Anda di halaman 1dari 8

Dedikasi Kesehatan : Jurnal Pengabdian Masyarakat

Pencegahan dan Penanganan Stunting dan Obesitas pada Masyarakat di Kota Jambi

Faradina Aghadiati1, Rizka Fikrinnisa2


Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Adiwangsa Jambi
Email : faradinaaghadiati@gmail.com

ABSTRAK

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang muncul sebagai akibat dari keadaan kurang gizi
yang berlangsung cukup lama. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kejadian stunting
secara langsung dipengaruhi oleh penyakit infeksi dan kurangnya asupan gizi secara kualitas
maupun kuantitas. Sedangkan obesitas adalah kondisi ketika lemak yang menumpuk di dalam
tubuh yang sangat banyak akibat kalori lebih banyak dalam tubuh dibandingkan yang dibakar.
Penyuluhan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai gizi
terutama mengenai masalah stunting dan obesitas. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 31
orang, Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 26 dan 28 Januari 2020. Kegiatan dilaksanakan
di kantor gubenur Jambi. Diharapkan penyuluhan ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman masyarakat mengenai gizi terutama masalah stunting dan obesitas dan Masyarakat
lebih peduli akan pentingnya menjaga kesehatan.

Kata kunci : Pencegahan, Stunting, Obesitas

PENDAHULUAN
Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Keadaan gizi
kurang dapat dilihat sebagai suatu proses kurang asupan makanan ketika kebutuhan normal
terhadap satu atau beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi itu hilang dengan jumlah
yang lebih besar dari pada yang diperoleh. Stunting merupakan keadaan tubuh yang pendek
dan sangat pendek hingga melampaui deficit -2 SD dibawah median panjang atau tinggi.
Stunting merupakan salah satu indikator gizi klinis yang dapat memberikan gambaran
gangguan keadaan sosial ekonomi secara keseluruhan di masa lampau dan sebagai manifestasi
akibat lebih lanjut dari tingginya angka berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa
balita serta tidak adanya pencapaian perbaikan pertumbuhan (catch-up growth) yang sempurna
pada masa berikutnya. Stunting juga berarti retardasi pertumbuhan linier dengan defisit pada
panjang badan sebesar <-2 z score atau lebih pada indicator panjang badan menurut umur lebih
menurut baku rujukan pertumbuhan. Proses menjadi pendek atau stunting pada anak di suatu
wilayah atau daerah miskin dimulai sejak usia 6 bulan, sementara menurut Soekirman, bahwa
19
Pencegahan dan Penanganan Stunting dan Obesitas Pada Masyarakat di Kota Jambi

Faradina Aghadiati1, Rizka Fikrinnisa2


Dedikasi Kesehatan : Jurnal Pengabdian Masyarakat

usia 0–24 bulan merupakan kesempatan emas untuk memperbaiki kualitas hidup anak sehingga
sangat efektif dan efisien dilakukan intervensi untuk memperbaiki kualitas hidup generasi yang
akan datang sedini mungkin.
Berdasarkan teori Barker, gangguan pertumbuhan juga mencerminkan berkurangnya
jumlah dan kualitas sel serta jaringan organ internal anak, diantaranya berupa gangguan sistem
endokrin. Gangguan sintem endokrin tersebut mempengaruhi proses oksidasi lemak sehingga
berakibat pada penumpukan jaringan adiposa4 . Hasil penelitian di Amerika Selatan terhadap
anak kurang gizi juga menunjukkan bukti bahwa terdapat simpanan lemak yang lebih besar
dibandingkan simpanan protein ketika anak-anak tersebut mengalami perbaikan gizi.
Penelitian di Rusia pada anak usia 3-9 tahun menunjukkan bahwa terdapat 45,1% anak stunting
disertai overweight dengan risk rasio sebesar 1,7- 7,8 kali6 . Teori Barker juga menyebutkan
bahwa overweight pada anak menimbulkan risiko penyakit metabolik pada saat ini dan masa
dewasa. Aspek kuantitas maupun komposisi asupan juga berperan dalam meningkatkan risiko
kejadian overweight. Peningkatan berat badan pada anak-anak dipengaruhi oleh asupan tinggi
energi dan lemak. Peningkatan pendapatan, urbanisasi, iklan dan outlet makanan siap saji
berdampak pada peningkatan konsumsi daging, produk susu, dan makanan tinggi gula serta
junk foods. Kelebihan asupan juga akan disimpan oleh tubuh berupa simpanan lemak sebesar
60-80%. Hasil penelitian di Inggris menunjukkan bahwa anak sekolah mengonsumsi lebih dari
90% energi dan 75% lemak dari rekomendasi asupan harian (Recomended Daily
Allowance/RDA) keadaan KEK akan menghasilkan bayi dengan berat badan lahir rendah
(BBLR). Faktor genetik juga berpengaruh pada kejadian overweight. Penelitian di Inggris
menunjukkan apabila kedua orang tua overweight, maka anak pun berpotensi 10 kali
mengalami overweight. Ayah dengan IMT > 30 memberikan risiko 2,54 kali kepada anak untuk
menjadi overweight, sedangkan ibu dengan IMT > 30 meningkatkan risiko sebesar 4,25 kali.
Ayah overweight juga cenderung memberikan contoh perilaku mengonsumsi makanan yang
kurang sehat dan gaya hidup sedentari. Keluarga dengan orang tua overweight juga cenderung
mengonsumsi makanan dengan persentase lemak yang lebih tinggi.
METODE PELAKSANAAN
Metode yang digunakan dalam pendidikan kesehatan ini meliputi senam sehat, konseling,
pelayanan kesehatan/penilaian status gizi, pemberian makanan tambahan. Kegiatan Gizi ini
20
Pencegahan dan Penanganan Stunting dan Obesitas Pada Masyarakat di Kota Jambi

Faradina Aghadiati1, Rizka Fikrinnisa2


Dedikasi Kesehatan : Jurnal Pengabdian Masyarakat

merupakan serangkaian kegiatan yang dikemas secara menarik dalam rangka memperingati
Hari Gizi Nasional sekaligus meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat akan
pentingnya gizi dan kesehatan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 26 dan 28 Januari 2020.
Kegiatan ini di laksanakan di Kantor Gubenur Jambi dengan jumlah peserta sebanyak 31 orang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Setelah dilakukan penyuluhan Pencegahan dan Penanganan Stunting dan Obesitas Pada
Masyarakat,pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai gizi terutama masalah
stunting dan obesitas lebih meningkat. Masyarakat antusias dalam kegiatan penyuluhan,aktif
dalam sesi tanya jawab dan harapan nya lebih peduli akan pentingnya menjaga kesehatan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa gizi adalah zat makanan yang
diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan. Gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahakan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta
menghasilkan energi. Kata gizi merupakan kata yang relatif baru dikenal sekitar tahun 1857.
Kata gizi berasal dari Bahasa Arab ghidza yang berarti makanan. Dalam Bahasa Inggris, food
menyatakan makanan, pangan, bahan makanan.
Gizi seimbang adalah susunan pangan sehari-hari yang mengandung zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup bersih dan mempertahankan berat
badan normal untuk mencegah masalah gizi . Keinginan untuk makan dan kebutuhan pangan
menjadi sebuah naluri bagi makhluk hidup yang mendorongnya untuk melakukan berbagai
cara dan berusaha mendapatkannya dari alam. Dalam pengertian sederhana seperti ini, ukuran
tercukupinya kebutuhan pangan dinyatakan dengan kondisi tidak lapar. Setiap makhluk hidup
di dunia ini, termasuk manusia memerlukan makanan. Karena setiap hari manusia memerlukan
energi. Energi yang dibutuhkan manusia terkandung di dalam makanan. Oleh karena itu,
manusia harus mengetahui tentang gizi.
Makanan adalah segala bentuk makanan yang terbuat dari bahanbahan makanan dan
dimasukkan ke dalam tubuh melalui mulut kemudian melalui proses pencernaan. Makanan
mutlak dibutuhkan bagi tumbuh kembang anak baik secara fisik maupun psikis. Makanan yang
21
Pencegahan dan Penanganan Stunting dan Obesitas Pada Masyarakat di Kota Jambi

Faradina Aghadiati1, Rizka Fikrinnisa2


Dedikasi Kesehatan : Jurnal Pengabdian Masyarakat

masuk ke dalam tubuh juga diolah menjadi energi yang bermanfaat bagi aktivitas anak sehari-
hari. Memilih asupan makanan bagi anak bukan hanya dilihat dari faktor menyenangkan saja,
tetapi juga perlu memilih makanan yang menyehatkan. Berikut beberapa hal yang perlu
dicermati oleh orang tua dalam memilih makanan yang sehat bagi anak.
a. Pilih makanan yang seimbang bagi kebutuhan anak, seimbang nutrisi dan nilai gizinya.
Makanan yang tidak seimbang kurang menyehatkan bagi anak-anak. Semestinya anak
mendapatkan makanan lengkap yang seimbang mulai dari karbohidrat yang didapatkan
dari beras dan tepung, protein dari lauk seperti daging dan ikan, sayuran yang banyak
mengandung serat, dan buah-buahan yang kaya vitamin.
b. Sajikan makanan dalam bentuk yang sesuai dengan kematangan usia si anak.
c. Siapkan makanan sesuai piramida makanan yang baik dan menyehatkan bagi anak.
Makanan yang berada di piramid paling bawah merupakan makanan yang semestinya
dikonsumsi dalam jumlah terbesar, demikian sampai ke atas merupakan makanan yang
dikonsumsi dalam jumlah paling sedikit.
d. Masaklah makanan dan pilih makanan di luar yang tidak mengandung perasa, pewarna,
dan pengawet buatan dan berbahaya bagi tubuh.
Prinsip Gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) Pilar yang pada dasarkan merupakan rangkaian
upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan
memonitor berat badan secara teratur. Empat pilar tersebut adalah:
a) Mengonsumsi makanan beragam Dalam prinsip ini selain keanekaragaman jenis
pangan juga termasuk proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup,
tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur. Anjuran pola makan dalam beberapa
dekade terakhir telah memperhitungkan proporsi setiap kelompok pangan sesuai
dengan kebutuhan yang seharusnya. Contohnya, saat ini dianjurkan mengonsumsi lebih
banyak sayuran dan buah-buahan dibandingkan dengan anjuran sebelumnya. Demikian
juga dengan jumlah makanan yang mengandung gula, garam dan lemak yang dapat
meningkatkan risiko PTM, dianjurkan untuk dikurangi. Akhir-akhir ini minum air
dalam jumlah yang cukup telah dimasukkan dalam komponen gizi seimbang oleh
karena pentingnya air dalam proses metabolisme dan dalam pencegahan dehidrasi.

22
Pencegahan dan Penanganan Stunting dan Obesitas Pada Masyarakat di Kota Jambi

Faradina Aghadiati1, Rizka Fikrinnisa2


Dedikasi Kesehatan : Jurnal Pengabdian Masyarakat

b) Membiasakan perilaku hidup bersih Penyakit infeksi merupakan salah satu faktor
penting yang mempengaruhi status gizi seseorang secara langsung, terutama anak-
anak. Seseorang yang mengalami penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu
makan sehingga jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang. Dengan
membiasakan perilaku hidup bersih akan menghindarkan seseorang dari keterpaparan
terhadap sumber infeksi. Contoh: 1) selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
mengalir sebelum makan, sebelum memberikan ASI, sebelum menyiapkan makanan
dan minuman, setelah buang air besar dan kecil, akan menghindarkan
terkontaminasinya tangan dan makanan dari kuman penyakit antara lain kuman
penyakit typus dan disentri; 2) menutup makanan yang disajikan akan menghindarkan
makanan dihinggapi lalat dan binatang lainnya serta debu yang membawa berbagai
kuman penyakit; 3) selalu menutup mulut dan hidung bila bersin, agar tidak
menyebarkan kuman penyakit; dan 4) selalu menggunakan alas kaki agar terhindar dari
penyakit kecacingan.
c) Melakukan aktivitas fisik Aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh
termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara
pengeluaran dan pemasukan zat gizi sumber utama energi dalam tubuh. Aktivitas fisik
memerlukan energi. Selain itu, aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolisme
zat gizi. Oleh karenanya, akivitas fisik berperan dalam menyeimbangkan zat gizi yang
keluar dan yang masuk ke dalam tubuh.
d) Mempertahankan dan memantau Berat Badan (BB) normal Bagi orang dewasa salah
satu indikator yang menunjukkan bahwa telah terjadi keseimbangan zat gizi di dalam
tubuh adalah tercapainya Berat Badan yang normal, yaitu berat badan yang sesuai untuk
Tinggi Badannya. Indikatir tersebut dikenal dengan Indeks Masa Tubuh (IMT). Oleh
karena itu, pemantauan BB normal merupakan hal yang harus menjadi bagian dari
„Pola Hidup‟ dengan „Gizi Seimbang‟, sehingga dapat mencegah penyimpangan BB
dari BB normal, dan apabila terjadi penyimpangan dapat segera dilakukan langkah-
langkah pencegahan dan penangannya (Kemenkes RI, 2014: 11).
1. Stunting

23
Pencegahan dan Penanganan Stunting dan Obesitas Pada Masyarakat di Kota Jambi

Faradina Aghadiati1, Rizka Fikrinnisa2


Dedikasi Kesehatan : Jurnal Pengabdian Masyarakat

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah lima tahun)
akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan
gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada masa awal setelah bayi lahir.13 14 Stunting
digunakan sebagai indikator malnutrisi kronik yang menggambarkan riwayat kurang gizi anak
dalam jangka waktu lama sehingga stunting menunjukkan bagaimana keadaan gizi
sebelumnya. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted) adalah balita dengan
panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan
standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi
stunting menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai z-
scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari – 3SD (severely stunted).
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi
dalam masyarakat. Selain itu, stunting dapat berpengaruh pada anak balita pada jangka panjang
yaitu mengganggu kesehatan, pendidikan serta produktifitasnya di kemudian hari. Anak balita
stunting cenderung akan sulit mencapai potensi pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
baik secara fisik maupun psikomotorik.
2. Obesitas
Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal yang dapat
menggangu kesehatan. Penyebab utama terjadinya obesitas yaitu ketidakseimbangan antara
asupan energi dengan pengeluaran energi. Obesitas adalah kondisi yang ditandai gangguan
keseimbangan energi tubuh yaitu terjadi keseimbangan energi positif yang akhirnya disimpan
dalam bentuk lemak di jaringan tubuh. Sehingga obesitas adalah terjadinya penumpukan lemak
dalam tubuh yang abnormal dalam kurun waktu yang lama dan dikatakan obesitas bila nilai Z-
scorenya >2SD berdasarkan IMT/U umur 5-18 tahun. Zat gizi makro dan mikro menghasilkan
energi yang diperlukan oleh tubuh. Asupan zat gizi makro yaitu karbohidrat, protein dan lemak
bila di konsumsi berlebihan dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Asupan lemak lebih
banyak menghasilkan energi dibandingkan dengan karbohidrat atau protein. Setelah makan,
lemak dikirim kejaringan adiposa untuk disimpan sampai dibutuhkan kembali sebagai energi.
Oleh karena itu asupan lemak berlebih akan lebih mudah menambah berat badan. Kelebihan
asupan protein juga dapat diubah menjadi lemak tubuh. Asupan protein yang melebihi kebutuhan
tubuh, maka asam amino akan melepas ikatan nitrogennya dan diubah melalui serangkaian
24
Pencegahan dan Penanganan Stunting dan Obesitas Pada Masyarakat di Kota Jambi

Faradina Aghadiati1, Rizka Fikrinnisa2


Dedikasi Kesehatan : Jurnal Pengabdian Masyarakat

reaksi menjadi trigiserida. Kelebihan karbohidrat akan disimpan dalam bentuk glikogen dan
lemak. Glikogen akan disimpan didalam hati dan otot. Kemudian lemak akan di simpan disekitar
perut dan dibawah kulit.

Gambar 1. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Masyarakat


KESIMPULAN
Keseluruhan rangkaian program tercapai Pengabdian masyarakat ini meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman masyarakat mengenai gizi terutama masalah stunting dan obesitas.
Kegiatan pengabdian ini merupakan wujud dari tridarma perguruan tinggi dimana bentuk dari
pengetahuan yang dimiliki adalah dengan menyebarkan pengetahuan tersebut melalui penyuluhan
kesehatan.
SARAN
Diharapkan tenaga Kesehatan dapat memberikan penyuluhan ataupun konseling gizi
mengenai pentingnya jenis, jumlah, dan frekuensi makanan dikonsumsi oleh balita sehingga

25
Pencegahan dan Penanganan Stunting dan Obesitas Pada Masyarakat di Kota Jambi

Faradina Aghadiati1, Rizka Fikrinnisa2


Dedikasi Kesehatan : Jurnal Pengabdian Masyarakat

proses tumbuh – kembang balita dapat dicapai dengan optimal serta berkurang terjadinya kondisi
masalah gizi yaitu stunting dan obesitas.

REFRENSI
Adiyanti. 2014. Pola Asuh Gizi, Sanitasi Lingkungan dan Pemanfaatan Posyandu dengan
Kejadian Stunting pada Baduta di Indonesia, Analisis Data Riskesdas Tahun 2010.
Adriana D. 2011. Tumbuh Kembang dan Terapi Bermain pada Anak, Jakarta: Salemba
Medika.
Almatsier, Sunita., Soetardjo, Susirah., Soekatri, Moesijanti. (2011). Gizi Seimbang dalam
Daur Kehidupan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2011. Modul Pelatihan
Pertumbuhan Anak, Jakarta, Kementerian Kesehatan RI.
Budiyanti. 2013.. Hubungan Indeks Massa Tubuh Ayah dan Ibu dengan Kejadian Obesitas
pada Anak Usia Sekolah di SD Islam Al-Azhar 14 kota Semarang. Volume 1, No1, hlm
49-55.
Bustan, N. M. 2015. Manajemen Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Rineka Cipta

26
Pencegahan dan Penanganan Stunting dan Obesitas Pada Masyarakat di Kota Jambi

Faradina Aghadiati1, Rizka Fikrinnisa2

Anda mungkin juga menyukai