Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“GAYA DAN PENDEKATAN BELAJAR”

Dosen Pengampu: Faricha Andriani, M.Psi.

Disusun oleh :

1. Luk Luk Ul Maknun (2011010083)


2. Maftuhatul Khoiriyah (2011010091)
3. Vikrotun Nisa (2011010097)
4. Iqbal Maulana (2011010099)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,taufik


hidayah,serta nikmat rohani maupum jasmani kepada kami sehingga dapat menyusun
makalah Psikologi Pendidikan yang berjudul “ Gaya dan Pendekatan Belajar “.
Sholawat serta salam semoga semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membimbing umat islam dari zaman keyidaktahuan kepada zaman yang
penuh dengan ilmu pengetahuan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Psikologi Pendidikan. Makalah ini tidak dapat terselesaikan tepat waktu tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Ibu dosen mata kuliah Psikologi Pendidikan
2. Teman-teman mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling Pendidikan
Islam
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih terdapat kekurangan,
kami mengharapkan kritik dan saran sebagai penyempurnaan kedepan.

Pati,31 Maret 2021

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
Latar Belakang........................................................................................................................4
Rumusan Masalah..................................................................................................................4
Tujuan.....................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
A. Gaya Mengajar Guru.......................................................................................................5
B. Gaya Belajar Siswa.........................................................................................................8
C. Kecerdasan Majemuk......................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................13
Kesimpulan...........................................................................................................................13
Saran.....................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mengajar merupakan sebuah proses interaksi yang dilakukan oleh pendidik kepada
peserta didik untuk menyampaikan tujuan dari pembelajaran. Yang mana biasanya tujuan
tersebut adalah dari hal yang baik menjadi lebih baik lagi. Sehingga dalam proses belajar
mengajar harus ada sebuah strategi yang tepat yang disiapkan oleh seorang guru agar tujuan
dari pembelajaran tersebut dapat tercapai. Agar dalam proses  pembelajaran juga berjalan
efektif dan kondusif. Tanpa adanya sebuah strategi dan metode yang baik maka kemungkinan
tercapainya tujuan dari pembelajaran itu tidak akan berjalan sebagaimana mestinya. Ada
banyak faktor yang dapat mempengaruhi berhasil dan tidaknya suatu proses pembelajaran,
yaitu bisa karena dari guru, kurikulum, dan juga tergantung pada muridnya. Satu sama lain
amat saling berkaitan. Serta kecerdasan pada masing-masing siswa juga sangat
mempengaruhi. Jika gaya, model ataupun metode yang digunakan monoton tidak bervariasi
maka anak akan mudah bosan dan mengantuk, karena tipe belajar siswa berbeda satu sama
lainnya. Serta kecerdasan yang dimiliki oleh manusia itu sangat beragam. Sehingga tidak
selalu siswa yang kecerdasan intelektualnya lemah tidak bisa menjadi apa-apa. Sebab ada
macam-macam kecerdasan yang ada pada diri manusia. Untuk lebih jelas lagi membahas
mengenai gaya mengajar, tipe belajar, faktor yang mempengaruhinya, serta macam-macam
kecerdasan anak. Dalam makalah ini akan dibahas lebih mendetail lagi.

Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari gaya mengajar?
2. Apa saja macam dari gaya belajar siswa?
3. Apa saja macam-macam dari kecerdasan majemuk?

Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari gaya mengajar
2. Untuk mengetahui apa saja macam-macam dari gaya belajar siswa
3. Untuk mengetahui apa saja macam-macam dari kecerdasan majemuk
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gaya Mengajar Guru

Guru dalam memutuskan pendekatan pengajaran yang dilakukan tergantung


pada konteks pengajaran mereka hadapi dilapangan, yang mencakup sikap murid dan
keadaan yang berkaitan pada waktu tertentu, atau musim, tujuan pelajaran atau
pengalaman kelas sebelumnya. Konteks tertentu mungkin juga menuntut pendekatan
pedagogik tertentu. Menurut (Rusli dan Lutan, 1998) gaya mengajar adalah bentuk
penampilan guru saat proses belajar mengajar baik yang bersifat kurikuler maupun
psikologis. Gaya mengajar yang bersifat kurikuler adalah guru mengajar yang
disesuaikan dengan tujuan dan sifat mata pelajaran tertentu. Sedangkan gaya
mengajar yang bersifat psikologis adalah guru mengajar yang disesuaikan dengan
motivasi siswa, pengelolaan kelas, dan evaluasi hasil belajar mengajar. Sedangkan
menurut (Ariani, 2016:2) gaya mengajar dapat dikatakan suatu perilaku yang
ditunjukan oleh guru dalam suatu proses pembelajaran. Kemudian Muhammad Ali
dalam (Ariani, 2016:2) berpendapat bahwa gaya mengajar yang dimiliki oleh seorang
guru mencerminkan pada cara melaksanakan pengajaran, sesuai dengan
pandangannya sendiri. Gaya mengajar bisa meliputi memimpin dan
mendemonstrasikan didepan kelas, atau mengadopsi pendekatan yang berpusat pada
murid dimana guru membentuk kerangka kerja dimana siswa bekerja dan kemudian
mendorong mereka untuk membuat keputusan mereka dibawah bimbingan guru.
Adapun Mulyasa (2008) menjelaskan bahwa keterampilan mengajar merupakan
potensi professional yang cukup kompleks, sebagai integrasi dari berbagai kompetensi
guru secara utuh dan menyeluruh. Lebih lanjut dikatakan oleh Turney (dalam
Mulyasa, 2008), bahwa ada tujuh keterampilan mengajar yang sangat berperan dan
menentukan pembelajaran yaitu :
1. Menggunakan keterampilan bertanya,
2. Memberi penguatan
3. Mengadakan variasi
4. Menjelaskan pelajaran
5. Membuka dan menutup pelajaran
6. Membimbing diskusi kelompok, dan mengelola kelas.

Sedangkan prinsip mengajar yang dikemukakan oleh (Sudjana, 2013:160) adalah


sebagai berikut:

1. Motivasi
Kegiatan siswa belajar dapat terjadi apabila siswa ada perhatian dan dorongan
terhadap stimulus belajar. Untuk i tu maka guru harus berupaya menimbulkan dan
mempertahankan perhatian dan dorongan siswa melakukan kegiatan belajar.
Upaya ini dilakukan sebelum pembelajaran dimulai, kemudian saat kegiatan
belajar mengajar dilakukan, dan pada saat siswa mengalami kemunduran.
Sedangkan motivasi belajar siswa dapat dilakukan melalui dua bentuk motivasi
yaitu :
a. Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah dorongan yang timbul untuk mencapai
tujuan yang datang dari luar dirinya. Misalnya guru memberikan pujian atau
hadiah kepada siswa. 
b. Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik dorongan agar siswa melakukan kegiatan belajar
dengan maksud mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan itu sendiri.
Siswa harus menyadari pentingnya melakukan kegiatan belajar untuk
kepuasan dan kebutuhan dirinya.

2. Kooperasi dan kompetisi


Kerjasama siswa dalam kegiatan belajar sangat penting dilaksanakan, bukan
hanya sekedar memperoleh hasil yang optimal tetapi juga merupakan usaha
memupuk sikap gotong royong, toleransi, kepekaan sosial, sikap, demokratis,
saling menghargai, dan memupuk keterampilan mengadakan interaksi sosial.

3. Korelasi dan integrai


Korelasi dimaksudkan apa yang dipelajari siswa harus dihubungkan dengan
apa yang telah dikuasainya atau dihubungkan dengan peristiwa kehidupan sehari-
hari yang biasa dialami siswa. Sedangkan integrasi mengandung pengertian bahwa
semua bahan yang telah dan sedang dipelajari siswa tidak terpisahkan satu sama
lain. Guru harus mengupayakan agar bahan pengajaran dan kegiatan belajar siswa
selalu menggunakan apa yang telah mereka miliki sebelumnya, dan
mengkaitkannya dengan contoh-contoh dan peristiwa nyata dalam kehidupan
siswa.

4. Aplikasi dan transformasi


Pemakaian atau aplikasi pada hakikatnya menerapkan atau menggunakan
prinsip atau konsep bahan dalam memecahkan persoalan. Prinsip ini dilaksanakan
apabila guru setiap mengajarkan prinsip, konsep, hukum selalu disertai
penggunaannya dalam bentuk pemecahan masalah atas dasar makna yang
terkandung dalam konsep, prinsip atau hukum yang telah diajarkannya. Lebih dari
itu guru dapat menunjukkan dan mengarahkan siswanya terhadap penggunaan
bahan atau informasi yang diberikan dalam praktek kehidupan nyata para siswa.
Prinsip aplikasi dan transformasi ini penting untuk mencapai hasil belajar siswa
tahan lama, dan sifatnya integrasi tiga kawasan hasil belajar yakni pengetahuan,
sikap dan keterampilan.

5. Individualitas
Prinsip individual tidak berarti memberi pelayanan secara perorangan, akan
tetapi menyesuaikan dengan kemampuan rata-rata para siswa, memberikan
bantuan dan bimbingan kepada siswa yang memerlukannya, memberi kesempatan
kepada setiap siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya, memberi
kesempatan kepada setiap siswa untuk melakukan cara belajar yang sesuai dengan
dirinya. Dalam praktek pengajaran, prinsip individual bisa digunakan guru dalam
beberapa cara, antara lain memberi tugas-tugas individual sehingga siswa belajar
secara mandiri sesuai dengan caranya sendiri. Guru membuat pengelompokan
belajar siswa atas dasar kemampuan belajar yang relatif sama, menerapkan cara
belajar tuntas, mengembangkan proses belajar sendiri, misalnya dengan modul,
memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan kebebasan belajar
(independent study) sehingga siswa bebas mempelajari bahan sesuai dengan
kemauan dan kepentingannya. Penggunaan prinsip mengajar yang dijelaskan di
atas tidak sendiri-sendiri tapi bisa dilaksanakan secara simultan. Perbedaannya
hanya pada tekanan yang akan diutamakan dari prinsip-prinsip tersebut, sesuai
dengan kondisi pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
B. Gaya Belajar Siswa

Dalam bukunya Genius Learning Strategy Gunawan mengemukakan bahwa garis


besar, ada tujuh pendekatan yang umum dikenal dengan kerangka referensi yang
berbeda, dan dikembangkan juga oleh ahli yang berbeda dengan variasi masing-
masing. Ketujuh cara belajar itu adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan berdasarkan pada pemrosesan informasi, dalam pendekatan ini
menentukan cara yang berbeda dalam memandang dan memroses informasi baru.
2. Pendekatan berdasarkan pada kepribadian yang menentukan tipe karakter yang
berbeda.
3. Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori yang menentukan tingkat
ketergantungan terhadap indera tertentu.
4. Pendekatan berdasarkan pada lingkungan yang menentukan respon yang berbeda
terhadap kondisi fisik, psokologis, social, dan instruksional.
5.  Pendekatan berdasarkan interaksi social yang menentukan cara yang berbeda
dalam berhubungan dengan orang lain.
6. Pendekatan berdasarkan kecerdasan yang menentukan bakat yang berbeda.
7. Pendekatan berdasarkan pada wilayah otak yang menentukan dominasi relative
dari berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan.
Pendekatan langsung terhadap tujuan pengajaaran untuk memperoleh pengetahuan
dan keterampilan baru melalui urutan yang terstruktur, seringkali dimulai dengan
pemodelan, demontrasi dan ilustrasi oleh guru.  Menurut (Kosasih, 2015)
Pemodelan (Modeling) Proses pembelajaran akan lebih berarti jika didukung
dengan adanya proses pemodelan yang dapat ditiru, baik yang bersifat kejiwaan
(identifikasi) ataupun yang bersifat fisik (imitasi) yang berkaitan dengan cara
untuk mengoperasikan sesuatu aktivitas, cara untuk menguasai pengetahuan atau
keterampilan tertentu. Kemudian demonstrasi dilakukan bagi materi yang
memerlukan peragaan atau percobaan. Seterusnya guru yang mengilustrasikan.
Pelajaran biasanya dilanjutkan ke tugas individu atau kelompok dan sering
berakhir dengan penilaian kelas secara keseluruhan. Pendekatan indukutif
bertujuan untuk mengembangkan konsep atau proses melalui serangkaian langkah
terstruktur, dimana murid mengumpulkan dan menyaring informasi, kemudian
memeriksa data dan menyusun kategori dan menghasilkan dan menguji hipotesis.
Pendekatan eksplorasi terhadap pengajaran dan pembelajaran bertujuan untuk
mempraktekkan dan memperbaiki pemahaman dan keterampilan, melalui prediksi
atau hipotesis pengujian siswa dan menentukan informasi apa yang akan
dikumpulkan, kemudian mengumpulkan dan menganalisanya.
Model pembelajaran induktif yang didalamnya memuat pendekatan induktif
mempunyai tiga tahapan pembelajaran menurut (suherman, 2001) tahapan-
tahapan tersebut adalah:
1. Tahap Pembentukan Konsep, meliputi: menyebutkan dan membuat daftar data
yang relevan dengan masalah, mengelompokkan dan memberi nama.
2. Tahap Interpretasi Data, meliputi; mengidentifikasi hubungan antar variabel,
menjelaskan hubungan antar variabel dan menyimpulkan.
3. Tahap Aplikasi Prinsip, meliputi: membuat prediksi atau hipotesis,
menjelaskan prediksi atau hipotesis, dan menguji prediksi atau hipotesis.

C. Kecerdasan Majemuk
Kecerdasan Majemuk adalah teori psikologis dan pendidikan yang dikembangkan
oleh psikolog Howard Gardner yang menunjukkan bahwa serangkaian jenis
kecerdasan yang berbeda ada pada manusia. Gardner menyarankan agar setiap
individu memanifestasikan berbagai tingkat kecerdasan berbeda ini dan dengan
demikian setiap orang memiliki sistem “cognitif” yang unik.  Teori ini pertama kali
diterbitkan pada tahun 1983 dalam karya Gardner, Frames of Mind: Teori Multiple
Intelligences. Dalam karya ini dia mendefinisikan tujuh kecerdasan pertama. Dia
menambahkan dua yang terakhir dalam Intelligence Reframed (1999). Sembilan
kecerdasan yang diidentifikasi oleh daerah Gardner berikut:
1. Kecerdasan Linguistik
Orang dengan kecerdasan linguistik yang tinggi menggunakan kata-kata untuk
memahami dan menafsirkan dunia di sekitar mereka, dan gunakan kata-kata
dengan mudah untuk berkomunikasi. Menurut Howard dalam (Musfiroh)
Kecerdasan ini ditunjukkan dengan kepekaan seseorang pada bunyi, struktur,
makna, fungsi kata, dan bahasa. Orang atau anak yang memiliki kecerdasan ini
cenderung menyukai dan efektif dalam hal:

a. Berkomunikasi lisan & tulis.


b. Mengarang cerita.
c. Diskusi & mengikuti debat suatu masalah.
d. Belajar bahasa asing.
e. Bermain “game” bahasa.
f. Membaca dengan pemahaman tinggi.
g. Mudah mengingat kutipan, ucapan ahli, pakar, ayat.
h. Tidak mudah salah tulis atau salah eja.
i. Pandai membuat lelucon.
j. Pandai membuat puisi.

2. Loghical-Mathematical Intelligence
Menurut Howard dalam (Musfiroh) Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan
pada pola-pola logis dan memiliki kemampuan mencerna pola-pola tersebut,
termasuk juga numerik serta mampu mengolah alur pemikiran yang panjang.
Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif dalam
hal:
a. Menghitung, menganalisis hitungan.
b. Menemukan fungsi-fungsi dan hubungan.
c. Memperkirakan.

3. Kecerdasan spesial
Menurut Howard dalam (Musfiroh) Kecerdasan ini ditandai dengan kepekaan
mempersepsi dunia spasial-visual secara akurat dan mentransformasi persepsi
awal. Seseorang yang memiliki kecerdasan ini cenderung menyukai dan efektif
dalam hal:
a. Arsitektur, bangunan.
b. Dekorasi.
c. Apresiasi seni, desain, denah.
d. Membuat dan membaca chart, peta.

4. Kecerdasan Jasmani/Kinestetik
Menurut Howard dalam (Musfiroh) Kecerdasan ini ditandai dengan
kemampuan mengontrol gerak tubuh dan kemahiran mengelola objek. Seseorang
yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal:
a. Mengekspresikan dalam mimik atau gaya.
b. Atletik.
c. Menari dan menata tari.
d. Kuat dan terampil dalam motorik halus.
e. Koordinasi tangan dan mata.

5. Kecerdasan musik
Menurut Howard dalam (Musfiroh) Kecerdasan ini ditandai dengan
kemampuan menciptakan dan mengapresiasi irama pola titinada, dan warna nada;
apresiasi bentuk-bentuk ekspresi musikal. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini
cenderung menyukai dan efektif dalam hal:
a. Menyusun/mengarang melodi dan lirik.
b. Bernyanyi kecil, menyanyi dan bersiul.
c. Mudah mengenal ritme

6. Kecerdasan intrapersonal
Menurut Gardner, kecerdasan antar pribadi terlihat pada bagaimana seseorang
melihat perbedaan antara lain, Secara khusus, kontras dalam suasana hati,
temperamen, motivasi dan niat mereka. Guru, orang tua, politisi, psikolog, dan
tenaga penjualan mengandalkan kecerdasan interpersonal.
Kecerdasan Intrapersonal membantu individu membedakan antara perasaan
mereka sendiri, untuk membangun model mental yang akurat dari diri mereka
sendiri dan untuk menarik model-model ini untuk membuat keputusan tentang
kehidupan mereka. Menurut Howard dalam (Musfiroh) Kecerdasan ini ditandai
dengan kemampuan memahami perasaan sendiri dan kemampuan membedakan
emosi; pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri. Seseorang yang cerdas
dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif dalam hal:
a. Berfantasi, “bermimpi”.
b. Menjelaskan tata nilai dan kepercayaan.
c. Mengontrol perasaan.
d. Mengembangkan keyakinan dan opini yang berbeda.
e. Menyukai waktu untuk menyendiri, berpikir, dan merenung.
f. Introspeksi.
7. Kecerdasan naturalis
Menurut Howard dalam (Musfiroh) Kecerdasan ini ditandai dengan keahlian
membedakan anggota-anggota suatu spesies; mengenali eksistensi spesies lain,
dan memetakan hubungan antara beberapa spesies, baik secara formal maupun
informal. Seseorang yang cerdas dalam jenis ini cenderung menyukai dan efektif
dalam hal:

a. Menganalisis persamaan dan perbedaan.


b. Menyukai tumbuhan dan hewan.
c. Mengklasifikasi flora dan fauna.
d. Mengoleksi flora dan fauna.
e. Menemukan pola dalam alam.
f. Mengidentifikasi pola dalam alam.
g. Melihat sesuatu dalam alam secara detil.

8. Kecerdasan eksistensial
 adalah kemampuan untuk meningkatkan dan merefleksikan pertanyaan filosofis
tentang kehidupan daripada realitas tertinggi. Menurut Zohar dan Marshal (2007)
berpendapat bahwa kecerdasan spiritual adalah kecerdasan yang bertumpu pada
bagian dalam diri kita yang berhubungan dengan kearifan diluar ego atau jiwa
sadar. Kecerdasan spiritual menjadikan manusia yang benar-benar utuh secara
intelektual, emosi dan spiritual. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan jiwa.
Kecerdasan spiritual dapat membantu manusia menyembuhkan dan membangun
diri manusia secara utuh.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Gaya mengajar yang dilakukan guru adalah suatu tindakan atau cara mengajar
yang dilakukan guru yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Masing-masing guru
dalam mengajar memiliki gaya tersendiri. Karena kemampuan siswa dalam
menangkap materipun berbeda-beda. Ada yang cepat dengan melihat saja, ada pula
yang lebih cepat tanggap saat mendengarkan serta ada yang lebih cepat menerima
materi saat siswa bergerak. Agar tujuan pembelajaran tersampaikan maka guru harus
mengkolaborasikan macam-macam metode yang digunakan saat proses pembelajaran
berlangsung. Karena kecerdasan manusia itu terdiri dari berbagai macam kederdasan,
misalnya adalah kecerdasan intelektual, kecerdasan musikal, kecerdasan interpersonal
dan kecerdasan spiritual dan lain sebagainya seperti apa yang sudah dijelaskan diatas.

Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna moleh sebab itu, maka penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
DAFTAR PUSTAKA

Aziz, Rahmat & Mangestuti, Retno. 2006. Tiga Jenis Kecerdasan dan Agresivitas
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Malang. Psikologika. Nomor 21 tahun XI Jan
2006.
Ali, Muhammad. 2004. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Borba, M. 2001. Building Moral Intelligence. San Fransisco : Josey-Bass.
Budiningsih A. C. 2003. Perkembangan Teori Belajar dan Pembelajaran Menuju
Revolusi-Sosiokultural Vygotsky.
Gunawan, Adi W. 2005. Genius Learning Strategy. Jakarta: Gramedia Pustaka Tama.

Anda mungkin juga menyukai