Anda di halaman 1dari 13

UKM

Tanggal
Kode F1 – Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
F2 – Kesehatan Lingkungan
F3 – KIA dan KB
F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
F5 – Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan
Tidak Menular
F6 – Upaya Pengobatan Dasar
F7 – Mini Project
Peserta Perwakilan Dinkes
Kapuskes
Camat/Lurah/Perwakilan
Dokter Pendamping
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
Judul Edukasi Pola Makan pada Anak
Latar Belakang Saat ini, kurang gizi sering dijumpai pada anak. Sedangkan,
anak membutuhkan asupan nutrisi yang adekuat untuk
pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya. Data
Riskesdas pada tahun 2010 menunjukkan bahwa secara
nasional konsumsi energi dan protein masyarakat Indonesia
masih rendah pada semua kelompok umur dimana 44,4%
kelompok usia 6-12 tahun mengonsumsi energi di bawah
kebutuhan minimal. Hal ini dapat mengakibatkan anak
menjadi kurus dan pendek. Data Riskesdas menyatakan
pada usia 6-12 tahun, frekuensi anak yang tergolong pendek
adalah 35,6%, serta anak yang tergolong kurus adalah
12,2%.

Kurang gizi atau gizi buruk dinyatakan sebagai penyebab


tewasnya 3,5 juta anak di bawah usia lima tahun (balita) di
dunia. Angka kematian balita karena gizi buruk ini terhitung
lebih dari sepertiga kasus kematian anak di seluruh dunia.
Masalah kurang gizi merupakan akibat dari interaksi
berbagai faktor, akan tetapi yang paling utama adalah dua
faktor yaitu konsumsi pangan dan infeksi, adanya
ketidakseimbangan antara konsumsi zat energi dan zat
protein melalui makanan, baik dari segi kuantitatif dan
kualitatif. Selain itu banyak sekali faktor yang menyebabkan
terjadinya masalah kurang gizi yaitu ketersediaan pangan di
tingkat rumah tangga, pola pengasuhan anak, kondisi
lingkungan atau penyediaan air bersih serta pelayanan
kesehatan yang tidak memadai serta faktor sosial budaya
dan ekonomi seperti tingkat pendapatan keluarga, besar
anggota keluarga, pantangan atau tabu dalam hal makanan
dan adat kebiasaan yang merugikan.

Gizi buruk bila tidak ditangani secara cepat, tepat dan


komprehensif dapat mengakibatkan masalah pertumbuhan
dan perkembangan pada anak, bahkan hingga kematian.
Oleh karena itu diperlukan edukasi yang tepat untuk
masyarakat mengenai pola makan yang tepat pada anak.
Permasalahan Pasien anak usia 3 tahun datang dengan keluhan berat
badan dan tinggi badan yang tidak kunjung naik sejak 5
bulan yang lalu. Ibu pasien mengeluhkan pasien sering diare
sejak pasien berusia 1 tahun. Pasien sering sulit makan dan
lebih sering jajan di pinggir jalan.
Perencanaan & Edukasi keluarga pasien untuk menerapkan pola makan
Pemilihan yang sehat untuk anak.
Intervensi
Pelaksanaan Untuk melakukan edukasi mengenai gizi pada anak, perlu
diidentifikasi terlebih dahulu masalah gizi serta penyebab
dari masalah tersebut. Pada pasien diketahui pasien
termasuk kurus dan pendek. Kemungkinan penyebab utama
masalah tersebut yaitu tingkat konsumsi yang kurang
(jumlah, jenis, dan bentuk makanan) serta penyakit infeksi
yang sering diderita oleh pasien yaitu diare. Oleh karena itu,
orang tua pasien perlu diberikan edukasi mengenai pola
makan yang sehat anak.

Gizi seimbang adalah nutrisi dan zat gizi yang disesuaikan


dengan kebutuhan tubuh, tidak berlebihan juga tidak
kekurangan. Makanan gizi seimbang adalah mengkonsumsi
makanan yang mengandung nutrisi dan gizi disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh dengan tetap memperhatikan
berbagai prinsip seperti keberagaman jenis makanan,
aktifitas tubuh, berat badan ideal serta faktor usia.

Cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak makan


makanan sehat antara lain:
- Berikan makanan sesuai dengan jenis dan jadwal makanan
orang dewasa
- Ajari anak untuk makan sendiri
- Biasakan anak makan ditempatnya, tidak sambil berlari
ataupun bermain
- Makan bersama dapat membantu anak untuk terbiasa
makan dengan baik.
- Ciptakan suasana makan yang menyenangkan 
- Perkenalkan jenis- jenis makanan yang sehat, bergizi dan
baik untuk tubuhnya.

Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi anak sulit


makan adalah sebagai berikut:
- Memberikan makanan dalam porsi kecil, karena anak
bangga bila menghabiskan makanan
- Bila habis beri pujian supaya anak senang
- Biarkan anak mengambil porsinya sendiri
- Berilah makan saat lapar
- Hindari rasa bersalah; jangan memarahi anak bila peralatan
makan pecah
- Kurangi hal yang dapat mengalihkan perhatian
- Biarkan anak makan lambat
- Mengganti suasana
- Biarkan anak memilih makanannya sendiri
- Bersikap cerdik
- Turuti keinginan anak dan bersabar
- Jangan memaksa rapi
Monitoring & Evaluasi dilakukan terhadap kenaikan berat badan dan tinggi
Evaluasi badan pasien di pertemuan selanjutnya.

UKM
Tanggal
Kode F1 – Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
F2 – Kesehatan Lingkungan
F3 – KIA dan KB
F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
F5 – Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan
Tidak Menular
F6 – Upaya Pengobatan Dasar
F7 – Mini Project
Peserta Perwakilan Dinkes
Kapuskes
Camat/Lurah/Perwakilan
Dokter Pendamping
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
Judul Edukasi Pola Makan Pada Penderita DM Tipe 2
Latar Belakang Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik kronis yang
ditandai dengan meningkatnya kadar gula darah
penderitanya yang berisiko tinggi memunculkan berbagai
komplikasi yang dapat berujung pada kematian. Diabetes
melitus telah menjadi salah satu masalah utama kesehatan
global yang juga berpengaruh terhadap aspek ekonomi
maupun sosial. Populasi yang banyak serta pola hidup
modern masyarakat Indonesia membuat Indonesia menjadi
negara dengan populasi terbanyak keenam penderita
diabetes di dunia dengan total penderita diabetes mencapai
10,3 juta orang pada 2017 dan diperkirakan akan terus
bertambah hingga 16,7 juta pada tahun 2045.

Berdasarkan data Riskedas, prevalensi diabetes di Sumatera


Utara juga terus mengalami peningkatan mencapai 1,8%
hingga tahun 2013. Tingginya prevalensi dan insidensi
DMT2, termasuk peningkatan morbiditas dan mortalitas
prematur, membuat diabetes perlu dikontrol dalam hal
tatalaksana guna mengurangi risiko komplikasi yang dapat
terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan edukasi kepada
masyarakat mengenai pola makan pada pasien diabetes
mellitus.
Permasalahan Pasien usia 55 tahun datang dengan keluhan badan pegal-
pegal, dan ingin kontrol karena memiliki penyakit kencing
manis sejak 5 tahun yang lalu, rutin minum obat dari
puskesmas. Pasien mengatakan tidak pernah
memperhatikan makanan yang ia makan. Pasien sering
makan gorengan, minum es teh manis dan jarang olahraga.
Perencanaan & Mengedukasi keluarga dan pasien dalam pemilihan pola
Pemilihan makan yang tepat untuk pasien. Memotivasi keluarga pasien
Intervensi untuk membantu pasien untuk menerapkan pola hidup sehat.
Pelaksanaan Pengelolaan diabetes harus dilaksanakan secara
mandiri holistik dan pemeliharaan mandiri seumur hidup
karena diabetes melitus merupakan penyakit metabolisme
kronik. Bila hal ini dapat dikelola dengan baik oleh diabetes
maka kualitas hidupnya akan terpelihara secara optimal dan
terhindar dari berbagai komplikasi kronik diabetes. Akan
tetapi, walaupun diabetes telah mendapat penyuluhan dan
konsultasi tentang perencanaan makan, lebih dari 50%
pasien tidak melaksanakannya.
Tujuan perencanaan makan pada pasien diabetes yaitu
untuk:  

1. Mempertahankan kadar gula dan lipid dalam batas


normal.
2. Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal.
3. Mencegah komplikasi akut dan kronik.
4. Meningkatkan kualitas hidup.

Agar mencapai tujuan sesuai dengan harapan, maka


pelaksanaan pengaturan makan harus berpedoman pada
prinsip 3 J, yaitu: 

1. Tepat Jumlah: Artinya asupan makan harus sesuai


dengan kebutuhan untuk aktivitas fisik dan psikis. Dokter
dan ahli gizi akan membantu menghitungkan kebutuhan
energi.

2. Tempat Jadwal: Dianjurkan untuk makan secara teratur


5-6 kali/hari yang terdiri dari 3x makan besar dan 2-3 kali
makan kecil/selingan.

3. Tepat Jenis: Dianjurkan untuk memilih makanan yang


sehat (makanan sumber lemak yang baik, protein nabati,
karbohidrat kompleks dan serat).

Monitoring & Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memantau nilai GDP


Evaluasi pasien pada kunjungan berikutnya.
UKM
Tanggal
Kode F1 – Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
F2 – Kesehatan Lingkungan
F3 – KIA dan KB
F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
F5 – Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan
Tidak Menular
F6 – Upaya Pengobatan Dasar
F7 – Mini Project
Peserta Perwakilan Dinkes
Kapuskes
Camat/Lurah/Perwakilan
Dokter Pendamping
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
Judul Edukasi Pola Makan Pada Penderita Hipertensi
Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang hampir
diderita sekitar 25% penduduk dunia dewasa. Hipertensi
didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik >140 mm Hg
atau tekanan diastolik > 90 mm Hg. Insidensi hipertensi
meningkat seiring bertambahnya usia, sekitar 60 % dari
semua kematian prematur diakibatkan oleh hipertensi terjadi
di antara pasien dengan hipertensi ringan. Prevalensi
hipertensi diprediksi meningkat 60% pada tahun 2025, yaitu
sekitar 1.56 juta orang penderita. Hal ini merupakan faktor
risiko dari penyakit kardiovaskuler dan bertanggung jawab
terhadap kebanyakan kematian di dunia. Hipertensi primer
atau yang dikenal dengan hipertensi essensial atau idiopatik
merupakan kasus hipertensi terbanyak, yaitu sekitar 95%
dari kejadian hipertensi secara keseluruhan. Tingkat
pendidikan, komunikasi dan informasi, kebudayaan, dan
pengalaman pribadi seseorang akan mempengaruhi
pengetahuan dan sikap tentang kesehatan. Dengan
mendapatkan infomasi yang benar, diharapkan lansia
mendapat bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat
melaksanakan pola hidup sehat dan dapat menurunkan
risiko penyakit degeneratif terutama hipertensi dan penyakit
kardiovaskular.
Permasalahan Pasien laki-laki berusia 65 tahun datang dengan keluhan
nyeri kepala. Pasien mempunyai riwayat hipertensi dan
jarang meminum obat jika tidak ada keluhan pusing. Pasien
rutin merokok setiap harinya dan jarang melakukan
pengecekan tekanan darah. Pada pemeriksaan tekanan
darah, ditemukan tekanan darah tinggi dengan hasil 200/100
mmHg.
Perencanaan & Masalah yang ditetapkan adalah minimnya pengetahuan
Pemilihan pasien mengenai penggunaan obat dan komplikasi
Intervensi hipertensi, gaya hidup yang belum baik, dan jarang
melakukan pengecekan rutin tekanan darah. Oleh karena itu,
perlu diberikan edukasi yang secara menyeluruh mengenai
hipertensi yang ditargetkan untuk pasien, terutama mengenai
pola makan yang baik.
Pelaksanaan Pola makan yang dapat dilakukan untuk menurunkan tekanan
darah pada penderita hipertensi yaitu:
1. Asupan Garam
Jumlah garam yang direkomendasikan adalah kurang dari 6 gram.
Hal ini tentu bukan sesuatu yang mudah karena makanan sekitar
kita mengandung banyak garam. 
2. Jumlah Kalori
Hindari jumlah kalori yang berlebihan karena dapat memicu
obesitas atau kegemukan, yang juga berhubungan dengan
tekanan darah tinggi. 
3. Kandungan Nutrisi
Konsumsi makanan yang kaya protein, dengan kandungan lemak
yang rendah. Contoh makanan kaya protein yang dapat
dikonsumsi adalah dada ayam, susu rendah lemak, dan putih telur.
Sedangkan untuk sumber karbohidrat yang lebih baik untuk
kesehatan dapat menggunakan gandum dan nasi merah.
4.Makanan Kaya Sayur
Sayur adalah salah satu komponen makanan sehat yang perlu
dimasukkan ke dalam komponen diet. Salah satu prinsip dasar
yang dapat digunakan adalah konsumsilah sayur dengan berbagai
warna yang berbeda.
5.Kurangi Minyak di Dalam Makanan
Kandungan minyak dalam makanan yang berlebih dapat
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol darah. Kadar
kolesterol darah yang tinggi dan tekanan darah tinggi merupakan
dua faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah. Hindarilah makanan yang digoreng seperti ayam
goreng, kentang goreng dan makanan fast food. Ganti dengan
metode memasak yang lebih sehat seperti memanggang dan
merebus.

Monitoring & Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memantau tekanan


Evaluasi darah pasien pada kunjungan berikutnya.

UKM
Tanggal
Kode F1 – Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
F2 – Kesehatan Lingkungan
F3 – KIA dan KB
F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
F5 – Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan
Tidak Menular
F6 – Upaya Pengobatan Dasar
F7 – Mini Project
Peserta Perwakilan Dinkes
Kapuskes
Camat/Lurah/Perwakilan
Dokter Pendamping
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
Judul Edukasi Pola Makan pada Pasien Gastritis
Latar Belakang Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung
yang bersifat akut, kronis difus, atau local dengan
karakteristik anoreksia, rasa penuh, tidak enak pada
epigastrium, mual dan muntah. Badan penelitian kesehatan
dunia WHO tahun 2012, insiden gastritis di dunia sekitar 1,8-
2,1 juta dari jumlah penduduk setiap tahun. Insiden
terjadinya gastritis di Asia Tenggara sekitar 583.635 dari
jumlah penduduk setiap tahunnya.

Penelitian terdahulu yang telah dilakukan menunjukan bahwa


kejadian gastritis berkaitan dengan pola makan. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Ratna Yunita dengan judul
Hubungan Antara Karakteristik Responden, Kebiasaan
Makan Dan Minum Serta Pemakaian NSAID (Non Steroid
Anti Inflamation Drug) Dengan Terjadinya Gastritis Pada
Mahasiswa Kedokteran di dapatkan hasil uji statistic P=0,041
(P value <α) yang berarti ada hubungan antara keteraturan
makan dengan kejadian gastritis. Oleh karena itu, diperlukan
edukasi mengenai pola makan yang tepat pada pasien
gastritis.
Permasalahan Pasien mengeluhkan nyeri panas seperti terbakar di perut
bagian atas sejak 5 hari yang lalu. Keluhan disertai dengan
mual muntah dan kembung. Pasien mengaku pola makannya
tidak baik, waktu makan sering terlambat dan senang
makanan pedas. Pasien juga sering minum kopi setiap hari.
Perencanaan & Masalah yang ditetapkan adalah minimnya pengetahuan
Pemilihan pasien mengenai pola makan yang baik untuk penderitas
Intervensi gastritis. Oleh karena itu, perlu diberikan edukasi yang
secara menyeluruh mengenai pola makan untuk penderita
gastritis.
Pelaksanaan Jenis makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi guna
mencegah gastritis adalah sumber karbohidrat yang mudah
dicerna (nasi lunak, roti, biskuit, krekers), sumber protein
yang diolah dengan cara direbus dan dipanggang dan
ditumis, sayuran yang tidak bergas dan tidak banyak serat
(bayam, dan wortel), buah-buahan yang tidak bergas
(pepaya, pisang, pir), dan minuman (teh, susu).
Jenis makanan yang tidak dianjurkan adalah sumber
karbohidrat yang sulit dicerna (nasi keras, beras ketan, mie,
jagung, singkong, talas, cake, kue tart), sumber protein yang
diolah dengan cara digoreng dan digulai, sarden, kornet dan
keju, sayuran yang bergas dan banyak serat (daun singkong,
kol, kembang kol, sawi), buah-buahan yang bergas dan
tinggi serat (kedondong, jambu biji, durian, nangka dan buah-
buahan masam), makanan yang pedas, makanan bergas
dan berlemak tinggi (tapai, coklat, gorengan, jeroan) dan
minuman bergas.

Frekuensi makan yang dapat memicu munculnya kejadian


gastritis adalah frekuensi makan kurang dari frekuensi yang
dianjurkan yaitu makan tiga kali sehari. Secara alamiah
makanan diolah dalam tubuh melalui alat-alat pencernaan
mulai dari mulut sampai usus halus. Lama makanan dalam
lambung tergantung sifat dan jenis makanan. Jika rata-rata
umumnya lambung kosong antara 3-4 jam. Maka jadwal
makan ini pun harus menyesuaikan dengan kosongnya
lambung.
Monitoring & Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memantau keadaan
Evaluasi pasien pada kunjungan berikutnya.

UKM
Tanggal
Kode F1 – Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
F2 – Kesehatan Lingkungan
F3 – KIA dan KB
F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
F5 – Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan
Tidak Menular
F6 – Upaya Pengobatan Dasar
F7 – Mini Project
Peserta Perwakilan Dinkes
Kapuskes
Camat/Lurah/Perwakilan
Dokter Pendamping
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
Judul Edukasi Pola Makan pada Pasien Obesitas
Latar Belakang Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan
akibat ketidakseimbangan asupan energi (energy intake)
dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam
waktu lama. Obesitas ditemukan pada orang dewasa,
remaja, dan anak-anak. Lebih dari 1,4 miliar orang dewasa
mengalami overweight dan lebih dari 500 juta orang dewasa
di dunia mengalami obesitas. Selain itu, overweight dan
obseitas memiliki risiko mengalami diabetes (44%), penyakit
jantung iskemik (23%), dan kanker (7%). Di Indonesia,
berdaasarkan data Riskesdas menunjukan peningkatan
prevalesni obesitas pada penduduk berusia diatas 18 tahun
dari 11,7% (2010) menjadi 15,4% (2013). Obesitas
disebabkan oleh berbagai faktor yaitu genetik, lingkungan,
obat-obatan dan hormonal. Berdasarkan data Riskesdas
tentang analisis survei konsumsi makanan individu sebesar
40,7% masyarakat Indonesia mengonsumi makanan
berlemak, 53,1% mengonsumsi makanan manis, 93,5%
kurang konsumsi sayur dan buah, dan 26,1% aktivitas fisik
kurang. Berdasarkan data tersebut diperlukan pengendalian
obesitas yang optimal dengan cara edukasi mengenai pola
makan yang baik.
Permasalahan Pasien perempuan 35 tahun datang dengan keluhan mudah
lelah jika berjalan jauh. Diketahui berat badan pasien 85 kg
dan tinggi badan 160 cm (BMI 33,2 = obesitas). Pasien
sering makan gorengan dan makanan manis.
Perencanaan & Masalah yang ditetapkan adalah minimnya pengetahuan
Pemilihan pasien mengenai pola makan yang baik untuk penderita
Intervensi obesitas. Oleh karena itu, perlu diberikan edukasi yang
secara menyeluruh mengenai pola makan untuk penderita
obesitas.
Pelaksanaan Edukasi yang dapat disampaikan pada pasien yang
mengalami obesitas antara lain :
- Penatalaksanaan obesitas mencakup multi disiplin terdiri
dari ahli gizi, spesialis anak/ spesialis penyakit dalam,
psikolog, fisioterapis, okupasional terapis, ahli bedah,
perawat bariatrik, dan farmasi
- Edukasi mengenai pentingnya perubahan gaya hidup,
bahwa tidak ada intervensi yang bekerja jika pasien masih
menerapkan pola hidup sedenter. Bahkan pasca operasi
beberapa program aktivitas fisik masih diperlukan untuk
mencegah kenaikan berat badan
- Fokus pada perubahan perilaku dan pola makan yang
berkaitan dengan gaya hidup sehat daripada menurunkan
berat badan
Atur pola makan dengan menggunakan piring makan model
T sebagai berikut:
1. Konsumsi sayur dua kali lipat dari jumlah bahan makanan
sumber karbohidrat (nasi, mie, roti, pasta, dan lain lain)
2. Konsumsi bahan makanan sumber protein sama dengan
jumlah bahan makanan sumber karbohidrat
3. Konsumsi sayur dan atau buah minimal harus sama
dengan jumlah karbohidrat ditambah dengan protein
4. Minyak sebagai bahan makanan sumber lemak dapat
digunakan untuk mengolah bahan makanan. Jumlah yang
dianjurkan adalah 3–4 porsi atau setara dengan 3–4 sendok
teh
Monitoring & Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memantau berat badan
Evaluasi dan keluhan pasien pada kunjungan berikutnya.

UKM
Tanggal
Kode F1 – Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
F2 – Kesehatan Lingkungan
F3 – KIA dan KB
F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
F5 – Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan
Tidak Menular
F6 – Upaya Pengobatan Dasar
F7 – Mini Project
Peserta Perwakilan Dinkes
Kapuskes
Camat/Lurah/Perwakilan
Dokter Pendamping
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
Judul Edukasi Pola Makan pada Penderita Anemia
Latar Belakang Anemia adalah suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah
(dan berpengaruh kepada kapasitas daya angkut oksigen)
tidak mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Anemia
merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering
terjadi baik dinegara maju maupun di negara berkembang.
Asupan makanan yang adekuat akan dapat menyediakan
energi, nutrisi, dan serat yang cukup untuk dapat memelihara
kesehatan tubuh. Zat besi adalah mineral yang merupakan
bagian dari hemoglobin dan myoglobin yang berperan sangat
penting pada distribusi oksigen dalam tubuh. Zat besi juga
merupakan koenzim pada banyak reaksi metabolik yang
berperan dalam produksi energi.

Berdasarkan Riskesdas tahun 2013 di dapatkan anemia gizi


besi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dengan
angka kejadian anemia pada anak usia 5 - 12 tahun sebesar
29 %.WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2010 sekitar
2 milyar penduduk dunia, atau sekitar 30% dari total
penduduk, menderita anemia. Banyak dari kasus tersebut
disebabkan oleh defisiensi zat besi yang berasal dari daerah
yang miskin sumber zat besi, dan juga disebabkan oleh
kekambuhan penyakit-penyakit infeksi seperti Malaria,
HIV/AIDS, infeksi cacing tambang, dan infeksi lain seperti
TBC. Adapun dampak anemia bagi anak usia sekolah dasar
dapat menyebabkan terganggunya tumbuh kembang fisik,
rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit, rendahnya
tingkat kecerdasan anak, rendahnya prestasi belajar/kerja,
dan juga rendahnya prestasi olahraga. Lebih lanjut, anemia
pada anak dapat berdampak pada menurunnya kemampuan
dan konsentrasi belajar, menghambat pertumbuhan sel
tubuh dan juga sel otak sehingga dapat menimbulkan gejala
letih, lemah, lesu, pucat sehingga dapat menurunkan
kebugaran dan prestasi belajar. Oleh karena itu, dibutuhkan
edukasi mengenai pola makan yang baik pada pasien
anemia.
Permasalahan Pasien mengeluhkan mudah lelah dan lemas sejak 1 bulan
yang lalu. Pasien juga mengeluhkan nyeri kepala, penurunan
nafsu makan, nyeri perut dan sering mual. Tidak ada keluhan
rambut rontok, sulit konsentrasi, sariawan, telinga
berdengung, sesak nafas, dan nyeri perut. Pasien mengaku
sudah tidak mengonsumsi daging selama 2 bulan terakhir
karena memutuskan untuk menjadi vegan. Diketahui Hb
pasien 9 gr/dl.
Perencanaan & Masalah yang ditetapkan adalah minimnya pengetahuan
Pemilihan pasien mengenai pola makan yang baik untuk penderita
Intervensi anemia. Oleh karena itu, perlu diberikan edukasi yang secara
menyeluruh mengenai pola makan untuk penderita anemia.
Pelaksanaan 1. Asupan makanan mengandung zat besi

Pastikan asupan zat besi terpenuhi lewat makanan.


Konsumsi makanan mengandung zat besi dapat membantu
mencegah anemia. Makanan ini misalnya daging dan
kerang. Orang dapat memilih daging merah seperti hati sapi
serta keluarga kerang-kerangan seperti kerang hijau atau
udang. Selain daging dan kerang, sumber zat besi lain dapat
diperoleh dari kacang-kacangan, sayuran hijau seperti
bayam dan kale.

2. Tingkatkan asupan vitamin C dan folat

Asupan makanan yang mengandung zat besi perlu didukung


dengan asupan vitamin C dan folat. Keduanya membantu
tubuh memaksimalkan penyerapan zat besi. Vitamin C bisa
didapat dari konsumsi paprika, kale, brokoli, jeruk, stroberi,
nanas dan bayam. Sedangkan folat bisa diperoleh lewat
bahan pangan yang sama termasuk jeruk dan sayuran hijau.
Folat bisa pula ditemui pada pisang, roti dan sereal yang
difortifikasi.
3. Konsumsi makanan mengandung vitamin B12

Langkah pencegahan anemia dapat dilakukan lewat


konsumsi makanan yang mengandung vitamin B12. Tak
hanya mencegah anemia, vitamin B12 berfungsi untuk
memaksimalkan penyerapan zat besi seperti halnya vitamin
C dan folat.

Orang dapat mengonsumsi beberapa sumber pangan yang


mengandung vitamin B12 antara lain, ikan seperti salmon
dan tuna, kerang-kerangan, telur, produk susu seperti keju
dan yogurt, sereal fortifikasi dan produk kedelai misalnya
susu kedelai, edamame dan tahu.

4. Kombinasi makanan dengan baik

Saran asupan makanan yang diberikan tidak semata-mata


dipilih salah satu kemudian dikonsumsi secara berlebihan.
Justru makanan dapat dikombinasikan demi memperoleh
manfaat maksimal. Contoh kombinasi makanan yang dapat
diaplikasikan seperti, spageti dengan daging plus saus
tomat, daging dengan kentang, ayam didampingi brokoli,
lada dan tomat, buah segar plus kismis.

5. Memasak dengan alat berbahan besi

Tak ada salahnya memasak dengan alat masak berbahan


besi. Asam pada makanan yang dimasak dapat mengikis zat
besi pada alat masak. Salah satu bahan makanan yang
asam, saus tomat, jika dimasak pada wajan atau panci besi
dapat membuat kandungan zat besinya meningkat. Bahan
makanan asam yang lain misalnya, cuka, anggur merah,
perasan lemon atau jeruk nipis juga dapat meningkatkan
kandungan zat besi pada makanan olahan jika dimasak
dalam alat berbahan besi.

6. Buat roti dengan gandum yang kaya zat besi

Roti umumnya tak banyak mengandung zat besi. Hal ini


akibat penggunaan gandum yang rendah zat besi. Gandum
yang tinggi zat besi seperti amaranth yakni sekitar 8 miligram
per setengah cangkir dan quinoa sebanyak 9 miligram per
setengah cangkir. Sedangkan gandum yang rendah zat besi
yakni barley, sekitar empat miligram zat besi per setengah
cangkir. Sebaiknya membuat roti atau memilih konsumsi roti
dengan campuran gandum yang tinggi zat besi.
Monitoring & Evaluasi kegiatan dilakukan dengan memantau Hb dan
Evaluasi keluhan pasien pada kunjungan berikutnya.

UKM
Tanggal
Kode F1 – Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
F2 – Kesehatan Lingkungan
F3 – KIA dan KB
F4 – Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
F5 – Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan
Tidak Menular
F6 – Upaya Pengobatan Dasar
F7 – Mini Project
Peserta Perwakilan Dinkes
Kapuskes
Camat/Lurah/Perwakilan
Dokter Pendamping
Peserta PIDI
Masyarakat
Lain-lain
Judul
Latar Belakang
Permasalahan
Perencanaan &
Pemilihan
Intervensi
Pelaksanaan
Monitoring &
Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai