Dalam penanganan obesitas secara umum dibutuhkan tenaga dokter lintas disiplin.
Misalnya dokter spesialis anak, dokter spesialis gizi, psikolog anak, dan dokter spesialis
olahraga. Orang tua juga turut berperan dengan membantu memberikan dorongan, motivasi dan
fasilitas agar anak mau dan mampu menjalani perubahan pola hidup ini demi kesehatannya ke
depan.
Tujuan pelayanan kesehatan bagi anak yang mengidap obesitas adalah mengurangi laju
pertambahan berat badan dan membantu mereka tumbuh secara alami. Karena itu, anak-anak tak
bisa dipaksa mengikuti program penurunan berat badan tertentu tanpa konsultasi dengan
penyedia layanan kesehatan.
Akan jauh lebih baik apabila kita mencegah terjadinya obesitas pada anak daripada mengobati
karena saat anak didiagnosis mengalami obesitas, dibutuhkan upaya ekstra untuk
penanganannya. Karena itu, peran orang tua sangat diperlukan untuk mengupayakan pencegahan
dan deteksi dini agar buah hati terbebas dari berbagai masalah kesehatan akibat berat badan
berlebih.
Sumber : dr. Andry Kelvianto M.Gizi, SpGK, AIFO-K, Dokter Spesialis Gizi, Primaya Hospital
Bekasi Timur, 2023. Obesitas pada Anak: Tanda, Penanganan, dan Pencegahan.
https://primayahospital.com/gizi/obesitas-pada-anak/ Diakses 5 Febuari 2023.
I. Data-data Obesitas
Indonesia saat ini masih dihadapkan dengan berbagai permasalahan gizi terutama gizi
kurang atau stunting dan gizi lebih atau obesitas. Ada beberapa upaya yang harus dilakukan oleh
seorang ibu baik sebelum maupun setelah bayi lahir dalam mencegah stunting dan obesitas.
Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Dr. Dhian Probhoyekti, SKM, MA
mengatakan permasalahan gizi tidak hanya terjadi di Indonesia tapi di dunia. Bahkan
permasalahan ini menjadi fokus secara global.
Berdasarkan Riskesdas 2018 prevalensi obesitas pada Balita sebanyak 3,8% dan obesitas
usia 18 tahun ke atas sebesar 21,8%. Target angka obesitas di 2024 tetap sama 21,8%, upaya
diarahkan untuk mempertahankan obesitas tidak naik. Ini adalah upaya yang sangat besar dan
cukup sulit. Dampak masalah gizi obesitas berdampak jangka panjang karena masalah gizi ini
menjadi indikator pembangunan kesehatan bangsa yang berpengaruh terhadap kualitas generasi
penerus. Dalam jangka panjang dapat menimbulkan dampak pada gangguan metabolik yang
meningkatkan risiko individu obesitas, diabetes, stroke, dan jantung.
Perbaikan gizi lebih diarahkan pada gizi seimbang sebagai solusi mencegah angka obesitas naik.
Gizi seimbang bermakna luas berlaku pada semua kelompok umur. Penerapan gizi seimbang
dilakukan dengan mengkonsumsi aneka ragam makanan, membiasakan perilaku hidup bersih
dan sehat, mempertahankan berat badan normal, dan melakukan aktivitas fisik di semua
kelompok umur.
Kementerian Kesehatan melakukan intervensi spesifik untuk melaksanakan Penerapan
gizi seimbang. Dalam intervensi spesifik ada 6 intervensi yang kita lakukan yaitu pertama
promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA), kedua promosi dan konseling
menyusui, ketiga pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak, keempat pemberian
suplemen tablet tambah darah (TTD) bagi ibu hamil dan remaja serta pemberian vitamin A,
kelima penanganan masalah gizi dan pemberian makanan tambahan, keenam tatalaksana gizi
buruk. Intervensi spesifik diikuti dengan strategi peningkatan kapasitas SDM, peningkatan
kualitas program, penguatan edukasi gizi dan penguatan manajemen intervensi gizi di Puskesmas
dan Posyandu. Selain upaya pemerintah, peran keluarga terutama ibu berperan penting dalam
mencegah anak stunting dan obesitas.
Guru Besar Ilmu Gizi FEMA IPB Prof Dr. Hardiansyah mengatakan untuk bisa
mencegah secara dini baik itu stunting maupun obesitas perlu memahami bahwa kedua masalah
tersebut harus segera dicegah. Dalam hal ini ibu memiliki peran penting dalam menentukan
makanan pada saat hamil dan pemberian gizi serta pola asuh pada anak setelah lahir. Untuk
obesitas, pahami penyebab obesitas atau kegemukan. Obesitas bukan hanya disebabkan karena
kurang aktivitas fisik dan makanan, tapi banyak penyebabnya. Pada orang dewasa atau remaja
obesitas bisa bisa karena stres yang menimbulkan inflamasi, inflamasi menimbulkan
penumpukan lemak. Selain itu kurang tidur atau kelebihan tidur yang meningkatkan hormon
ghrelin jadi pembawaannya lapar. Oleh karena itu, mulailah dengan mengelola faktor penyebab
utama seperti stres, terus jangan sampai stres, harus perbanyak aktivitas fisik dan mengatur
waktu tidur, pantau berat badan dan lingkar pinggang.
Sumber : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2022. Upaya Ibu Cegah Anak Stunting dan
Obesitas. https://www.kemkes.go.id/article/view/22011800003/upaya-ibu-cegah-anak-stunting-
dan-obesitas.html Diakses 5 Febuari 2022.