Anda di halaman 1dari 3

Trend dan Issue Pendidikan Keperawatan Global

1.Aplikasi pendidikan perawat ke masyarakat

Dalam jurnal Aarabi,et all(2015) menyebutkan bahwa pendidikan keperawatan di Iran


meningkatkan partisipasi perawat dalam professional decision, dibutuhkan perawat yang terdidik
dengan baik dan terlatih untuk berhubungan dengan komunitas dan berhadapan langsung
dengan pasien. Dalam pengembangannya, Iran membuat keputusan untuk melatih mahasiswa
Sarjana, menghadapi tantagan untuk perawat PhD dan menghadapi deficit pendidikan
keperawatan secara umum. Kemudian membuat kurikulum yang komprehensif pada program
PhD, mengembangkan attitude perawat PhD, dan performa perawat PhD. Amstrong & Rispel
(2015) juga menjelaskan bahwa akuntabilitas sosial merupakan komponen penting untu
transformasi pendidikan, harus memperhatikan isu pemerintah, tanggung jawab terhadap
kurikulum, kesiapan pendidik, dan kesiapan siswa. Isu dan masalah terkait perkembangan profesi
keperawatan Indonesia adalah distribusi yang belum merata, jumlah perawat tinggi namun rasio
perawat disbanding jumlah penduduk sebagian besar wilayah Indonesia belum memenuhi target
Renstra Kesehatan, selain itu jumlah perawat ahli dan spesialis masih relative kecil, melainkan
paling banyak adalah perawat vokasi dan perawat yang bekerja dengan menggunakan STR hanya
sebesar 41,8% (Infodatin, 2017).

2.Level pendidikan Keperawatan di Dunia

Pendidikan keperawatan secara global mayoritas adalah pendidikan Sarjana untuk level
terendah. Seperti dalam jurnal Simunovic (2010) menyebutkan bahwa tiga siklus pendidikan
keperawatan untuk mendidik generasi perawat professional yang safe, competent , dan beretika.
Tiga level pendidikan, yaitu basic education (bachelor’s level) merupakan program sarjana yang
harus memberikan dasar yang sama untuk para mahasiswa. Kemudian level pendidikan kedua
yaitumaster’s degree (program magister) yang dirancang untuk professional kesehatan yang
berencana untuk berpartisipasi diorganisasi, menejemen, dan pengawasan proses keperawatan.
Dan level pendidikan keperawatan ketiga adalah doctoral degree (program doktor) untuk
mrningkatkan kemampuan siswa untuk terlibat dalam pengajaran dan penelitian.

Sedangkan kondisi di Indonesia, jenjang pendidikan yang lebih sering berhadapan


lansung dengan masyarakat adalah level vokasi, dimana skill atau keterampilan lebih
diutamakan. Dan jumlah institusi maupun mahasiswa yang terjun di masyarakat paling banyak
adalah perawat vokasi. Sehingga persepsi maupun realisasi pelayanan asuhan keperawatan
professional di Indonesia belum begitu terlihat. Berdasarkan klasifikasi pendidikan, perawat
yang berada di Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah 77,56% perawat non ners (lulusan D3),
10,84% perawat ners, 5,17% perawat lulusan SPK, dan 6,42% perawat spesialis (Infodatin,
2017).

3. Kolaborasi dalam pendidikan keperawatan


Evaluasi pendidikan komprehensif memerlukan partisipasi, keterlibatan, dan kolaborasi antara
Dewan Perawat, kantor menteri keperawatan, fakultas keperawatan, dan Organisasi
Keperawatan. Dengan demikian, perlu untuk lebih menentukan sistem evaluasi, kebijakan,
pendekatan, metode, dan prosedur evaluasi pendidikan saat ini (Khodaveisi, Pazargadhi,
Bimoradi, et all. 2012). Sedangkan kondisi di Indonesia evaluasi pembelajaran merupakan hasil
belajar mahasiswa yang dievaluasi secara berkala meliputi struktur, proses, hasil, berdasarkan
capaian kompetensi. Kemudian hasil evaluasi dijadikan sebagai acuan pengembangan bagi
mahasiswa, program pendidikan, dan penentuan beban studi selanjutnya. Evaluasi dilakukan
oleh pendidik (Standar Pendidikan Keperawatan Indonesia, 2012). Untuk peningkatan kualitas
pendidikan tinggi kesehatan dinilai berdasarkan system akreditasi, penjaminan mutu lulusan
melalui system uji Kompetensi (Sailah, 2012).

4. Peluang Tersedia untuk Pelatihan Mahasiswa

pendidikan keperawatan saat ini terdiri dari pelatihan rumah sakit. Namun, rumah sakit saja tidak
bisa menampilkan kemampuan perawat untuk perawatan; Oleh karena itu sangat penting untuk
memperluas lingkup pendidikan keperawatan dan kinerja kepada masyarakat. Perawat yang
memasuki arena sosial dari awal secara langsung terkena tuntutan kesehatan masyarakat dan
menjadi lebih cenderung ke arah partisipasi.

5. Tantangan untuk Perawat PhD

Mendidik perawat PhD telah meningkat secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir.
Peningkatan jumlah perawat PhD telah memberi mereka kesempatan untuk mengalami kehadiran
yang lebih besar di posisi yang lebih tinggi dari pengambilan keputusan dengan peningkatan
kekuasaan eksekutif. Namun, masih banyak kritik tentang pemberdayaan memadai PhD perawat
untuk mendapatkan lebih efektif terlibat dalam manfaat dari semua kapasitas yang tersedia.

6. Kekurangan umum dalam Pendidikan Keperawatan

kekurangan umum dalam kebijakan pendidikan keperawatan di dunia adalah mereka yang tidak
spesifik untuk setiap kursus tertentu dan derajat; ini mempengaruhi keseluruhan sistem
pendidikan keperawatan dan pelatihan perawat berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan
keperawatan.

Pendekatan biomedis untuk pendidikan keperawatan dianggap sebagai penghalang untuk


perawat pelatihan berpartisipasi dalam masalah kesehatan masyarakat. Diyakinkan oleh fakta
bahwa perawat memiliki pengetahuan khusus perawatan yang anggota tim medis lainnya tidak
mengetahuinya, meningkatkan kemungkinan untuk perawat dapat berpartisipasi.
Rahaman, yogi,nada, lisna,rifka

Anda mungkin juga menyukai