Anda di halaman 1dari 18

Autisme

Autisme diklasifikasikan sebagai ketidaknormalan perkembangan neuro yang menyebabkan interaksi sosial yang tidak normal, kemampuan komunikasi, pola kesukaan, dan pola sikap. Autisme bisa terdeteksi pada anak berumur paling sedikit 1 tahun. Autisme empat kali lebih banyak menyerang anak laki-laki dari pada anak perempuan. Penyebab Autisme Penyebab Autisme sampai sekarang belum dapat ditemukan dengan pasti. Banyak sekali pendapat yang bertentangan antara ahli yang satu dengan yang lainnya mengenai hal ini. Ada pendapat yang mengatakan bahwa terlalu banyak vaksin Hepatitis B yang termasuk dalam MMR (Mumps, Measles dan Rubella )bisa berakibat anak mengidap penyakit autisme. Hal ini dikarenakan vaksin ini mengandung zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder. Tapi hal ini masih diperdebatkan oleh para ahli. Hal ini berdebatkan karena tidak adanya bukti yang kuat bahwa imunisasi ini penyebab dari autisme, tetapi imunisasi ini diperkirakan ada hubungannya dengan Autisme. Tanda - tanda Autisme

Tidak bisa menguasai atau sangat lamban dalam penguasaan bahasa sehari-hari, Hanya bisa mengulang-ulang beberapa kata, Mata yang tidak jernih atau tidak bersinar, Tidak suka atau tidak bisa atau atau tidak mau melihat mata orang lain, Hanya suka akan mainannya sendiri (kebanyakan hanya satu mainan itu saja yang dia mainkan), Serasa dia punya dunianya sendiri, Tidak suka berbicara dengan orang lain, Tidak suka atau tidak bisa menggoda orang lain.

Autisme pada Anak, Mengapa Bisa Terjadi? KASUS penyakit autis saat ini semakin banyak terjadi di dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini penyakit autis sudah dapat dideteksi sejak usia dini. Meski demikian, pengetahuan awam mengenai autis dan bagaimana menanganinya

masih belum diketahui luas. Autisme adalah suatu gangguan yang ditandai oleh melemahnya kemampuan bersosialisasi, bertingkah laku, dan berbicara. Autisme sering disebut dengan Autistic Spectrum Disorder (ASD). Untuk mengetahui apakah anak mengidap autis, maka penting untuk mengetahui mulai dari gejala, tindakan kuratif (penyembuhan) hingga tindakan preventif (pencegahan), serta makanan apa yang baik dan tidak baik dikonsumsi oleh penderita autisme. Sejalan dengan bulan "Autis Awareness", Sun Hope menggelar seminar kesehatan dengan mengambil tema "Autiskah Anakku?". Dalam seminar yang diselenggarakan di Kantor Pusat Sun Hope Indonesia ini, menghadirkan pembicara dr Irawan Mangunatmadja, Sp.A(K). Dalam seminar yang baru diadakan belum lama ini, dr Irawan memberikan pemahaman kepada para peserta seminar lebih jauh mengenai penyakit autis. "Penyakit autis memiliki gejala-gejala yang kemudian dapat membantu diagnosis dokter yang dapat dilihat dari perilaku para penderitanya," paparnya. Menurut dr Irawan, anak autis memiliki gangguan komunikasi yang lemah. Artinya, tidak bisa berbicara atau memiliki keterlambatan bicara pada usia seharusnya. Kadang kesalahan yang terjadi diakibatkan kurang tahunya orangtua akan penyakit ini. Sehingga menganggap biasa anak yang telat bicara. "Bila anak Anda mengalamai ciri tersebut, maka sebaiknya cepat konsultasikan pada dokter," sarannya. Ciri lain yang dapat dilihat ialah anak memiliki gangguan interaksi sosial. Dengan kondisi demikian, anak sulit untuk diajak berkomunikasi. Tak hanya itu saja, lanjutnya, anak autis juga memiliki gangguan perilaku. "Ciri khas lainnya dari gejala autis ialah anak sering melakukan kegiatan yang berulang. Seperti mukulmukul sendiri atau suka memutar diri sendiri yang dilakukan berulang kali," terangnya. Mengenai cara penanganan penyandang autis, ahli gizi Sun Hope Indonesia, Fatimah Syarief, AMG, StiP menuturkan untuk memberikan nutrisi tepat. "Pada beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalami autisme ternyata juga alergi terhadap makanan tertentu. Penderita autis umumnya mengalami masalah pencernaan, terutama makanan yang mengandung casein (protein susu) dan gluten (protein tepung)," jelas Fatimah. Karena kedua jenis protein tersebut sulit dicerna, maka akan menimbulkan gangguan fungsi otak apabila mengonsumsi kedua jenis protein ini. Sehingga perilaku penderita autis akan menjadi lebih hiperaktif. Menurutnya, suplemen yang baik diperlukan penderita autis yang biasanya mengalami lactose intolerance (ketidakmampuan pencernaan untuk mencerna laktosa). Salah satu suplemen yang baik diberikan bagi penderita autis adalah sinbiotik.

"Sinbiotik yaitu gabungan probiotik dan prebiotik. Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang dimakan untuk memperbaiki secara menguntungkan keseimbangan mikroflora usus," kata dia. Anak autis, sambungnya, memerlukan vitamin C sebagai antioksidan. Adapun sumber terbaik yang dapat diberikan pada anak dengan kasus ini dapat berasal dari sayuran dan buah-buahan. Meski demikian, sebaiknya pilih sayuran dan buah-buahan yang tidak mengandung pengawet. Ditambahkan Fatimah, beberapa spesies yang biasa digunakan antara lain mengandung Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium longum, dan Streptococcus lactis. Sementara itu, prebiotik adalah substansi makanan yang dapat meningkatkan beberapa bakteri usus yang menguntungkan bagi kesehatan. Mengapa anak-anak autisme terasa jauh dan tidak responsif? Mengapa mereka terlihat berada di dalam dunianya sendiri? Suatu teori adalah adanya variasi selama perkembangan otak dalam anak-anak autistik terutama pada masalah integrasi sensorik. Otak tidak dapat mengartikan sejumlah sensasi penglihatan, suara, sentuhan, bau dan rasa. Otak menjadi kacau dan bingung. Otak mencoba melindungi dirinya sendiri dengan menghambat dan mengabaikan masukan sensorik yang datang. Hal ini menyebabkan anak seolah-olah berada jauh dan bertingkah laku tidak responsive. Untuk menghambat lebih jauh terhadap serangan sensasi yang kacau, otak memfokuskan pada satu sensasi atau aktifitas. Hal ini mungkin berupa menggoyangkan tubuhnya dengan keras, bermain dengan mainan yang sama, atau melihat video yang sama berulang-ulang. Aktivitas ini kelihatan aneh, tidak pantas dan bersifat unik untuk masing-masing anak. Aktivitas ini diulang terus menerus, sehingga membuat tingkah lakunya menjadi aneh. Aktivitas yang berulang-ulang lebih sering terjadi dan lebih jelas terjadi ketika mengalami pengalaman baru. Suara yang keras, orang asing yang belum dikenal atau tempat-tempat yang ramai kadang-kadang dapat mencetuskan hal ini. Aktivitas yang berulang-ulang adalah mekanisme pertahanan dan perlindungan pada anak autistik.

KENALI GEJALA ANAK HIPERAKTIF/ADHD SEBELUM ANAK MASUK SEKOLAH Jakarta, Gangguan hiperaktif pada anak atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) umumnya baru diketahui ketika anak sudah bersekolah. Tapi ada ciri-ciri ADHD yang muncul sebelum ia masuk sekolah. ADHD merupakan gangguan perilaku yang paling sering didiagnosis pada anakanak dan juga remaja, diperkirakan mempengaruhi sekitar 3-7 dari setiap 100 anak usia sekolah. Sekitar 66 persen anak dengan ADHD masih terus menunjukkan gejalanya saat ia menjadi remaja. Umumnya seseorang yang memiliki ADHD memiliki 3 gangguan serupa meskipun kadang disertai dengan gejala yang berbeda, yaitu tidak perhatian (inattentiveness), hiperaktif (hyperactivity) dan impulsif (impulsiveness). Membaca sinyal untuk ADHD kadang bisa menjadi sulit karena sebagian besar terlihat seperti anak sehat lainnya. Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa diamati sebagai kemungkinan anak memiliki ADHD, seperti dikutip dari ParentDish, Selasa (23/8/2011) yaitu: 1. Tanda-tanda perilaku hiperaktif dan impulsif Anak akan terlihat gelisah atau menggeliat terus menerus tanpa melihat lingkungan sekitarnya, ini umumnya dianggap sebagai gejala klasik dari ADHD. Tanda lain yang perlu diperhatikan sebagai gejala ADHD adalah anak tidak bisa duduk dengan tenang untuk beberapa saat atau cenderung bicara secara berlebihan. 2. Tanda anak kurang perhatian Tanda yang paling jelas terlihat adalah anak sering mengalami kegagalan dalam memperhatikan sesuatu yang detail atau melakukan kesalahan yang sama setiap melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Serta sering memiliki tatapan kosong seperti tidak mendengarkan apa yang orang lain bicarakan dengannya dan mudah lupa. Jika ada tanda-tanda seperti itu sebaiknya konsultasikan dengan ahlinya untuk mengevaluasi, karena ADHD yang tidak terdiagnosis dan diobati akan membuat si anak tumbuh menjadi remaja yang mudah terganggu, lalai, kurang komunikatif serta mempengaruhi kehidupan sosialnya. Serta bertindak lebih impulsif terhadap situasi yang ada tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Kondisi ini akan membuatnya memiliki perilaku yang berisiko dan sulit mengontrol diri.

KESULITAN MENULIS PADA ANAK ADHD Jakarta, Anak-anak dengan ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) atau hiperaktif cenderung bermasalah dengan tulisan seperti kesulitan mengeja dan memiliki tata bahasa yang buruk dibandingkan teman-temannya. Kesulitan ini dijumpai pada anak laki dan anak perempuan dengan ADHD. "Gangguan menulis sering diabaikan. Padahal menulis adalah keterampilan penting yang diperlukan untuk keberhasilan akademis, sosial dan kesejahteraan perilaku. Jika masalah ini tidak dideteksi sejak dini pada anak-anak dengan ADHD, mereka dapat menderita ketika menjadi dewasa," ujar peneliti Dr. Slavica Katusic dari Mayo Clinic di Rochester, Minnesota seperti dilansir Reuters, Rabu (24/8/2011). Masalah menulis jauh lebih umum pada anak laki-laki dan perempuan dengan ADHD. Hampir dua pertiga anak laki-laki dengan ADHD bermasalah dengan tulis menulis, dibandingkan dengan satu dari enam anak laki-laki tanpa ADHD. Pada anak perempuan, 57 persen anak dengan ADHD bermasalah dengan tulismenulis. Sangat mencolok jika dibandingkan dengan kurang dari 10 persen pada anak perempuan tanpa ADHD. Anak perempuan dengan ADHD hampir sepuluh kali lebih mungkin memiliki kombinasi gangguan menulis dan membaca dibandingkan dengan anak perempuan tanpa ADHD. Masalah memori dan perencanaan pada anak-anak dengan ADHD dapat mempengaruhi proses penulisan, mungkin karena ADHD berkaitan dengan gangguan belajar di masa lalu. Annette Majnemer telah mempelajari tulisan tangan pada anak-anak dengan ADHD di McGill University di Montreal, Kanada. Ia mengatakan bahwa banyak anak-anak dengan gangguan ADHD tampaknya mengalami kesulitan dengan komponen menulis. "Mungkin disebabkan fakta bahwa mereka mudah lalai, terganggu perhatiannya dan hiperaktif. Dalam hal ini, keterampilan motorik dan masalah koordinasi lah yang dapat disalahkan," kata Majnemer. Sementara Katusic menambahkan bahwa masalah genetik mungkin berada di balik ADHD dan beberapa masalah menulis. Tetapi secara umum, sulit diketahui bagaimana persisnya ADHD berkaitan dengan gangguan menulis dan membaca. "Bila orangtua melihat sesuatu atau mendengar dari guru, maka anak harus mendapat penanganan tidak hanya untuk ADHD-nya, tetapi harus diuji juga apakah

mereka memiliki masalah belajar lainnya. Dokter dan guru harus menekankan bahwa pengujian dilakukan untuk semuanya pada setiap jenis ketidakmampuan belajar. Itu harus dideteksi dini dan pengobatan harus dimulai sejak dini," kata " jelas Katusic. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di AS mencatat hampir 10% anak-anak berusia 4-17 tahun di AS pernah didiagnosis dengan ADHD. Jumlah ini telah mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Penelitian yang dilakukan Katusic melibatkan 6.000 anak-anak yang lahir di Rochester antara tahun 1976 dan 1982 dan masih tinggal di sana sampai berusia 5 tahun. Katusic dan rekan-rekannya melacak catatan sekolah, les dan medis untuk melihat tanda-tanda ADHD serta kemampuan si anak dalam hal menulis, membaca dan tes kecerdasan umum melalui sekolah tinggi. Secara total, 379 anak-anak diketahui memenuhi kriteria ADHD dan lebih sering ditemui pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Dari semua anak-anak dalam penelitian, lebih dari 800 anak mendapat nilai buruk pada tes kemampuan menulis. Sebagian besar anak yang mengalami kesulitan menulis juga mengalami kesulitan membaca.

Sabtu, 10 Maret 2012

Makan Yang Bukan Makanan

Foto: Iman S eperti apa rasanya makan yang bukan makanan? Seorang bocah bernama Herman (6) punya kebiasaan aneh bin ajaib. Sejak berusia 2 tahun, ia makan tanah layaknya seorang bocah menyantap jajanan. Tak cuma itu. Ia pun doyan menyantap batu kecil atau pasir yang dibawanya pulang sehabis bermain. Bahkan anak asal Tangerang ini pernah mencicipi cat tembok yang mengelupas (Koran Tempo , 9/12/06). Luar biasa! Begitu juga penduduk gunung Kidul, Jawa Tengah, yang ternyata memasukkan tanah liat

(geophagia ) dalam menu makanan mereka. Tanah liat dipercaya mengandung mineral yang membawa kebaikan bagi tubuh. Mungkin bukan hanya Herman atau masyarakat gunung Kidul yang punya selera makan luar biasa. Barangkali Anda pernah mendengar ada bocah yang terbiasa makan pecahan semprong (kaca penutup lampu minyak), blao (bahan yang biasa digunakan untuk mencuci pakaian) bahkan obat nyamuk bakar! Sangat aneh bukan? Dalam bahasa ilmiah, perilaku mengonsumsi zat-zat atau makanan yang sebenarnya bukan makanan serta tak lazim dimakan manusia disebut pika. Pada usia bayi, boleh dibilang perilaku pika masih dalam kategori normal. Kenapa? Karena pada masa/fase oral, bayi umumnya senang memasukkan berbagai benda ke dalam mulutnya. Ini menjadi bagian dari eksplorasinya terhadap lingkungan. Di usia batita, kebiasaan eksplorasi serupa bisa dalam bentuk perilaku mengisap jempol dan dot botol susu atau menggigit ujung bantal maupun selimut dan sebagainya. Dalam skala yang lebih luas, perilaku menjelajah dari anak-anak ini tak hanya terhadap mulut, tapi juga mencoba memasukkan benda ke dalam hidung atau bahkan telinga. Nah, kebiasaan tersebut lazimnya akan hilang seiring bertambahnya usia anak. Sekali lagi, perilaku seperti ini merupakan gejala normal dalam mendapatkan "kepuasan" dan eksplorasi dunia luar menggunakan mulut. Dengan kata lain, kalau hanya sesekali saja, mencicipi dan menelan benda-benda yang bukan makanan tak bisa dikategorikan sebagai pika. Akan tetapi pada beberapa anak, perilaku "aneh" tersebut menetap dan menjadi suatu kebiasaan hingga dia beranjak remaja bahkan dewasa. Tentu saja selera makan yang tak wajar ini perlu diwaspadai karena sudah tidak sesuai dengan fase perkembangan anak. FAKTOR PSIKOLOGIS Berdasarkan literatur, angka kejadian pika pada anak-anak tidak diketahui secara pasti karena gangguan ini tidak selalu dilaporkan. Bahkan orangtua kadang tidak menyadari kalau anaknya mengalami gangguan pika. Apa yang menjadi penyebab pika sesungguhnya hingga kini masih belum ada kejelasan. Namun dugaan-dugaan mengarah pada persoalan psikologis, seperti kurangnya perhatian dari orangtua atau proses pengenalan makan yang salah sehingga anak cenderung mengonsumsi yang "aneh-aneh". Sebaliknya, anak yang mendapat asuhan dan perhatian yang baik dari orangtuanya tak ditemukan mengalami gangguan pika. Satu hal lagi, perilaku ini biasanya terjadi pada anak dengan kelainan tingkah laku atau keterbelakangan mental. Tingkat keparahan gangguan lazimnya berbanding lurus dengan tingkat keparahan gangguan retardasi mental yang dialami. APA AKIBATNYA? Gangguan perilaku seperti ini sudah semestinya ditangani serius karena dapat menimbulkan persoalan medis. Bukan hanya berdampak terhadap saluran pencernaan semata, melainkan juga berisiko mengalami infeksi cacing atau parasit, kekurangan zat besi dan gizi lainnya, bahkan keracunan bahan kimia. Contohnya, anak yang doyan makan serpihan cat dinding berisiko tinggi mengalami keracunan timah dan timah hitam (timbel) yang merusak otak. Infeksi cacing atau parasit kemungkinan besar dialami anak yang gemar makan tanah/tanah liat begitu saja. Gejala-gejaja awal yang timbul bisa berupa batuk-batuk, demam, yang akhirnya bisa berkembang jadi fatal.

Gangguan saluran pencernaan dapat terjadi bila yang dikonsumsi adalah bahan yang tak mudah dicerna. Saluran pencernaan bisa terluka bila benda-benda asing yang dimakan "tersangkut" atau menghambat saluran cerna. Begitu pula gigi bisa hancur bila yang dimakan termasuk benda yang keras. Tentu yang paling parah berupa kematian yang bisa terjadi bila si bocah menyantap zat-zat beracun. Tak hanya dialami anak-anak, perilaku pika juga kadang dialami wanita hamil. Terutama ketika mengidam ingin makan sesuatu yang aneh dan langka. Konon ada ibu hamil yang ingin makan tanah liat demi mengurangi gejala mual yang dialami. Untuk mengatasi hal ini, si ibu hamil perlu mendapat terapi dengan tujuan untuk mengatasi anemia akibat kekurangan zat besi. Akan tetapi perlu diwaspadai bisa juga ngidam yang aneh ini merupakan gangguan pika yang sudah lama terjadi, bahkan mungkin sejak masih kanak-kanak. Yang pasti, penderita gangguan pika mesti menjalani terapi tingkah laku. Psikolog dan psikiater harus dilibatkan untuk mengatasi gangguan ini. Khusus untuk anak yang mengalami retardasi mental, mereka mesti lebih diawasi dan dijauhkan dari benda-benda asing yang kemungkinan bisa dimakannya.

PICA dalam istilah medis merupakan kondisi kelainan pola makan dimana penderita memakan makanan yang tidak lazim untuk dimakan. Pica pada umumnya dijumpai saat anak berusia satu tahun ke atas. Masa itu disebut periode oral, anak suka sekali memasukkan dan menggigit benda apa saja yang berada di dekatnya. Biasanya pica bisa sembuh dalam waktu tiga bulan. Namun pada beberapa kasus, pica dapat diderita oleh anak hingga dewasa. 1. Meminum Bensin Seorang bocah berusia enam tahun warga Desa Pujodadi, Kecamatan Pardasuka, Kabupaten Tanggamus, Lampung, mempunyai kebiasaan unik meminum bensin. Dalam sehari, Jesen Khairul Fuad mampu menghabiskan 2 hingga 3 liter bensin. Jesen mempunyai kebiasaan minum bensin seperti layaknya minum air biasa. Kemana pun Jesen pergi, tidak pernah lepas dari jeriken bensin, meski hanya untuk dihirup-hirup

saja. 2. Memakan Obat Nyamuk bakar Iqbal Dwi Pratama, seorang anak berusia dua tahun warga Kelurahan Manggar Baru, Kecamatan Balikpapan Timur, Balikpapan, Kalimantan Timur, biasa memakan obat nyamuk bakar. Anehnya, putra pasangan Astuti dan Hairuddin ini tak pernah merasa sakit kendati kebiasaan itu sudah dilakukan sejak usia lima bulan. Kabar soal bocah pemakan racun serangga itu pun sudah diketahui pula oleh Dinas Kesehatan Kota Balikpapan. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Balikpapan Dyah Muryani, pihaknya sudah meminta puskesmas setempat untuk memeriksa Iqbal. "Saya sebenarnya sudah mendengar namun belum pasti baru hari ini. Dan sudah saya minta untuk dilakukan pemeriksaan oleh puskesmas dan pemerikasaan lab," ujar Dyah. Menurut Dyah, mengkomsumsi obat nyamuk yang jelas mengandung insektisida jelas berbahaya karena bila dikonsumsi terus menerus bisa menimbulkan kanker.

3. Memakan Abu Rokok Di Dusun Cermin Timur Desa Sukakerta, Kecamatan Cilamaya Wetan Karawang, Jawa Barat, seorang bocah mempunyai kebiasaan suka memakan abu rokok dan sisa pembakaran korek api. Iim Romimah, bocah perempuan berumur dua tahun merupakan anak pertama pasangan Nujum Wahidi dan Nartiah. Tidak seperti anak seusianya yang asik bermain sambil membawa berbagai mainan, Romimah justru selalu membawa asbak yang berisi puntung dan abu rokok. Ia pun dengan lahap memakan abu dari asbak yang dibawa layaknya makanan biasa. Jika abu rokok telah habis, ia akan menangis dan berusaha

mencari kembali asbak di sekeliling rumahnya. 4. Memakan Kapuk & Kapas Tak pernah terbayangkan dalam benak pasangan suami istri, Tarya Purbaya (37) dan Salman (29), kalau putranya. Agung Nata prawira (1,6), akan memiliki kebiasaan aneh yakni gemar memakan kapuk dan kapas. Uniknya, kebiasaan aneh itu sudah dilakukan bocah tersebut sejak delap.in bulan lalu dan yang mengherankan, kondisi tubuhnya

malah terlihat tetap sehat dan bugar. Sebaliknya, bocah ini akan jatuh sakit bila lebih dari empat hari tak menyantap makanan kegemarannya Itu. Bib sudah diberi kapuk, dia akan kembali sehat. Kelainan Agung mulai terlihat sejak dia berusia delapan bulan. Saat Itu, dia dan suaminya serta tiga anaknya, masih tinggal di daerah Lilin Ranjau, Sumatera Barat. Saya sendiri tidak tahu awalnya kenapa. Tapi belakangan, kok bantal dan kasur di rumah uw.ik (paman) saya di Padang pada sobek dan kapuknya berhamburan. Setelah diselidiki, ternyata Agung yang makan kapuk itu.

5. Memakan Kertas, bedak & minum minyak kayu putih Yono, memiliki hobi aneh dengan memakan kertas, bedak dan minyak kayu putih. Lebih anehnya lagi, bocah lelaki ini memiliki kekuatan melebihi orangtua karena mampu menahan lapar hingga satu minggu. Ditemui di rumahnya di Jalan Pertanian Utara, RT01/01, Klender, Jakarta Timur, Yono, anak pasangan Rohmat (35), dan Ny. Yuningsih (32), ini nampak asik mengunyah selembar kertas. Kenyang dengan kertas yang dilahapnya, anak ke tiga dari lima bersaudara ini langsung menenggak minyak kayu putih yang tergeletak di sampingnya. "Enak rasa strawberry," ujar Yono. Menurut Rohmat, perilaku yang tidak biasa tersebut berlangsung sejak sang anak berusia satu tahun. Saat itu, seperti biasanya, usai mandi Yono, dibaluri ibunya dengan minyak kayu putih dan bedak. Namun, tidak disangka Yono, malah memakan bedak dan meminum minyak kayu putih tersebut. "Anehnya saat dilarang Yono malah menangis," ujar Rohmat. lain lagi dengan bocah yang satu ini, Kegemaran Ahmad Syifa, bocah berumur 2,5 tahun asal Desa Tanjungsari, Kecamatan Wanasari, Brebes memang terbilang aneh. Ketika bocah seusianya senang makan jajanan, dia justru gemar makan kertas. Uniknya, anak kedua dari dua bersaudara pasangan Khaerun (30) dan Nurjanah (25) itu tidak pernah mengeluh sakit dengan kebiasaannya tersebut. Bahkan, sampai sekarang Syifa yang memiliki berat badan 15 kilogram tampak tumbuh

normal seperti bocah-bocah lainnya. Syifa, bocah kelahiran 21 April 2005, tergolong hiperaktif dan tidak pemalu. Dia juga gampang bergaul dengan orang lain, meskipun baru dikenalnya. Ketika Wawasan memberikan dua lembar kertas, tanpa malu-malu Syifa langsung melahapnya sampai

habis tanpa bantuan air minum. 6. Memakan Rayap Seorang anak di bawah lima tahun (balita) bernama Dhimas Prasetyo (4), warga Desa Ketro, Kecamatan Sawo, Ponorogo, Jawa Timur, memiliki kebiasaan aneh karena gemar makan rayap sebagai camilannya. Balita yang anak pertama dari pasangan Taufan (40) dan Titik Sugiarti (35) itu pertumbuhan tubuhnya normal layaknya balita sepantaran yang menjadi teman mainnya setiap harinya. Namun, menurut penuturan Taufan, Rabu, setiap ada rayap yang melintas di kayu maupun tanah langsung diambil oleh anaknya tanpa rasa takut, bahkan binatang itu dimakan secara lahap layaknya camilan krupuk atau jajanan lainya.

7. Memakan putung rokok Nurhadi, Balita yang Suka Makan Kertas Rokok. Tangis Nurhadi, balita berusia dua tahun, terdengar ketika Republika menyambangi rumahnya di Kampung Kalipacang RT 04 RW 06, Desa Sukamulya, Kecamatan Sukatani, Kabupaten Bekasi, Senin (19/3). Begitu bangun dari tidurnya, Nurhadi langsung disusui Nurlela, ibunya. ''Sebentar Mas, saya susui dia dahulu,'' tutur Nurlela ramah. Dilihat secara fisik, kondisi anak seusia Nurhadi terbilang normal seperti kebanyakan balita lainnya. Namun, keanehan tampak begitu Nurhadi keluar dari pintu rumahnya yang bertempelkan stiker rumah tangga miskin (RTM). Di luar rumah, Nurhadi terlihat antusias setiap kali menemukan bekas puntung rokok. Setelah puntung rokok dikupas dan dibuang tembakaunya, kertas rokok pun disantap Nurhadi. ''Kalau didiemin sehari mungkin bisa habis setengah bungkus,'' kata Awong (23), paman Nurhadi.

8. Memakan obat nyamuk, odol, sabun & parfum

Eringga, seorang bocah dari Desa Sambiroto, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri menghebohkan warga setempat. Bocah berusia 6 tahun itu sehari-hari gemar memakan sabun, pasta gigi, hingga parfum yang mengandung alkohol. Keanehan ini terjadi pada diri Eringga, bocah laki-laki anak pasangan Nuhari dan Marsiah. Menurut ibunya, keganjilan sikap Eringga ini diketahui sejak usia dua tahun. Saat itu pasangan yang mengikuti program transmigrasi ke Bengkulu ini mendapati anak keempatnya tersebut memakan pasta gigi dan sabun mandi. Akibatnya Eringga mengalami diare dan keracunan hingga dirawat di rumah sakit. Buang airnya sampai mengeluarkan darah, kata Marsiah saat ditemui di rumahnya.

9. Memakan beras mentah Hikmatus Solihah, 4, tidak berbeda dengan bocah-bocah sebayanya. Ia bahkan tergolong periang dan cerdas. Namun putri pasangan Abdul Jamal-Siti Romlah, warga Dusun Curahbanyak, Desa Kluwut, Kecamatan Wonorejo, Kabupaten Pasuruan, ini punya kebiasaan aneh, yaitu suka makan beras mentah. Leha, panggilan bocah ini, sedang menikmati sepiring kecil beras mentah didampingi ayahnya, Jamal dan kakaknya, Afifudin. Butiran beras keras itu dikunyahnya hingga halus sebelum ditelan. Tidak terlihat kesulitan siswi TK Karangpoh Kluwut itu mengunyah. Sekitar 15 menit kemudian, sepiring beras itu pun ludes. Pemandangan itu terjadi tiap hari. Bagi Leha, camilan adalah beras mentah, bukan kue-kue seperti yang disukai bocah-bocah lain. Jamal dan istrinya sebenarnya ingin menghentikan kebiasaan ini, tetapi kalau tidak diberi, Leha minta beras ke tetangga. Tapi kami juga membatasi. Karena kalau tidak, sehari dia bisa habis sekilo, kata

Jamal. 10. Memakan dirinya sendiri Predikat manusia kanibal tak hanya dimiliki Sumanto. Di Jawa Timur lebih hebat lagi, lantaran yang menjadi manusia kanibal masih berusia 19 tahun, yakni Ningsih, yang tinggal di Dusun Gumuk, Desa Gelung, Kecamatan Panarukan, Situbondo. Sejak balita dia sudah hobi makan dagingnya sendiri. Ningsih tinggal di rumah yang begitu sederhana. Tragis memang, ketika berkunjung ke rumah yang hanya ada tempat tidur dan tempat pakaian tersebut. Ruangan yang dihuni hanya berukuran sekitar 4 X 4 meter itu. Tidak ada alat hiburan semacam televisi maupun alat elektronik lainnya. Lebih-lebih, di kamar terbuat dari gedeg yang telah bertahun-tahun dihuni oleh Ningsih. Hanya terdapat sebuah tempat duduk dari bambu, yang sehari-hari digunakan untuk tidur. Nining panggilan akrab gadis ini, selain memang memiliki gangguan jiwa, dia juga hobi memakan dagingnya sendiri, sejak dirinya baru berusia 8 tahun. Bahkan, sampai saat

ini, sepuluh jarinya telah habis dimakan. 11. Memakan Batu Bata BATU bata tumbuk adalah menu tetap Ilham Nasir Firmansyah, bocah berusia lima

tahun warga Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Kudapan tak lazim ini sudah jadi santapan Ilham selama setahun terakhir. Ilham sanggup menghabiskan satu batu bata tumbuk dalam empat hari. "Satu batu bata bisa habis dalam empat hari. Sudah setahun dia begini," ujar Atin (35), ibunda Ilham, ketika ditemui di warung kelontongnya di Jalan Jembatan Selatan, Kebayoran Baru. Ilham yang sore itu juga ada di warung tersebut, tak peduli dengan orang-orang di sekelilingnya. Dia asyik menjilati tangannya yang berlepotan dengan bubuk batu bata. Di depannya, terdapat beberapa piring plastik kecil berisi bubuk batu bata dan sebuah saringan. Bubuk berwarna merah itu juga belepotan di wajah si bocah. Untuk anak usia lima tahun, Ilham tergolong kurus dan kurang aktif. Ilham juga enggan berbicara.

12. Memakan tanah & Genting Bastiawan, 12, bocah kelas 5 SD asal Dusun Randu Geneng, Desa Cempoko Rejo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban memiliki kebiasan aneh. Yakni memakan tanah dan genting. Kebiasaan aneh tersebut, dilakukan oleh anak kedua pasangan Edy Priyanto, 43, dan Riniyatin, 37, diduga akibat penyakit kelainan empedu yang dideritanya sejak lahir dan tak kunjung mendapat pengobatan. Biasanya dia memakan tembok atau genting ketika sedang sepi. Sebab, kalau ketahuan orang lain dia seperti malu, ungkap Mining, 60, nenek Bastiawan kepada

beritakota.net, Senin (1/3). 13. Memakan batang Korek api Icha gadis cilik yang tinggal di di Gang Palmerah Teluk Tiram, Banjarmasin mempunyai cemilan luar biasa yaitu ujung korek api kayu atau pentol korek api. Pentol korek ini memiliki zat kandungan belerang dan potasiun florat yang sebenarnya berbahaya bagi tubuh manusia. Namun hal ini tak mempan bagi pencernaan gadis cilik ini. Anehnya sang orangtua pun tak mampu melarang anaknya ini untuk berhenti melakukan kebiasaan ini, bahkan mereka menyodorkan 2 buah bungkus korek api per hari kepada

Icha untuk menghentikan rewelannya. 14. Memakan garam Di Polewali Mandar Sulawesi Selatan belum lama ini juga dikabarkan adanya bocah yang gemar sekali makan garam dan vietsin hingga mencapai 1 liter per hari. Seperti dilansir Trans 7, bocah bernama Irwansyah yang umurnya masih lima tahun itu suka sekali mengonsumsi garam. Bila keluarga tidak mau menyediakan 'camilan' yang dimaksud, maka si bocah pemakan garam itu akan mencari aram di rumah para tetangga. akibat konsumsi garam yang tidak wajar itu, bobot Irwansyah jadi membengkak beberapa kali lipat dari bobot tubuh bocah seusianya. 15. Memakan rumput & kerikil

Purwanto (8), bocah yang tinggal di desa Tanjung Rejo, Pati, Jawa Tengah, memiliki kebiasaan makan rumput 10 kali dalam sehari. Kebiasaan tersebut terjadi sejak umur 5 tahun. Akibatnya dia mengalami gangguan berbicara dan lebih senang main sendiri.

>>> http://jurukunci4.blogspot.com/2012/04/15-kasus-pica-terpopuler-diindonesia.html#ixzz1wvkVl4lB

Anda mungkin juga menyukai