Anda di halaman 1dari 9

1

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

“Intervensi Gizi pada Remaja”

KELOMPOK I

Iniche Tinta N 111 18 002


Susi Irmawati N 111 18 007
Wahyuni Adjem Pratika N 111 18 046
Fitria Amanda N 111 17 024
Aisyiah Sarahdita Said N 111 18 021
Carmelita Dwi Cartika Tamba N 111 18 010
Ira Andini Paransa N 111 18 026
Gina Puspita Agus N 111 17 114
Helmy Fergiawan N 111 18 036
Andika Setia Putra N 111 17 172

PEMBIMBING :
dr. Sumarni, Sp.GK

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO

2020
2

A. SKENARIO

OBESITAS

Seorang laki-laki berusia 14 tahun bernama Riyan datang ke


Puskesmas Talise diantar oleh ibunya dengan keluhan anaknya mudah lelah
saat beraktivitas. Hal ini mengakibatkan sang anak sering tidak masuk
sekolah akibat keluhan tersebut. Menurut sang ibu, Ryan mempunyai hobi
makan dan sering kali nafsu makannya tidak terkendali. Biasanya Ryan
makan sehari >5x dan cenderung suka makan yang manis-manis, selain itu
Ryan mempunyai hobi jajan sembarangan di luar rumah. Ryan juga orangnya
cenderung malas untuk bergerak dan terhitung jarang untuk melakukan
olahraga. Di keluarga Ryan tidak terdapat keluhan yang sama atau riwayat
penyakit apapun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, N:
88x/m, R; 18x/m, S: 36.7 derajat celcius. TB 150 cm, BB 85 kg, LP 105 cm.
Hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan kadar GDP 98 mg/dl, kolestrol
total 180 mg/dL, LDL 102 mg/dL, HDL 45 mg/dLdan TG 102mg/dL.

B. LEARNING OBJECTIVE
Anamnesis
Pada kasus diatas didapatkan keluhan berupa mudah lelah saat
beraktivitas, pola makan dengan kebiasaan makan banyak dan manis-manis,
selain itu pasien memiliki hobi jajan diluar, pola aktivitas fisik pasien
cenderung kurang karena malas bergerak dan jarang melakukan olahraga.
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik didapatkan TB 150 cm dan BB 95 kg, Indeks
Massa Tubuh (IMT) dan pengukuran berat badan terhadap tinggi badan
merupakan metode yang berguna untuk menilai lemak tubuh. Konsensus
internasional untuk penentuan gizi lebih adalah berdasarkan grafik indeks
massa tubuh (grafik IMT) berdasarkan usia dan jenis kelamin. Saat ini ada
tiga klasifikasi yang digunakan untuk anak dan remaja yaitu CDC 2000
3

(Center for Disease Control and Prevention 2000), IOTF (International


Obesity Task Force), dan WHO 2006 (World Health Organization 2006).
Pada anak usia 2-18 tahun melakukan penilaian menggunakan CDC 2000,
sehingga pada kasus ini anak usia 14 tahun didapatkan 202%, hal ini
termasuk obesitas karena >120%.

INTERVENSI PADA KASUS


Pertama kita harus mengetahui penyebab obesitas pada pasien, dimana
penyebab obesitas pada remaja diantaranya :
1. Pola makan yang tidak sehat
Anak/remaja yang pola makannya tidak teratur dengan asupan gizi
berlebih akan berisiko mengalami obesitas. Konsumsi makanan tinggi
kalori dan lemak seperti makanan fast food atau cepat saji, sosis, baso,
pizza, dan softdrink juga dapat memicu terjadinya obesitas. Hal ini
diperparah dengan tidak ada atau kurangnya asupan buah dan
sayur/sumber serat pada makanan sehari-hari.1
Pola makan yang sering terjadi pada anak obesitas adalah makan
utama >3x/hari (umumnya porsi besar) ditambah dengan camilan yang
tidak sehat (contoh: kentang goreng, makanan ringan dalam kemasan,
gorengan), serta minum teh manis atau softdrink setiap makan.1

2. Kurangnya aktivitas fisis


4

Tuntutan sekolah yang tinggi, jadwal dan tugas sekolah yang begitu
padat secara tidak langsung membatasi waktu olahraga anak/remaja.
Selain itu, dengan adanya gadget aktivitas fisis menjadi berkurang.
Remaja lebih tertarik untuk bermain dengan gadget di dalam ruangan
dibandingkan bermain dengan teman di luar rumah seperti bermain bola
atau bersepeda.1

3. Memiliki keluarga yang obesitas


Kebiasaan makan anak/remaja cenderung mengikuti orang-orang di
sekitarnya. Tak heran jika banyak anak obesitas berasal dari keluarga
yang obesitas.1

Menurut teori diatas maka penyebab obesitas pada pasien ini adalah Ryan
mempunyai hobi makan dan sering kali nafsu makannya tidak terkendali.
Biasanya Ryan makan sehari >5x dan cenderung suka makan yang manis-
manis, selain itu Ryan mempunyai hobi jajan sembarangan di luar rumah.
Ryan juga orangnya cenderung malas untuk bergerak dan terhitung jarang
untuk melakukan olahraga.
Intervensi pada remaja dengan obesitas:1
1. Menghindari factor penyebab yang dapat dimodifikasi seperti pola
makan dan aktivitas fisik.
2. Mengubah pola makan yang sehat.

  
5

Gambar 1. Piring Makan yang Sehat1


Sebaiknya makanan yang kita makan sehari-hari mengandung
karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.  Untuk lebih mudahnya,
yuk lihat gambar di atas! Piring makan yang sehat harus terdiri dari sayur,
buah, lauk-pauk, dan nasi/roti. Sayur (warna hijau) harus dikonsumsi paling
banyak di antara yang lain. Hampir setengah piring harus diisi oleh sayur-
sayuran. Setengah piring lagi dibagi dua untuk nasi (warna cokelat) dan juga
lauk-pauk (warna oranye). Lalu, sisanya diisi oleh buah.1
Sebaiknya pilih nasi merah dibandingkan nasi putih dan roti gandum
dibandingkan roti putih. Perbanyak konnsumsi daging putih seperti ayam dan
ikan dibandingkan daging merah yang lemaknya tinggi seperti daging sapi,
kambing, & daging olahan. Ganti minyak goreng kelapa sawit (palm)
keluarga anda dengan minyak goreng zaitun (olive oil) atau minyak goreng
kanola. Selain itu, pemberian susu harus dibatasi menjadi 2 gelas ukuran 2per
hari untuk anak usia >2 tahun. 2 Terakhir jangan lupa untuk minum air putih
minimal 2L setiap harinya dan hindari minuman manis termasuk jus buah
yang berlebihan. Asupan jus untuk anak usia 1 – 6 tahun adalah 120-180 mL
per hari, sedangkan untuk anak usia >6 – 18 tahun adalah 240-360 mL per
hari.3
3. Modifikasi Perilaku Makan
6

- Anak harus dapat menahan keinginan untuk makan di luar jam makan,
misalnya pada saat menonton televisi diusahakan untuk tidak makan
karena menonton televisi dapat menjadi pencetus keinginan makan.
Orangtua diharapkan dapat meniadakan semua stimulus di sekitar anak
yang dapat merangsang keinginan untuk makan.1
- Mengubah perilaku makan, misalnya belajar mengontrol porsi dan jenis
makanan yang dikonsumsi, serta mengurangi makanan camilan. Camilan
diganti dengan buah-buahan segar, berikan dalam bentuk buah potong,
bukan jus buah. Pemberian jus buah menggoda anak mengonsumsi dalam
jumlah banyak sehingga pada akhirnya asupan kalori bertambah.1
- Jika ada rencana berpergian atau pesta, pilihlah makanan yang berkalori
rendah seperti sayur, buah, dan makanan yang tidak digoreng. Hindari
karbohidrat berlebih dan kue-kue manis. Apabila makanan-makanan
tersebut tidak dapat dihindari, imbangi dengan melakukan olahraga
tambahan sebelum atau sesudah berpergian.1
4. Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances (RDA)
merupakan prinsip pengaturan diet pada anak gemuk karena anak masih
bertumbuh dan berkembang dengan metode foodrules, yaitu : Terjadwal
dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan 2x/hari yang terjadwal
(camilan diutamakan dalam bentuk buah segar), diberikan air putih di antara
jadwal makan utama dan camilan, serta lama makan 30 menit/kali.
Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk mengonsumsi
makanan tertentu dan jumlah makanan ditentukan oleh anak. Prosedur
dilakukan dengan pemberian makan sesuai dengan kebutuhan kalori yang
diperoleh dari hasil perkalian antara kebutuhan kalori berdasarkan RDA
menurut height age dengan berat badan ideal menurut tinggi badan Langkah
awal yang dilakukana dalah menumbuhkan motivasi anak untuk ingin
menurunkan berat badan setelah anak mengetahui berat badan ideal yang
disesuaikan dengan tinggi badannya, diikuti dengan membuat kesepakatan
bersama berapa target penurunan berat badan yang dikehendaki.6
7

5. Aktivitas fisis teratur


Anak/remaja harus tetap aktif melakukan kegiatan fisik. Lakukan olahraga
minimal 60 menit setiap hari dengan intensitas sedang, misalnya jalan cepat.
Ajak anak untuk lari pagi atau sore minimal 3x dalam seminggu. Motivasi
anak untuk terlibat dalam kegiatan olahraga di sekolah, seperti sepak bola dan
basket. Olahraga permainan akan lebih mudah disukai oleh anak
dibandingkan olahraga lain.1
Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari untuk membuat anak tetap aktif
secara fisik adalah ajak anak untuk lebih memilih naik dan turun tangga
daripada menggunakan lift, saat mengantar ke sekolah turunkan anak
beberapa meter dari gerbang sekolah, atau ajak anak berkeliling di mall
selama minimal 1 jam tanpa duduk.1

6. Monitor Pertumbuhan
Anak pra-remaja diharapkan dapat mengawasi sendiri berat badan,
masukan makanan, dan aktivitas fisis, serta mencatat perkembangannya
sehingga pola hidup sehat dapat tercipta hingga dewasa.1
Peran orang-orang di sekitarnya seperti orangtua, anggota keluarga, teman,
dan guru sangat menentukan keberhasilan pencegahan obesitas.1
Pentingnya peran orangtua dalam penerapan pola asuh yang tepat bagi
anak dalam rangka mencegah dan menangani obesitas pada anak. Obesitas
pada anak tidak dapat dibiarkan begitu saja karena dapat berdampak pada
kondisi yang membahayakan bagi anak, seperti penyakit DM tipe 2 dan
kardiovaskuler. Karena itu anak dengan obesitas harus mendapatkan
intervensi yang tepat dengan melibatkan orangtua dalam penanganannya.
Peran tenaga medis dalam kasus obesitas tidak hanya sebatas memberikan
edukasi melainkan harus diawali dengan proses pengkajian yang tepat dalam
pola asuh keluarga, agar intervensi dan edukasi yang diberikan dapat efektif.
Hal yang dapat disarankan adalah agar intervensi tidak hanya berfokus pada
tindakan kuratif semata melainkan dapat mengutamakan upaya promotif dan
8

preventif dalam menangani masalah obesitas pada anak sehingga dapat


mencegah munculnya penyakit kronis pada anak.4
Salah satu intervensi yang dapat diterapkan dalam menangani obesitas
pada anak adalah melalui pendekatan pada orangtua terkait pola asuh yang
diterapkan pada anak. Intervensi inovasi yang dapat tenaga medis aplikasikan
pada orangtua anak dengan obesitas, yaitu melalui program Gaya Hidup
Triple P yang mencakup pemberian nutrisi yang cukup, aktivitas fisik, dan
pola asuh yang efektif. Adapun tujuan yang dari penerapan intervensi ini
adalah untuk meningkatkan pola makan yang sehat pada anak, meningkatkan
aktivitas fisik, pencapaian berat badan yang normal, mengurangi pola asuh
yang memaksa (authoritarian) dan terlalu permissive, meningkatkan
komunikasi orangtua tentang kesehatan dan nutrisi, dan menurunkan stress
orangtua untuk meningkatkan kesehatan anak. Tujuan tersebut tentunya
merupakan harapan yang diinginkan oleh semua pihak termasuk orangtua
dengan anak yang mengalami obesitas. 4
kelebihan berat badan dapat dicegah dengan mengubah pola hidup sehat
seperti mengubah pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik serta
melakukan upaya peningkatan kesehatan dimasyarakat seperti memberikan
pendidikan kesehatan sebagai upaya tindakan preventif dan promotif. Salah
satu bentuk dari intervensi pendidikan kesehatan itu adalah dengan
melakukan konseling.5

Berdasarkan teori di atas dapat di simpulkan bahwa intervensi yg dapat


diberikan pada kasus diatas adalah :
1. Berolahraga kecil setiap hari pada pagi hari selama 30 menit
contohnya lari dkeliling kompleks rumah
2. Membiasakan Riyan untuk sarapan buah segar setiap hari
3. Membuatkan bekal makanan untuk dibawah ke sekolah agar Riyan
tidak jajan sembarangan
4. Membiasakan untuk mengonsumsi sayur setiap hari
5. Mengatur porsi bekal yang diberikan agar tidak berlebihan
9

6. Mengganti jajan Riyan dengan membuat jus buah sendiri tanpa


menggunakan gula
7. Menjaga agar makan cukup 3x sehari
8. Makan malam diatur agar tidak boleh lewat dari jam 7 malam

DAFTAR PUSTAKA

1. Fadhila, S.R dan Yuliarti,K. Pencegahan Obesitas Pada Remaja. Jakarta:


IDAI. 2017.
2. Holt K, penyunting. Bright Futures: Nutrition, Edisi ke-3. Buku saku
petunjuk. Elk Grove Village, IL: American Academy of Pediatrics. 2008.
3. Committee on Nutrition, AAP. The Use and Misuse of Fruit Juice in
Pediatrics. 2001;107;1210.
4. Triana, KY. Manajemen Obesitas dengan Pola Asuh Efektif Sebagai
Upaya Preventif Penyakit Kronis pada Anak. Jurnal Dunia Kesehatan; Vol
2; nomor 1. 2017.
5. Rosdiana. Intervensi Gaya Hidup Terhadap Pencegahan Obesitas Pada
Remaja Di Smp Khadijah Kota Makassar. Media Publikasi Promosi
Kesehatan Indonesia. Vol. 1. No. 2. 2018.
6. Sjarif DR., et al. Diagnosis, TataLaksana dan Pencegahan Obesitas pada
Anak dan Remaja. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik
Ikatan Dokter Anak Indonesi. Pp 1-64. 2014.

Anda mungkin juga menyukai