Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ike Yunilamsari

NIM : 10011281722098
Kelas : IKM C 2017(Peminatan Gizi)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP OBESITAS PADA ANAK DI


KECAMATAN MARITENGNGAE KABUPATEN SIDRA

Obesitas merupakan masalah kesehatan yang banyak ditemui di seluruh dunia. Menurut World
Health Organization (WHO), obesitas merupakan salah satu dari 10 kondisi yang berisiko di
seluruh dunia dan salah satu dari lima kondisi yang berisiko di Negara berkembang. Responden
dalam penelitian ini melibatkan semua orangtua yang mempunyai anak yang berusia dibawah 9
tahun di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidrap sebanyak 37 orang.
Faktor risiko yang dapat menyebabkan obesitas, antara lain:
1. Pola Asuh
Pola asuh yang berpengaruh tersebut diantaranya kebutuhan dasar anak yang terdiri dari
asuh, asah, dan asih.
a. Asuh
Kebutuhan asuh merupakan kebutuhan fisik dan yang meliputi kebutuhan nutrisi,
imunisasi, kebersihan badan dan lingkungan tempat tinggal, pengobatan, bergerak
dan bermain. Kebutuhan fisik dan biologis ini berpengaruh pada pertumbuhan fisik
yaitu otak, alat penginderaan, dan alat gerak yang digunakan oleh anak untuk
mengeksplorasi lingkungan, sehingga berpengaruh pada kecerdasan anak, apabila
kebutuhan ini tidak terpenuhi maka kecerdasan anak juga ikut terganggu.
b. Asah
Kebutuhan asah merupakan kebutuhan rangsangan atau stimulasi yang dapat
meningkatkan perkembangan kecerdasan anak secara optimal. Kebutuhan asah
berhubungan dengan perkembangan psikomotor anak.
c. Asih
Asih yang artinya kasih saying merupakan kebutuhan anak untuk mendukung
perkembangan emosi, kasih sayang, dan spiritual anak.
Dalam penelitian ini bahwa pola asuh pemberian makanan menunjukkan hasil
terdapat hubungan pola asuh pemberian makanan terhadap obesitas. hal ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang memperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan tipe
pola asuh pemberian makan antara kelompok gemuk dan non gemuk (p<0.01).
Analisis data untuk pola asuh konsumsi fastfood terhadap obesitas, menunjukkan
bahwa hasil 0.002 (p<0.05) yang berarti terdapat hubungan antara pola asuh
konsumsi fastfood terhadap obesitas. Namun pada pola asuh perawatan kesehatan
dasar dengan penimbangan dan asi eksklusif terhadap obesitas, menunjukkan hasil
0.250 (p>0.05) dan 0.869 (p>0.05) yang artinya tidak terdapat hubungan antara pola
asuh pemberian perawatan kesehatan dasar dengan penimbangan dan asi eksklusif
terhadap obesitas. Selanjutnya, uji analisis data pola asuh kesehatan jasmani terhadap
obesitas didapatkan hasil 0.869 (p>0.05) yang berarti tidak terdapat hubungan antara
pola asuh kesehatan jasmani terhadap obesitas.
2. Pola makan
Anak obesitas cenderung sangat menyukai makan, sehingga memiliki kebiasaan pola
makan yang berlebih dan mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak setiap
kalinya. Mereka makan banyak sehingga melebih energi yang dibutuhkan dan makan
makanan siap saji (fast food) yang mengandung tinggi lemak serta makanan dan
minuman yang mengandung tinggi kalori seperti humberger, keju, coklat dan minuman
bersoda.
Asupan makan yang tinggi dapat menyebabkan obesitas jika tidak seimbang dengan
pengeluaran energi yang tinggi juga. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan
terhadap remaja SMP di Semarang menyatakan bahwa remaja yang kontribusi energi
makanan jajanan > 300 kkal berisiko 3.1 kali lebih besar menderita obesitas dan remaja
dengan aktivitas fisik ringan berisiko 5.1 kali lebih besar untuk menderita obesitas. Hal
ini sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa peningkatan berat badan dapat dipicu
oleh pola konsumsi makanan yang berlebihan.
3. Genetik
Anak yang salah satu orang tuanya mengalami obesitas, berkemungkinan 40%
mengalami obesitas. Pada faktor genetik, kegemukan dapat diturunkan dari generasi ke
generasi di dalam sebuah keluarga. Orang tua yang gemuk cenderung memiliki anak
yang gemuk pula. Sepertinya faktor genetik telah ikut campur dalam menentukan jumlah
unsur sel lemak dalam lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal, secara
otomatis akan diturunkan kepada bayi selama dalam kandungan.
4. Aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menimbulkan obesitas akibat terbatasnya lapangan bermain dan
kurangnya fasilitas untuk bermain sehingga anak lebih memilih bermain di dalam rumah
dan semakin majunya teknologi seperti video games, playstation, televisi dan komputer
yang menyebabkan anak malas untuk melakukan aktivitas fisik. Pada anak sekolah,
obesitas dapat berlanjut hingga dewasa dan menimbulkan beberapa penyakit
kardiovaskular seperti diabetes mellitus, osteoarthritis dan kanker dan penyakit lainnya.
Pencegahan Obesitas
Adapun cara mencegah obesitas pada anak, antara lain:
1. Tahu porsi yang dibutuhkan anak
Setiap anak memiliki skala kenyang yang berbeda-beda dengan porsinya sendiri, tetapi
tidak jarang orangtua yang sering memaksa anak untuk menghabiskan makanannya
meskipun anak sudah berusaha memberhentikannya dengan cara tidak mau buka mulut.
Hasilnya, jika anak masih saja dipaksa bisa saja kalori yang masuk terlalu besar.
2. Jangan langsung memberikan camilan
Jangan langsung memberikan anak camilan setelah mereka makan. Anak biasanya akan
menerima apa saja yang diberikan dan memakannya. Tunggu selama beberapa saat
seperti 15-30 menit dulu.
3. Hindari membeli makanan dengan kadar sodium tinggi
Makanan yang terlalu asin akan mengikat air di dalam tubuh dan membuat berat anak
kian meningkat. Selain itu, garam berlebihan juga bisa menyebabkan masalah pada
peredaran darah.
4. Mengetahui komposisi makro anak
Setiap anak memiliki kebutuhan kalori harian dan makronutrien yang diberikan harus
sekitar 30 persen dari lemak. Selebihnya bisa dibagi antara protein dan karbohidrat.
Dengan mengetahui kebutuhan makronutrient pada anak maka kebutuhan nutrisi anak
akan tepat sehingga tumbuh kembangnya bisa berjalan dengan sempurna.
5. Perbanyak sayuran yang berserat
Serat dalam tubuh akan membuat tubuh merasa kenyang lebih lama sehingga mengurangi
jumlah dan frekuensi makan.
6. Buah untuk camilan lebih baik
Makanan bisa saja menyebabkan masalah dan menyuplai banyak kalori ke tubuh. Maka
jangan hanya memberi anak cemilan yang manis atau keripik karena jika anak merasa
makanan itu enak, mereka tidak mau mengonsumsi makanan lain seperti nasi dan
sayuran. Gantilah camilan anak dengan buah karena lebih sehat da nada seratnya.
7. Lakukan aktivitas fisik yang menyenangkan
Mendorong anak melakukan aktivitas fisik anak menjadi tugas orang tua. Tidak
perlu aktivitas yang berat dan menyita waktu, beberapa aktivitas fisik ringan juga
bisa dilakukan seperti berdiri, berjalan, serta melakukan permainan ringan.
8. Batasi penggunaan gawai
Penggunaan gawai pada anak hanya akan membuat anak menjadi pasif dan malas
untuk melakukan aktivitas fisik lainnya.
9. Rutin timbang berat anak
Sebulan sekali biasanya ada program Posyandu atau sejenisnya untuk mengukur berat
badan anak dan disesuaikan dengan umurnya.
10. Waktu tidur yang tepat
Waktu tidur yang kurang bisa menjadi faktor utama yang menyebabkan obesitas
pada anak dan berbagai masalah kesehatan lainnya. Setiap anak memiliki standar
durasi tidur yang berbeda tergantung usianya.
11. Makanan manis hanya sebagai bonus
Menjadikan makanan yang manis sebagai bonus saja. Pemilihan makanannya pun
juga harus dipertimbangkan, sebaiknya hindari MSG. Makanan yang perlu dibatasi
antara lain adalah permen, cokelat, minuman dengan kadar gula tinggi, chips
kentang, serta makanan ringan lain.

Cara Menanggulangi
Untuk menanggulangi obesitas pada anak yaitu:
1. Memperhatikan pola asuh
Memperhatikan pola asuh orangtua terhadap anak, salah satu terjadinya obesitas
pada anak adalah karena seringkali orangtua membebaskan anaknya untuk
mengonsumsi makanan dengan memberikan uang jajan tanpa mempertimbangkan
faktor gizi yang diperlukan dan tidak diperlukan oleh anak.
Pola asuh yang tidak tepat bisa menyebabkan anak menjadi obesitas. Kemudian
orangtua seringkali tidak memperhatikan kandungan gizi yang diberikan pada
anak. Aktivitas anak yang minim juga merupakan faktor risiko terjadinya obesitas pada
anak. Oleh karena orang tua dianjurkan untuk sering mengajak anak melakukan aktivitas
fisik.
2. Pola makan yang sehat dan seimbang
Orang tua dapat mengubah pola makan anak menjadi pola makan yang lebih sehat dalam
jangka waktu yang panjang dibandingkan dengan seketika atau langsung membatasi
makanan dengan kandungan kalori tinggi. Pola makan yang berubah dengan drastis ini
akan menyebabkan anak trauma. Akan lebih baik jika diberikan makanan dengan nutrisi
seimbang dibandingkan dengan diet anak.
3. Lakukan kegiatan yang memerlukan aktivitas fisik
Untuk mengatasi obesitas pada anak, orang tua dapat mengajak anak melakukan aktivitas
fisik seperti melakukan olahraga yang disenangi oleh anak atau aktivitas olahraga ringan
lainnya.
4. Batasi kegiatan menonton televisi dan bermain gadget
Melakukan kegiatan tersebut akan membuat anak menjadi malas bergerak, maka
diperlukan aturan tegas tentang berapa lama kegiatan ini boleh dilakukan. Selanjutnya,
orangtua dapat membantu anak untuk menyenangi hiburan lain seperti bersepeda,
bermain bola atau sekedar lompat tali.

Anda mungkin juga menyukai