview ini yang peneliti gunakan adalah


wawancara terpimpin dan bebas. Dalam wawancara terpimpin ini, peneliti
mempersiapkan instrumen penelitian berupa pertayaan atau direkam dengan alat
perekam, handphone, tetapi hal itu tidak menutup kemungkinan adanya
pertanyaan-pertanyaan baru dalam wawancara tersebut. Wawancara bebas
peneliti gunakan setelah wawancara terpimpin selesai, dengan cara ngobrol
santai untuk menanyakan ucapan informan yang kurang jelas maksudnya dalam
wawancara terpimpin.

Teknik wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh


informasi tentang proses bimbingan kepada murid di SDLB Sunan Kudus

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini juga dikenal dengan penelitian


dokumentasi (documentation research), yaitu penelitian yang mencari data
melalui beberapa arsip dan dokumentasi, surat kabar, majalah, jurnal, buku dan
benda-benda tulis yang relevan.
Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda tertulis, seperti buku-buku, dokumen, peraturan-peraturan, notulen
rapat, catatan harian dan sebagainya. Metode ini peneliti gunakan untuk
memperoleh data dan catatan mengenai: sejarah berdirinya, visi-misi dan
tujuan, letak geografis, keadaan pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, kegiatan pengembangan diri, dan kurikulum di SDLB Sunan Kudus.
BAB IV

HASIL YANG DIDAPAT DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Berdirinya SDLB Sunan Kudus

SDLB Sunan Kudus, Pedawang Bae Kudus Jawa Tengah dirikan oleh H. Moh
Faiq Afthoni, M.Ac, MCH pada tahun 2007 dan mulai beroperasi pada tahun 2010.
Pada dasarnya SDLB Sunan Kudus ini merupakan salah satu program dari beberapa
program Pendidikan pondok pesantren al-Achsaniyyah. Sehingga SDLB Sunan
Kudus dalam sejarahnya tidak lepas dari sejarah pondok pesantren al-Achsaniyyah.

Bermula dari panggilan hati, bapak Moh. Faiq Afthoni memulai mendirikan
pondok pesantren al-Achsaniyyah pada tahun 2007. Bapak Moh. Faiq Afthoni yang
merupakan lulusan dari Pendidikan kedokteran Islam di Timur Tengah dan
Malaysia dan juga alumni pondok pesantren Tambak Beras, Jombang dan pondok
modern Arrisalah Ponorogo tersebut berkeinginan kuat untuk mendirikan sebuah
pondok pesantren modern layaknya pondok pesantren modern Darussalam Gontor
Ponorogo.

Ditengah-tengah keinginannya yang kuat tersebut menjadi berubah seketika


disaat bapak dari dua anak tersebut melihat fenomena dan kondisi yang sangat
ironis sekali yaitu banyaknya anak penyandang autisme yang terlantar di jalanan
Kota Kudus. Anak-anak tersebut dipekerjakan sebagai pengemis jalanan oleh
orang-orang yang tidak bertanggung jawab bahkan mereka menjadi sasaran target
oleh agama tertentu. Sehingga melihat kejadian dan kondisi tersebut, bapak Moh.
Faiq Afthoni merasa sedih dan empati, lalu kemudian beliau mengambil tindakan
yaitu melaporkan dan menyerahkannya kepada pihak berwajib yaitu polisi. Setelah
itu, anak-anak penyandang autisme tersebut dibawalah pulang ke rumahnya.

Berangkat dari kejadian tersebut, kemudian bapak Moh. Faiq Afthoni berfikir
kembali lagi tentang masalah Pendidikan. Dari hasil pemikirannya yang sangat
keras tersebut, bapak Moh. Faiq Afthoni mendapatkan sebuah petunjuk tentang hal
pendidikan yaitu sejauh ini belum ada satu lembaga Pendidikanpun bagi anak
penyandang autisme yang sesuai dengan ajaran Islam. Berangkat dari pemikiran
tersebut, lalu beliau mendirikan sebuah lembaga pendidikan untuk penanganan
anak dengan gangguan autisme.

Diawal berdirinya lembaga Pendidikan yang dirintisnya, saat itu bapak Moh.
Faiq Afthoni hanya merawat tiga orang anak dengan gangguan autisme. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu, secara bertahap, kini beliau mendirikan sebuah lembaga
yang cukup terkenal di Indonesia bahkan Manca negara seperti Malaysia, singapura
dan Iraq. Kemudian pada tahun 2007 lembaga tersebut dinamakan pondok
pesantren modern al- Achsaniyyah.

Seiring berjalananya waktu, pada tahun 2010 peserta didik berkebutuhan khusus
yang diasuh oleh bapak Moh. Faiq Afthoni sudah mencapai 80 anak dari berbagai
kota di Indonesia dan memiliki tenaga pendamping 55 orang dan di tanah wakaf
seluas 3800 M tersebut. Dan pada tahun 2016 peserta didik sudah berkembang.

B. Teknik dan Jenis Terapi di SDLB Sunan Kudus

SDLB Sunan Kudus dalam sistem pembelajarannya memadukan dua sistem


yaitu sistem Pendidikan formal dan sistem Asrama. Ketika pagi anak autis di didik
di SDLB dan kemudian di sore harinya anak autis belajar di TPQ. Meskipun
demikian, Pendidikan dalam pengembagan bakat dan minat lebih diutamakan dari
pada pendidikan akademik. Meskipun pendidikan akademik adalah nomor dua,
akan tetapi anak autis tetap diberi pengetahuan umum. Hal ini diharapkan ketika
mereka sudah lulus sekolah dan mereka sudah bisa bersosialisasi dengan baik, tidak
menutup kemungkinan, mereka bisa melanjutkan di sekolah lanjutan.

Jenis terapi yang diberikan juga menyesuaikan dengan gangguan si anak, jadi
tidak semua anak mendapat terapi yang sama. Sebelum dilakukan terapi yang
dilakukan adalah mendiagnosa anak agar diketahui gangguannya, setelah mendapat
diagnosa kemudian dilakukan observasi karena diagnosa sifatnya hanya identifikasi
awal, sedangkan observasi lebih mendetail.
Dalam perkembangannya SDLB Sunan Kudus berencana mengunakan terapi
gelombang sonar pada lumba-lumba. Lumba-lumba memiliki gelombang sonar yang
dapat merangsang otak manusia memproduksi energi di dalam tulang tengkorak, dada,
dan tulang belakang. Efeknya dapat kembali menyeimbangkan penggunaan otak kanan
dan otak kiri.

Beberapa ahli menyatakan terapi lumba-lumba baik untuk penderita gangguan


saraf. Terapi lumba-lumba juga disebut dapat meningkatkan kemampuan bicara dan
keahlian motorik anak autistik. Terapi tersebut saat ini dijadikan salah satu alternatif
untuk anak berkebutuhan khusus.
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Terdapat banyak teknik dan teknik terapi, di SDLB Sunan Kudus. Jenis terapi
yang diberikan menyesuaikan dengan gangguan si anak, jadi tidak semua anak
mendapat terapi yang sama. Sebelum dilakukan terapi yang dilakukan diagnosa
kemudian dilakukan observasi. Proses terapi dilakukan step by step sesuai dengan
program yang sudah dibuat dan dievaluasi bulanan. Setiap kelas bisa dipegang oleh
3 terapis. Peran terapis adalah untuk meminimalkan gangguan, diminimalkan
sampai tidak nampak gangguan pada si anak.
DAFTAR PUSTAKA

Pamungkas, Aprianto. “Skripsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri


Orang Tua yang Mempunyai Anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)”
5 Mei 2021 https://repository.usd.ac.id/39/2/101114011_full.pdf.

Mahastuti, Dewi. “Mengenal Lebih Dekat Anak Lambat Belajar” 5 Mei 2021
https://journal.trunojoyo.ac.id/personafikasi/article/download/702/622.

Idris, Meity H. 6 Mei 2021


https://journal.uhamka.ac.id/index.php/permata/article/download/4445/1406.

Redaksi Halodoc, “4 Jenis Autis yang Perlu Diketahui”, 6 Mei 2021.


https://www.halodoc.com/artikel/4-jenis-autis-yang-perlu-diketahui.

dr. Verury Verona Handayani, “Kesehatan Autisme”, 6 Mei 2021.


https://www.halodoc.com/kesehatan/autisme.

Dyah Ayu Tri Permanasari, 6 Mei 2021. https://slideplayer.info/slide/13714891.

Rifqoh Roziah, “Anak Berbakat yang Berkebutuhan Khusus”, 6 Mei 2021.


https://www.kompasiana.com/rifqohroziah/59cda0de147f967cb54ea4b2/anak-berbakat-
yang-berkebutuhan-khusus

Firdha Jauharotunnisa, “Mengapa Anak Berbakat dikategorikan ABK (Anak


Berkebutuhan Khusus)?”, 6 Mei 2021.
https://www.kompasiana.com/firdhajauharotunnisa/5eedcf4d097f3678e84a49b2/
mengapa-anak-berbakat-dikategorikan-abk-anak-berkebutuhan-khusus.
LAMPIRAN

Kudus, Senin 19 April 2021


Lampiran : 2 Lembar
Perihal : Surat Izin Wawancara dan Penelitian

Kepada Yth.
Kepala Sekolah SDLB Sunan Kudus, Pedawang, Bae, Kudus

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Dengan ini kami menerangkan bahwa mahasiswa Fakultas Tarbiyah Institut


Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus memberitahukan bahwa:
Kami kelompok ke-5 Observasi Anak Berkebutuhan Khusus C5BKPI izin
melakukan kegiatan wawancara dan penilitian pada hari Kamis, tanggal 8 Desember
2022 dengan nama-nama berikut ini:

Nama NIM Prodi


Dimas Endra Irawan 2011010072 C5BKPI
Muhammad Ainul Yaqin 2011010077 C5BKPI
Anisatul Husnia 2011010093 C5BKPI
Nailina Rahmatika 2011010094 C5BKPI
Novianingrum
Putri Aryachiyah 2011010103 C5BKPI
Nihayatul Ulya

Dalam rangka melaksanakan tugas perkuliahan mata kuliah Bimbingan


Konseling berkebutuhan khusus, Dosen pengampu Moh Anwar Yasfin, M.Pd.
bermaksud mengadakan penelitian, wawancara dan pengumpulan data di SDLB Sunan
Kudus, Pedawang, Bae, Kudus.
Sehubungan dengan hal tersebut, kami mohon Bapak/ Ibu berkenan menerima
dan memberikan izin untuk melakukan penelitian dan wawancara.
Demikian, atas kerjasamanya kami ucapkan terimakasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Kudus, 5 Desember 2022

Ketua Penelitian Dosen Pengampu

MuHammad Ainul Yaqin Moh. Anwar Yasfin, M. Pd


DOKUMENTASI
Kesan dan Harapan terhadap Kunjungan Observasi di SDLB Sunan Kudus bagi
Calon Konselor

1. Dimas Endra Irawan (2011010072)


Kesan : observasi kali ini mampu membuat saya lebih semangat dalam belajar
karena melihat mereka yang memiliki keistimewaan dari anak-anak seumuran
mereka tapi semangat mereka jauh lebih besar dari pada anak-anak yg normal.

Harapan : harapan saya selalu mahasiswa calon pendidik juga harus melihat anak-
anak yang seperti mereka dg ke istimewa yg mereka miliki karena mereka juga
memiliki hak yang sama dalam menempuh pendidikan

2. Muhammad Ainul Yaqin (2011010077)


Kesan : Saya sangat berterimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini, karna
dengan tugas dari beliau saya dapat berkunjung ke salah satu SDLB yang dimana
disana tempat anak-anak istimewa.
Sehingga saya mampu belajar dari hal-hal baru yang saya jumpai ditempat tersebut.

Harapan : "Harapan tanpa tindakan nyata hanya akan menjadi angan-angan."


Saya berharap SDLB Sunan Kudus ini semakin maju dan jaya selalu, agar bisa
membantu anak-anak istimewa yang membutuhkan perhatian dan pendidikan
layaknya pada anak se-usia mereka.

3. Anisatul Husnia (2011010093)


Kesan : ini adalah cerita yang paling berkesan, sebuah pengalaman yang
membukakan mata hati ini untuk lebih banyak bersyukur, lebih banyak berbagi..
selama ini kita mengenal ilmu psikologi hanya dari bangku kuliah, sampai akhirnya
kita diberi tugas untuk observasi ke sekolah ABK dan sekolah yang aku tuju yakni
SDLB Sunan Kudus. Disanalah aku bertemu dengan berbagai keunikan dan
kelebihan anak berkebutuhan khusus. Dari secuil pengalamanku ini mampu
membuka mata hati lebar-lebar bahwa anak berkebutuhan khusus yang cenderung
terkucilkan memiliki perasaan yang sama, mereka juga bisa marah, bahagia, dan
cinta kasih. dengan mempelajari karakteristik dan keunikan mereka tidak ada kata
terlambat untuk menolong mereka agar Manusia-manusia istimewa ini mampu
mandiri dan berkarya untuk negeri. Sekian, semoga pengalamanku ini bisa
bermanfaat.

Harapan : Saya dan teman-teman yang lain mampu menjadi pendengar yang aktif,
sebab anak-anak berkebutuhan khusus terutama autis dan para orang tua
membutuhkan ruang yang aman dan bebas untuk mereka menceritakan
kesulitannya. Dengan menjadi pendengar yang aktif, secara tidak langsung kita
semua memberikan rasa percaya diri kepada mereka dan membuatnya merasa
berharga

4. Nailina Rahmatika Novianingrum (2011010094)


Kesan : setiap saya melakukan observasi selalu ada kesan yang berbeda. Di SDLB
Sunan Kudus banyak kesan baik yang saya dapatkan. Saya sangat kagum dengan
anak-anak disana, dengan keterbatasan yang mereka miliki, mereka mampu untuk
tersenyum, dan mempunyai semangat yang tinggi. Saya banyak mendapat ilmu
tambahan pada saat disana, dengan semangat dan keceriaan mereka mengajarkan
saya bahwa sekurang-kurangnya kita, tidak pantas untuk mengeluh.

Harapan : Untuk SDLB Sunan Kudus semoga semakin maju dan mampu
melahirkan anak-anak cerdas dan berprestasi meskipun dengan kondisi mereka yang
berbeda dengan kita. Untuk anak-anak hebat disana, semoga kalian selalu dalam
lindungan Allah. Selalu bahagia dan semangat dalam belajar, jangan putus asa dan
mudah menyerah.

5. Putri Aryachiyah Nihayatul Ulya (2011010103)


Kesan : Dengan adanya observasi di SDLB Sunan Kudus ini saya merasa senang.
Karena suda diberi kesempatan untuk berkunjung dan dapat berinteraksi langsung
dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Bertemu dengan para siswa
penyandang ABK membuat saya merasa lebih mencintai diri sendiri. Menjadikan
saya lebih bersyukur atas anugerah yang diberikan Allah SWT.
Saya sangat terkesan sejak pertama kali disambut dengan baik oleh pengurus SDLB
Sunan Kudus dan keramah - tamahan para Anak Berkebutuhan Khusus(ABK) yang
luar biasa baiknya.

Harapan : Harapan saya sendiri untuk SDLB Sunan Kudus ini, semoga makin maju
kedepannya. Dan para tenaga kependidikan diberikan keluasan hati dan kesabaran.
Semoga lebih banyak orang yang peduli dan tidak memandang sebelah mata.
Karena kalian para ABK bukan berbeda. Tapi istimewa. Semoga cepat lekas
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan dapat berkembang lebih baik lagi
kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai