Anda di halaman 1dari 9

Pengertian Inklusi

2.1 Pengertian pendidikan inklusi


Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan
anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama
teman-teman seusianya (Sapon-Shevin dalam O’Neil 1994) . Sekolah penyelenggara
pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama.
Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi
disesuaikan dengan kemampuan da kebutuhan setiap murid maupun bantuan
dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil (Stainback,
1980) . Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada
sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan
dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau
penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidikan dan
kependidikan,system pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya.
Istilah pendidikan inklusi atau inklusif, mulai mengemuka semenjak tahun 1990,
ketika konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, yang diteruskan dengan
pernyataan salamanca tentang pendidikan inklusif pada tahun 1994. Konsep pendidikan
inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi solusi, adanya perlakuan diskriminatif
dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-anak penyandang cacat atau anak-anak
yang berkebutuhan khusus .
Pendidikan inklusi memiliki prinsip dasar bahwa selama memungkinkan, semua
anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan
yang mungkin ada pada mereka Pendidikan inklusi adalah pendidikan
yang menyertakan semua anak secara bersama- sama dalam suatu iklim dan
proses pembelajaran dengan layanan pendidikan yang layak dan sesuai dengan
kebutuhan individu peserta didik tanpa membeda- bedakan anak yang berasal dari latar
suku, kondisi sosial, kemampuan ekonomi, politik, keluarga, bahasa, geografis
(keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan kondisi fisik atau
mental Sementara itu Sapon-Shevin ( O Neil, 1995 ) menyatakan bahwa pendidikan
inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua
anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat. Melalui pendidikan inklusi,
anak berkebutuhan khusus di didik bersama-sama anak lainnya ( normal ) untuk
mengoptimalkan potensi yang dimilikinya ( Freiberg, 1995 ) . hal ini dilandasi oleh
suatu kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak tidak
normal ( berkebutuhan khusus ) yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas
social Dalam rencana aksi nasional, difabel telahdicanangkan mulai tahun 2003, yang
salah satu butir dari rencana aksi nasional difabel adalah pendidikan inklusi.
Yang dimaksud dengan pendidikan inklusi atau inklusif adalah pendidikan yang dapat
dijangkau oleh semua orang dan tanggap terhadap semua peserta didik termasuk difabel
secara invidual. Anak berkebutuhan khusus (Inklusi) menurut Heward adalah anak
dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umunya tanpa selalu
menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Karena karakteristik dan
hambatan yang dimilki, Anak inklusi memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus
yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.
2.2 Landasan dan konsep pendidikan inklusi
Hukum inklusi dan Pendidikan inklusi telah menjadi perhatian masyarakat dunia.
Beberapa pertemuan internasional mendasari pergerakan menuju pendidikan yang
berkualitas bagi semua anak melalui pendidikan inklusi. Landasan hukum dan landasan
konseptual menjadi landasan bagi gerakan menuju pendidikan inklusif. Termasuk
Indonesia, diantaranya adalah:
1 deklarasi hak asasi manusia, 1948
2 konveksi hak anak, 1989
3 konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, 1990
4 persamaan kesempatan bagi orang berkelainan, 1993
5 pernyataan salamanca tentang pendidikan  inklusi, 1994
6 komitmen dasar mengenai pendidikan untuk semua, 2000
7 deklarasi Bandung tahun 2004
Dengan komitmen “indonesia menuju pendidikan inklusif”
pendidikan inklusi Diantaranya:
1. Tunanetra
Tunanetra adalah individu yang mengalami gangguan pada indra penglihatan.
Karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan, maka proses
pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra
pendengaran.
Tunanetra dibagi 2 kelompok :
·         Buta total : tidak dapat melihat dua jari di mukanya atau hanya melihat sinar
atau cahaya yang lumayan dapat digunakan untuk orientasi mobilitas.
·         Low vision (kurang penglihatan) : mereka yang bila melihat sesuatu harus
didekatkan atau dijauhkan dari objek yang dilihatnya, atau mereka yang mimiliki
pemandangan kabur ketika melihat objek.
Klasifikasi anak tunanetra :
ü  Myopia : penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang
retina.
ü  Hyperopia : penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina.
ü  Astigmatisme : penyimpanan atau penglihatan kabur yang disebabkan ketidakberesan
pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata, sehingga bayangan benda,
baik pada jarak dekat maupun jauh, tidak terfokus jatuh pada retina atau
menggunakan kacamata koreksi dengan lensa silinder.
2. Tunarungu
Tunarungu adalah individu yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran.
Karena memiliki gangguan dalam pendengaran, individu tunarungu memiliki hambatan
dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi
dengan individu menggunakan bahasa isyarat.
Ciri-ciri tunarungu :
- kemampuan bahasanya terlambat
- tidak bisa mendengar
- lebih sering menggunakan isyarat dalam  berkomunikasi
- perkataan yang diucapkan tidak begitu jelas
3. Tunawicara
Tunawicara merupakan individu yang mengalami kesulitan berbicara. Hal ini dapat
disebabkan oleh kurang atau tidak berfungsinya alat-alat bicara, seperti: rongga mulut,
lidah, langit-langit dan pita suara. Selain itu, kurang atau tidak berfungsinya organ
pendengaran, keterlambatan perkembangan bahasa, kerusakan pada sistem syaraf dan
struktur otot, serta ketidakmampuan dalam kontrol gerak juga dapat mengakibatan
keterbatasan dalam berbicara.
4. Tunagrahita
Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada
dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku
yang muncul dalam masa perkembangan.
Ciri-ciri tunagrahita :
- penampilan fisik tidak seimbang
- pada masa pertumbuhannya dia tidak mampu mengurus dirinya
- terlambat dalam perkembangan bicara dan bahasa
- cuek terhadap lingkungan, dll
5. Down Syndrom / RAS MONGOLOID (Kembar Sedunia)
Down Syndrom adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental
anak yang diakibatkan adanyan abnormalitas perkembangan kromosom.
6. Tunadaksa (Anak Cacat Fisik)
Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh
kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat
kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh.
Ciri-ciri tunadaksa :
- anggota gerak tubuh tidak bisa digerakkan/ lemah/kaku/lumpuh
- setiap bergerak mengalami kesulitan
- tidak meiliki anggota gerak lengkap
- tidak dapat tenang
- terdapat anggota gerak yang tidak sama dengan keadaan normal pada umumnya.
7. Anak ganguan Emosi dan tingkah laku (Tunalaras)
Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi
dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang
tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat
disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan
sekitar.
Ciri-ciri tunalaras :
- berani melanggar aturan yang berlaku,
- mudah emosi,
- suka melakukan tindakan yang agresif.
8. Anak Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih
kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa,
berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca,
berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi
minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan.
9. Anak Berbakat
Anak Berbakat adalah anak yang memiliki IQ lebih dari 130 (IQ>130)
            Anak berbakat memiliki 2 golongan:
1.      Gifted yaitu anak yang berbakat dalam bidang akademik.
2.      Talented yaitu anak yang berbakat dalam bidang non akademik.
10. Anak Autis
Autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang didapatkannya sejak lahir atau
masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan sosial atau komikasi
secara normal. Secara Neurologis atau berhubugan dengan sistem persarafan. Autis
dapat diartikan sebagai anak yang mengalami hembatan perkembangan otak, terutama
pada area bahasa, sosial dan fantasi.
11. Anak GPP/GPHP
Anak dengan GPHP tidak mampu memusatkan perhatiannya selam jangka waktu yang
cukup lama, misalnya beberapa menit. Ia tidak dapat berkonsentrasi selama lebih dari
beberapa menit. Perhatiannya mudah teralihkan.
12. Tuna Ganda
Tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis
kelainan/lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius.
13. Anak Indigo
Anak indigo adalah anak yang memiliki kemampuan diluar batas anak norma lainnya.
            Ciri –ciri anak indigo berdasarkan fisik dan psikologisnya:
§  Memiliki jiwa yang tua
§  Bentuk kepala yang memiliki ciri khas
§  Bentuk daun telinga
§  Mata yang lebih tajam
§  Tanda kelahiran
§  Bagian tubuh yang sakit
§  Kepribadian emosional

Tujuan dan manfaat pendidikan inklusi


Sekolah inklusi merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada  sekolah
inklusi setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat
dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian,
mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan,
system pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya.
Pendidikan inklusi dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikut-
sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah
reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Penyelenggaraan pendidikan inklusi
menuntut pihak sekolah melakuka penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan
prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
individu peserta didik. Pelaksanaan pendidikan inklusi juga akan mampu mendorong
terjadinya perubahan sikap lebih positif dari peserta didik terhadap adanya perbedaan
melalui pendidikan yang dilakukan secara bersama-sama dan pada akhirnya akan
mampu membentuk sebuah kelompok masyarakat yang tidak diskriminatif dan bahkan
menjadi akomodatif terhadap semua orang.
Hal-hal yang harus diperhatikan sekolah penyelenggara pendidikan inklusi :
1. Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah , menerima keaneka-
ragaman dan menghargai perbedaan.
2. Sekolah harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum
dan pembelajaran yang bersifat individual
3. Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif.
4. Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
5. Guru dituntut melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses pendidikan.
Secara umum manfaat pendidikan inklusi adalah :
a. Membangun kesadaran dan consensus pentingnya pendidikan inklusi
sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif.
b. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi
pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua anak pada setiap distrik dan
mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.
c. Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah
lainnya terhadap akses dan pembelajaran.
d. Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu
pendidikan bagi semua anak.
Beberapa manfaat yang diperoleh dari pelaksaan pendidikan inklusi adalah:
A. Bagi Siswa
1. sejak dini siswa memiliki pemahamanyang baik terhadap perbedaan dan
keberagaman.
2. munculnya sikap empati pada siswa secara alamiah.
3. munculnya budaya saling menghargai dan menghormati antar siswa.
4. menurunkan terjadinya stigma dan labeling kepada semua anak, khusunya pada
anak berkebutuhan khusus dan penyandang cacat.
5. timbulnya budaya kooperatif dan kolaboratif pada siswa sehingga
memungkinkan adanya  saling bantu antar satu dengan yang lainnya.
B. Bagi Guru
1. lebih tertantang untuk mengembangkan berbagai metode pembelajaran
2. bertambahnya kemampuan dan pengetahuan guru tentang keberagaman siswa
termasuk keunikan, karakteristik, dan sekaligus kebutuhannya.
3. Terjalinnya komunikasi dan kerja sama dalam kemitraan antar guru dan guru
ahli bidang lain.
4. menumbuhkembangkan sikap empati guru terhadao siswa termasuk siswa
penyandang cacat / siswa berkebutuhan khusus.
C. Bagi Sekolah
memberikan kontribusi yang sangat besar bagi program wajib belajar.
1. memberikan peluang terjadinya pemerataan pendidikan bagi semua kelompok
masyarakat.
2. menggunakan biaya yang relatif lebih efisien.
3. mengakomodasi kebutuhan masyarakat.
4. meningkatkan kualitas layanan pendidikan.

Problematika sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Indonesia


diantaranya: 1. Masih minimnya pemahaman tentang pendidikan inklusi dan
implikasinya sehingga implementasi sistem pendidikan inklusi belum optimal.
2. Masih adanya kebijakan sekolah penyelenggara pendidikan inklusi yang belum
tepat dimana guru kelas tidak memiliki tanggung jawab pada kemajuan belajar
peserta didik berkebutuhan khusus dan kurangnya koordinasi pihak sekolah
dengan tenaga profesional, organisasi atau institusi terkait dalam
mengimplementasi kebijakan sekolah tentang pendidikan inklusi.
3. Masih adanya kesulitan yang ditemui oleh para guru sekolah inklusi dalam
merumuskan dan menerapkan kurikulum serta kurangnya koordinasi dalam
proses pembelajaran pendidikan inklusi.
4. Masih minimnya kualitas guru pendidikan inklusi dimana guru masih belum
sensitif dan proaktif terhadap permasalahan peserta didiknya.
5. Masih minimnya sistem dukungan dari beberapa pihak misalnya orang tua,
sekolah khusus, tenaga ahli, dan pemerintah ditambah masih terbatasnya fasilitas
sekolah yang menunjang pendidikan inklusi.
Kelima hal tersebut yang menjadi problematika sekolah-sekolah dalam
menyelenggarakan pendidikan inklusi sehingga banyak sekolah yang belum siap untuk
menerima anak-anak berkebutuhan khusus untuk sekolah di sekolahnya.
Karena itu diperlukan adanya kesiapan sekolah di Indonesia dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusi. Dengan adanya kesiapan yang lebih matang dalam
menyelenggarakan pendidikan inklusi dapat menangkis segala problematika
penyelenggaraan pendidikan inklusi di Indonesia. *

Anda mungkin juga menyukai