Anda di halaman 1dari 23

Gangguan-Gangguan

Psikologis
03
Modul ke:

Fakultas
Psikologi Autisme, Retardasi Mental,
ADHD,
Program Studi
Psikologi Gangguan Tingkah Laku
Agustini, M.Psi.,Psikolog
Gangguan Masa Anak
Pada DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders,
Fifth Edition). Banyak gangguan psikologis yang mempengaruhi anak
dan remaja yang masuk dalam kategori gangguan perkembangan
neurologis (neurodevelopmental disorder) Gangguan ini melibatkan
pelemahan fungsi atau perkembangan otak yang mempengaruhi
perkembangan psikologis, kognitif, sosial, atau emosional anak.

Jenis Gangguan Perkembangan Neurologis:


• Gangguan Autisme
• Disabilitas Intelektual (Retardasi Mental)
• Gangguan Pemusatan-Perhatian (ADHD)

Jenis Gangguan yang lainnya:


• Gangguan Perilaku disruptif (Gangguan Sikap Menentang dan
Gangguan Tingkah Laku)
01 Gangguan Autisme

Autisme adalah salah satu gangguan perilaku


yang paling parah di masa kanak-kanak. Autisme
adalah kondisi yang bersifat kronis dan yang
berlangsung seumur hidup. Anak-anak yang
menderita autisme tampak benar-benar sendirian
di dunia, meskipun orang tuanya telah berusaha
untuk menjembatani jurang yang memisahkan
mereka.
Gangguan Autisme

• Istilah diagnostik gangguan Asperger dan gangguan


disintegratif masa kanak-kanak telah digunakan pada edisi DSM
sebelumnya untuk menjelaskan gangguan yang berbeda dalam
spektrum autisme, tetapi sekarang diklasifikasikan sebagai
bentuk gangguan spektrum autisme jika kriteria diagnostik ASD
terpenuhi.
• Gangguan Asperger mengacu pada pola perilaku abnormal yang
melibatkan kecanggungan sosial dan perilaku klise atau
berulang tetapi tanpa pelemahan bahasa atau kognitif yang
signifikan yang berhubungan dengan bentuk gangguan
spektrum autisme yang lebih parah (Rausch, Johnson, &
Casanova, 2008).
• Anak-anak penderita Asperger tidak menunjukkan kekurangan
yang signifikan dalam aspek intelektual, verbal, dan
keterampilan merawat diri sebagaimana pada anak-anak yang
menderita bentuk autisme klasik (Harmon, 2012).
Gangguan Autisme

• Gangguan disintegratif pada anak-anak telah digunakan dalam


versi DSM sebelumnya untuk diterapkan pada anak-anak yang
menunjukan disintegrasi yang signifikan atas keterampilan yang
diperoleh sebelumnya di bidang-bidang seperti: memahami atau
menggunakan bahasa, fungsi sosial atau adaptif,
kendali/kontrol, bermain, atau keterampilan motorik.

• Anak tersebut juga menunjukan interaksi atau komunikasi


sosial yang terganggu dan perilaku, minat, atau aktivitas yang
bersifat klise, sempit, dan repetitif. Ini adalah kondisi yang
jarang terjadi yang lebih sering muncul pada anak laki-laki.
Ciri-Ciri Autisme

• Ciri autisme yang paling menonjol • Komunikasi nonverbal juga bisa


adalah kesendirian anak. terganggu atau hilang. Anak-anak
• Kekurangan yang signifikan dalam autistik mungkin akan menghindari
keterampilan sosial, bahasa, serta kontak mata dan tidak mau
komunikasi dan perilaku ritualistik menunjukkan ekspresi wajah.
atau stereotip.
• Anak juga mungkin enggan bicara, • Mereka juga lambat dalam
atau jika memiliki keterampilan merespons terhadap orang dewasa
berbahasa, biasanya digunakan yang mencoba mendapatkan
secara tidak lazim, seperti pada perhatiannya. Meskipun mereka tidak
ekolalia, penggunaan kata ganti responsif terhadap orang lain,
secara terbalik, dan kecenderungan mereka dapat menunjukkan emosi
untuk menaikkan nada suara di akhir yang kuat; terutama emosi negatif
kalimat, seolah-olah mengajukan seperti: marah, sedih, dan takut.
pertanyaan.
Ciri-Ciri Autisme
• Ciri utama autisme adalah pergerakan stereotip yang repetitif dan tanpa
tujuan, berulang-ulang memutar benda, bertepuk tangan, atau berayun maju
mundur dengan lengan memeluk kaki (Leekam, Prior, & Uljarevic, 2011).

• Beberapa anak autistik menyakiti dirinya sendiri bahkan sampai sampai teriak
kesakitan. Mereka mungkin membenturkan kepala, menampar wajah,
menggigit tangan dan bahu, atau menjambak rambut mereka. Mereka juga
dapat menjadi marah/tantrum atau panik secara tiba-tiba.

• Keengganan menerima perubahan lingkungan, sebuah ciri yang disebut


“penjagaan kesamaan” (preservation of sameness). Jika ada objek yang
dikenal digeser sedikit dari tempat biasanya, anak autistik dapat mengamuk
atau terus menangis sampai objek itu dikembalikan ke tempat semula. Anak-
anak autistik akan bersikeras untuk makan makanan yang sama setiap
harinya.
Perspektif Teoretis Autisme

Psikolog O. Ivar Lovaas dan koleganya (1979)


menawarkan sebuah perspektif pembelajaran kognitif
tentang autisme. Mereka menyatakan bahwa anak-anak
yang menderita autisme memiliki kekurangan perseptual
sehingga hanya dapat memproses satu stimulus pada
satu waktu tertentu. Akibatnya, mereka lambat untuk
belajar melalui pengondisian klasik (asosiasi stimulis).
Dari perspektif teori pembelajaran, anak-anak terikat
dengan pengasuh utama mereka karena diasosiasikan
dengan penguat primer seperti makanan dan pelukan.
Perspektif Teoretis Autisme

• Para peneliti menduga bahwa otak anak yang


menderita autisme tumbuh secara abnormal akibat
kombinasi faktor genetik dan pengaruh lingkungan
(yang masih belum diketahui), yang mungkin
melibatkan paparan pada racun atau virus tertentu
atau pengaruh pranatal (Dawson, 2013; Halmayer et
al., 2011; Szatmari et al., 2011).
• Bahkan sebelum simtom/gejalanya muncul, kita
telah memperoleh bukti tentang perkembangan
otak yang abnormal pada anak yang masih bayi,
yang nantinya berkembang menjadi autisme (Wolff
et al., 2012).
• Bukti terkini menghubungkan risiko terserang ASD
yang lebih besar dengar faktor risiko pranatal
tertentu, termasuk infeksi influenza atau demam
berkepanjangan pada ibu selama masa kehamilan
Penanganan Autisme
• Program perilaku yang intensif yang menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran di
lingkungan anak dapat meningkatkan keterampilan belajar dan bahasa serta
perilaku adaptif secara sosial pada anak-anak autistik secara signifikan (Eikeseth
et al., 2012; Ingersoll, 2011; Reichow et al., 2011).

• Dalam sebuah penelitian klasik, psikolog O. Ivar Lovass dari UCLA (University of
California, Los Angeles) menunjukan hasil yang mengesankan pada anak-anak
autistik yang menerima lebih dari 40 jam penanganan perilaku setiap minggunya
selama minimal. 2 Tahun (Lovaas, 1987). Penelitian selanjutnya menunjukkan
manfaat yang positif bagi anak autistik yang ditangani dengan penanganan
perilaku jangka panjang yang ekstensif menyangkut perkembangan bahasa,
fungsi intelektual, serta fungsi sosial dan perilaku adaptif lainnya (Eikeseth et al.,
2012; Virués-Ortega, 2010). Semakin cepat penanganan dimulai (sebelum usia 5
tahun) dan semakin intensif penanganannya, semakin baik pula hasilnya (Vismara
& Rogers, 2010).
02 Retardasi Mental

• Sekitar 1% dari populasi umum menjalani disabilitas (cacat) intelektual


(intellectual disability) atau ID (yang disebut juga dengan gangguan
perkembangan intelektual atau intellectual developmental disorder (IDD)).

• Ciri utama ID adalah gangguan umum dalam perkembangan intelektual.


Disabilitas intelektual yang sebelumnya disebut retardasi mental, adalah
istilah diagnostik yang dikenakan pada individu yang memiliki
keterbatasan atau kekurangan yang signifikan dan rentang yang luas
dalam perkembangan fungsi intelektual dan perilaku adaptif

• Disabilitas intelektual dimulai sebelum usia 18 tahun selama


pertumbuhan. Anak dan berlanjut selama hidupnya. Namun, banyak anak
yang menderita ID menjadi lebih baik seiring berjalannya waktu, terutama
jika mereka memperoleh dukungan, bimbingan, dan kesempatan
pendidikan yang besar.
Disabilitas intelektual didiagnosis berdasarkan skor IQ yang
rendah dan penurunan fungsi adaptif yang terjadi sebelum usia 18
tahun. Penurunan ini mungkin melibatkan kesulitan dalam
melakukan tugas sehari-hari dibandingkan dengan orang lain yang
seusia pada lingkup budaya tertentu dalam tiga domain:

Konseptual Praktis Sosial


Penyebab Disabilitas Intelektual
Anak-anak dengan sindrom Down
01 Sindrom Down dan Abnormalitas kromosom lainnya
mengalami berbagai kekurangan dalam 03 Gangguan ini disebabkan oleh gen
hal pembelajaran dan pertumbuhan resesif yang mencegah anak untuk
(Sanchez et al., 2012). Mereka memetabolisme asam amino
cenderung tidak terkoordinasi dan fenilalanin (phenylalanine), yang
kurang memiliki tekanan otot yang ditemukan pada banyak makanan.
cukup sehingga mereka sulit untuk Sehingga menyebabkan kerusakan
melakukan tugas fisik dan bermain pada sistem saraf pusat dan berujung
seperti anak-anak lainnya. Anak-anak pada disabilitas intelektual berat.
dengan sindrom Down mengalami 04 Beberapa
Faktor Pranatal kasus ID disebabkan
kelemahan ringan, terutama atas oleh infeksi maternal atau
informasi yang diberikan secara verbal, penyalahgunaan obat selama masa
sehingga sulit untuk belajar di sekolah. kehamilan. Obat-obatan yang
02 Sindrom Fragile X dan Abnormalitas Genetik lainnya
dikonsumsi ibu selama masa
Sindrom ini adalah bentuk ID kedua yang kehamilan dapat mempengaruhi
paling umum secara. keseluruhan, setelah bayi melalui plasenta.
sindrom Down. Gangguan ini disebabkan 05 Budaya-Keluarga
oleh mutasi gen tunggal pada area kromosom Dibesarkan dalam lingkungan
X yang tampak rapuh, seperti namanya (Kim rumah atau sosial atau budaya
et al., 2011; Muddashetty et al., 2011; Seltzer yang buruk dan kurang memiliki
et al., 2012). aktivitas yang menstimulasi secara
intelektual atau mengalami
penelantaran atau kekerasan.
03 ADHD

• Kurang dapat memusatkan perhatian, terutama pada masa awal


kanak-kanak, merupakan hal yang cukup normal. Namun dalam
gangguan pemutuasan perhatian/ hiperaktivitas ( Attention-Deficit.
hyperactivity disorder), anak-anak memperlihatkan implusivitas,
inatensi (tidak ada perhatian), dan hiperaktivitas yang tidak sesuai
dengan tingkat perkembangan mereka.

• ADHD didiagnosis dua sampai Sembilan kali lebih banyak pada anak
laki-laki ketimbang anak perempuan. Anak anak kulit Hitam dan
Hispanik lebih kecil kemungkinannya untuk mendapatkan diagnosis
ini ketimbang anak-anak Eropa- Amerika (Schneider & Eisenberg ,
2006).

• Dalam beberapa kasus ADHD, masalah dasar terbatas pada


gangguan perhatian, sementara kasus lainnya didominasi oleh
perilaku hiperaktif atau implusif, dan ada juga yang melibatkan
gabungan dari masalah perhatian dan perilaku hiperaktif/ implusif.
ADHD
• ADHD sering terjadi bersamaan dengan
gangguan tingkah laku, gangguan kecemasan,
dan depresi, serta gangguan komunikasi
( Bauchner, 2011; Larson et al., 2011; Stein,
2011).
• Anak-anak yang menderita ADHD cenderung
memiliki intelegensi rata-rata atau di atas rata-
rata, tetapi mereka cenderung kurang
berprestasi di sekolah.
• Anak-anak yang menderita ADHD juga lebih
cenderung mengalami gangguan
mood,gangguan kecemasan, dan masalah dalam
hubungan dengan keluarga. Peneliti
menemukan bahwa anak laki-laki yang
menderita ADHD cenderung kurang memiliki
empati atau kesadaran terhadap perasaan orang
lain ( Braaten & Rosen,2000).
Perspektif Teoretis

Pandangan yang muncul di kalangan peneliti saat ini adalah


bahwa ADHD mungkin disebabkan oleh penurunan fungsi
kendali eksekutif otak, yang mencakup proses
perhatian/atensi dan pengekangan perilaku implusif yang
dibutuhkan untuk mengatur dan melaksanakan perilaku
dengan tujuan tertentu (Casey & Durston , 2006;
Winstanley; Eagle & Robbins, 2006).

Sudut pandang ini didukung oleh sejumlah bukti dari studi


pencitraan otak yang menunjukan abnormalitas atau
pendewasaan yang tertunda di bagian otak anak-anak yang
menderita ADHD, terutama di korteks prefontal
Penanganan ADHD

Obat stimulan. Obat stimulant mengaktifkan korteks


prefrontal bagian otak yang mengatur proses
pemutusan perhatian dan kendali implusif mengatur
perilaku yang berhubungan dengan ADHD.

Obat non stimulan. Yang di kenal dengan Strattera.


Obat ini merupakan penghambat penyerapan kembali
neropinephrinevslektif, yang berarti meningkatkan
ketersediaan neurotransmitter norepibephribe di otak
dengan menghambat penyerapan kembali bahan kimia
ini melalui transmisi neuron.

• Terapis kogniti-perilaku membantu anak-anak


penderita ADHD belajar untuk “berhenti dan berpikir”
sebelum mengekspresikan impuls marah dan
bertindak secara agresif. Bukti yang mendukung
efektifitas intervensi perilaku kognitif dalam
menangani ADHD, meskipun dampaknya mungkin
tidak sekuat obat stimulant (Fabiano et al., 2009;
04 Gangguan Tingkah Laku

• Gangguan tingkah laku (conduct disorder/CD) berbeda


dengan ADHD. Jika anak yang menderita ADHD secara
harfiah tampak tidak mampu mengendalikan
perilakunya, anak-anak yang menderita CD secara
sengaja melakukan perilaku antisosial yang melanggar
norma-norma sosial dan hak orang lain. Anak yang
didiagnosis mengalami gangguan tingkah laku secara
sengaja bertindak agresif dan kasar.

• Mereka sering bertindak agresif terhadap orang lain,


mengancam atau mem-bully anak lainnya ataupun
memulai konfrontasi tingkah laku, tidak memiliki
perasaan dan tampak tidak merasa bersalah atau
menyesal dengan kelakuan buruk mereka. Mereka
dapat berbohong atau menipu orang lain untuk
mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Gangguan tingkah laku secara mengejutkan merupakan masalah yang
umum, yang menyerang sekitar 12% pria dan 7% wanita (9.5% secara
keseluruhan) (Nock et al., 2006).

Gangguan ini tidak hanya sering terjadi pada anak laki-laki ketimbang
perempuan, tetapi juga memiliki bentuk yang berbeda. Pada anak laki-
laki, CD bentuknya cenderung pada mencuri, berkelahi, vandalism, atau
masalah disiplin di sekolah, sedangkan pada anak perempuan lebih
cenderung pada berbohong, membolos, kabur dari rumah,
mengkonsumsi narkoba, dan prostitusi.

Anak yang menderita CD sering mengalami gangguan lainnya, seperti


ADHD, depresi major, dan gangguan penyalahgunaan obat (Conner &
Lochman, 2010).
Perspektif Teoretis
• Teoretikus pembelajaran memandang perilaku menentang
muncul akibat penggunaan strategi penguatan orang tua
yang tidak tepat. Menurut pandangan ini, orang tua
memberikan penguatan secara tidak tepat pada perilaku
menentang dengan menyerah terhadap tuntutan anak setiap
anak menolak mematuhi keinginan orang tua, sehingga
dapat menjadi pola.

• Anak-anak yang mengalami gangguan perilaku disruptif


seperti CD cenderung menunjukan cara yang bias dalam
memeroses informasi social (Crozier et al., 2008).

• Seperti banyak gangguan psikologi lainnya, bukti yang


menunjukan pada kontribusi genetic yang berinteraksi
dengan pengaruh lingkungan dalam perkembangan
CD( (Jian et al., 2011; Kendler; Aggen & petric; 2013; Lahey
et al., 2011).
Penanganan Gangguan Tingkah Laku

• Program pendekatan orang tua berbasis perilaku


yang sering kali digunakan untuk membantu para
orang tua mengalami perilaku agresif, disrupti, dan
menentang dari anak-anak serta meningkatkan
perilaku adaptif mereka.
• Anak-anak yang mengalami CD kadang-kadang di
tempatkan dalam program penanganan residensial
yang menetapkan aturan-aturan eksplisit dengan
imbalan yang jelas yang hukuman yang ringan
(misalnya, pencabutan hak istimewa).
• Terapi kognitif perilaku juga digunakan untuk melatih
anak yang agresif agar mengonseptualisasi ulang
provokasi social sebagai masalah yang dapat
diselesaikan dan bukan sebagai tantangan yang
dijawab dengan kekerasan.
Daftar Pustaka
• Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2014). Psikologi
Abnormal Edisi Kesembilan Jilid. 2. Jakarta: Erlangga.
Terima Kasih
Agustini, M.Psi, Psikolog

Anda mungkin juga menyukai