KELOMPOK I
PEMBIMBING :
dr. Sumarni, Sp.GK
2020
2
A. SKENARIO
OBESITAS
B. LEARNING OBJECTIVE
Anamnesis
Pada kasus diatas didapatkan keluhan berupa mudah lelah saat
beraktivitas, pola makan dengan kebiasaan makan banyak dan manis-manis,
selain itu pasien memiliki hobi jajan diluar, pola aktivitas fisik pasien
cenderung kurang karena malas bergerak dan jarang melakukan olahraga.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TB 150 cm dan BB 95 kg, Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan pengukuran berat badan terhadap tinggi badan
merupakan metode yang berguna untuk menilai lemak tubuh. Konsensus
internasional untuk penentuan gizi lebih adalah berdasarkan grafik indeks
massa tubuh (grafik IMT) berdasarkan usia dan jenis kelamin. Saat ini ada
tiga klasifikasi yang digunakan untuk anak dan remaja yaitu CDC 2000
3
Tuntutan sekolah yang tinggi, jadwal dan tugas sekolah yang begitu
padat secara tidak langsung membatasi waktu olahraga anak/remaja.
Selain itu, dengan adanya gadget aktivitas fisis menjadi berkurang.
Remaja lebih tertarik untuk bermain dengan gadget di dalam ruangan
dibandingkan bermain dengan teman di luar rumah seperti bermain bola
atau bersepeda.1
Menurut teori diatas maka penyebab obesitas pada pasien ini adalah Ryan
mempunyai hobi makan dan sering kali nafsu makannya tidak terkendali.
Biasanya Ryan makan sehari >5x dan cenderung suka makan yang manis-
manis, selain itu Ryan mempunyai hobi jajan sembarangan di luar rumah.
Ryan juga orangnya cenderung malas untuk bergerak dan terhitung jarang
untuk melakukan olahraga.
Intervensi pada remaja dengan obesitas:1
1. Menghindari factor penyebab yang dapat dimodifikasi seperti pola
makan dan aktivitas fisik.
2. Mengubah pola makan yang sehat.
5
- Anak harus dapat menahan keinginan untuk makan di luar jam makan,
misalnya pada saat menonton televisi diusahakan untuk tidak makan
karena menonton televisi dapat menjadi pencetus keinginan makan.
Orangtua diharapkan dapat meniadakan semua stimulus di sekitar anak
yang dapat merangsang keinginan untuk makan.1
- Mengubah perilaku makan, misalnya belajar mengontrol porsi dan jenis
makanan yang dikonsumsi, serta mengurangi makanan camilan. Camilan
diganti dengan buah-buahan segar, berikan dalam bentuk buah potong,
bukan jus buah. Pemberian jus buah menggoda anak mengonsumsi dalam
jumlah banyak sehingga pada akhirnya asupan kalori bertambah.1
- Jika ada rencana berpergian atau pesta, pilihlah makanan yang berkalori
rendah seperti sayur, buah, dan makanan yang tidak digoreng. Hindari
karbohidrat berlebih dan kue-kue manis. Apabila makanan-makanan
tersebut tidak dapat dihindari, imbangi dengan melakukan olahraga
tambahan sebelum atau sesudah berpergian.1
4. Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances (RDA)
merupakan prinsip pengaturan diet pada anak gemuk karena anak masih
bertumbuh dan berkembang dengan metode foodrules, yaitu : Terjadwal
dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan 2x/hari yang terjadwal
(camilan diutamakan dalam bentuk buah segar), diberikan air putih di antara
jadwal makan utama dan camilan, serta lama makan 30 menit/kali.
Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk mengonsumsi
makanan tertentu dan jumlah makanan ditentukan oleh anak. Prosedur
dilakukan dengan pemberian makan sesuai dengan kebutuhan kalori yang
diperoleh dari hasil perkalian antara kebutuhan kalori berdasarkan RDA
menurut height age dengan berat badan ideal menurut tinggi badan Langkah
awal yang dilakukana dalah menumbuhkan motivasi anak untuk ingin
menurunkan berat badan setelah anak mengetahui berat badan ideal yang
disesuaikan dengan tinggi badannya, diikuti dengan membuat kesepakatan
bersama berapa target penurunan berat badan yang dikehendaki.6
7
6. Monitor Pertumbuhan
Anak pra-remaja diharapkan dapat mengawasi sendiri berat badan,
masukan makanan, dan aktivitas fisis, serta mencatat perkembangannya
sehingga pola hidup sehat dapat tercipta hingga dewasa.1
Peran orang-orang di sekitarnya seperti orangtua, anggota keluarga, teman,
dan guru sangat menentukan keberhasilan pencegahan obesitas.1
Pentingnya peran orangtua dalam penerapan pola asuh yang tepat bagi
anak dalam rangka mencegah dan menangani obesitas pada anak. Obesitas
pada anak tidak dapat dibiarkan begitu saja karena dapat berdampak pada
kondisi yang membahayakan bagi anak, seperti penyakit DM tipe 2 dan
kardiovaskuler. Karena itu anak dengan obesitas harus mendapatkan
intervensi yang tepat dengan melibatkan orangtua dalam penanganannya.
Peran tenaga medis dalam kasus obesitas tidak hanya sebatas memberikan
edukasi melainkan harus diawali dengan proses pengkajian yang tepat dalam
pola asuh keluarga, agar intervensi dan edukasi yang diberikan dapat efektif.
Hal yang dapat disarankan adalah agar intervensi tidak hanya berfokus pada
tindakan kuratif semata melainkan dapat mengutamakan upaya promotif dan
8
DAFTAR PUSTAKA