Pendidikan Inklusif adalah sistem layanan pendidikan yang mensyaratkan anak berkebutuhan khusus belajar di sekolah-sekolah terdekat di kelas biasa bersama teman-teman seusianya (Sapon-Shevin dalam O’Neil 1994) . Sekolah penyelenggara pendidikan inklusif adalah sekolah yang menampung semua murid di kelas yang sama. Sekolah ini menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi disesuaikan dengan kemampuan da kebutuhan setiap murid maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru, agar anak-anak berhasil (Stainback, 1980) . Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan,system pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya. Istilah pendidikan inklusi atau inklusif, mulai mengemuka semenjak tahun 1990, ketika konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, yang diteruskan dengan pernyataan salamanca tentang pendidikan inklusif pada tahun 1994. Konsep pendidikan inklusi muncul dimaksudkan untuk memberi solusi, adanya perlakuan diskriminatif dalam layanan pendidikan terutama bagi anak-anak penyandang cacat atau anak-anak yang berkebutuhan khusus . Pendidikan inklusi memiliki prinsip dasar bahwa selama memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang kesulitan ataupun perbedaan yang mungkin ada pada mereka Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang menyertakan semua anak secara bersama- sama dalam suatu iklim dan proses pembelajaran dengan layanan pendidikan yang layak dan sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik tanpa membeda- bedakan anak yang berasal dari latar suku, kondisi sosial, kemampuan ekonomi, politik, keluarga, bahasa, geografis (keterpencilan) tempat tinggal, jenis kelamin, agama, dan perbedaan kondisi fisik atau mental Sementara itu Sapon-Shevin ( O Neil, 1995 ) menyatakan bahwa pendidikan inklusi sebagai sistem layanan pendidikan yang mempersyaratkan agar semua anak berkelainan dilayani di sekolah-sekolah terdekat. Melalui pendidikan inklusi, anak berkebutuhan khusus di didik bersama-sama anak lainnya ( normal ) untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya ( Freiberg, 1995 ) . hal ini dilandasi oleh suatu kenyataan bahwa di dalam masyarakat terdapat anak normal dan anak tidak normal ( berkebutuhan khusus ) yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas social Dalam rencana aksi nasional, difabel telahdicanangkan mulai tahun 2003, yang salah satu butir dari rencana aksi nasional difabel adalah pendidikan inklusi. Yang dimaksud dengan pendidikan inklusi atau inklusif adalah pendidikan yang dapat dijangkau oleh semua orang dan tanggap terhadap semua peserta didik termasuk difabel secara invidual. Anak berkebutuhan khusus (Inklusi) menurut Heward adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umunya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Karena karakteristik dan hambatan yang dimilki, Anak inklusi memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka. 2.2 Landasan dan konsep pendidikan inklusi Hukum inklusi dan Pendidikan inklusi telah menjadi perhatian masyarakat dunia. Beberapa pertemuan internasional mendasari pergerakan menuju pendidikan yang berkualitas bagi semua anak melalui pendidikan inklusi. Landasan hukum dan landasan konseptual menjadi landasan bagi gerakan menuju pendidikan inklusif. Termasuk Indonesia, diantaranya adalah: 1 deklarasi hak asasi manusia, 1948 2 konveksi hak anak, 1989 3 konferensi dunia tentang pendidikan untuk semua, 1990 4 persamaan kesempatan bagi orang berkelainan, 1993 5 pernyataan salamanca tentang pendidikan inklusi, 1994 6 komitmen dasar mengenai pendidikan untuk semua, 2000 7 deklarasi Bandung tahun 2004 Dengan komitmen “indonesia menuju pendidikan inklusif” pendidikan inklusi Diantaranya: 1. Tunanetra Tunanetra adalah individu yang mengalami gangguan pada indra penglihatan. Karena tunanetra memiliki keterbatasan dalam indra penglihatan, maka proses pembelajaran menekankan pada alat indra yang lain yaitu indra peraba dan indra pendengaran. Tunanetra dibagi 2 kelompok : · Buta total : tidak dapat melihat dua jari di mukanya atau hanya melihat sinar atau cahaya yang lumayan dapat digunakan untuk orientasi mobilitas. · Low vision (kurang penglihatan) : mereka yang bila melihat sesuatu harus didekatkan atau dijauhkan dari objek yang dilihatnya, atau mereka yang mimiliki pemandangan kabur ketika melihat objek. Klasifikasi anak tunanetra : ü Myopia : penglihatan jarak dekat, bayangan tidak terfokus dan jatuh di belakang retina. ü Hyperopia : penglihatan jarak jauh, bayangan tidak terfokus dan jatuh di depan retina. ü Astigmatisme : penyimpanan atau penglihatan kabur yang disebabkan ketidakberesan pada kornea mata atau pada permukaan lain pada bola mata, sehingga bayangan benda, baik pada jarak dekat maupun jauh, tidak terfokus jatuh pada retina atau menggunakan kacamata koreksi dengan lensa silinder. 2. Tunarungu Tunarungu adalah individu yang mengalami gangguan dalam indra pendengaran. Karena memiliki gangguan dalam pendengaran, individu tunarungu memiliki hambatan dalam berbicara sehingga mereka biasa disebut tunawicara. Cara berkomunikasi dengan individu menggunakan bahasa isyarat. Ciri-ciri tunarungu : - kemampuan bahasanya terlambat - tidak bisa mendengar - lebih sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi - perkataan yang diucapkan tidak begitu jelas 3. Tunawicara Tunawicara merupakan individu yang mengalami kesulitan berbicara. Hal ini dapat disebabkan oleh kurang atau tidak berfungsinya alat-alat bicara, seperti: rongga mulut, lidah, langit-langit dan pita suara. Selain itu, kurang atau tidak berfungsinya organ pendengaran, keterlambatan perkembangan bahasa, kerusakan pada sistem syaraf dan struktur otot, serta ketidakmampuan dalam kontrol gerak juga dapat mengakibatan keterbatasan dalam berbicara. 4. Tunagrahita Tunagrahita adalah individu yang memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan disertai dengan ketidakmampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam masa perkembangan. Ciri-ciri tunagrahita : - penampilan fisik tidak seimbang - pada masa pertumbuhannya dia tidak mampu mengurus dirinya - terlambat dalam perkembangan bicara dan bahasa - cuek terhadap lingkungan, dll 5. Down Syndrom / RAS MONGOLOID (Kembar Sedunia) Down Syndrom adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanyan abnormalitas perkembangan kromosom. 6. Tunadaksa (Anak Cacat Fisik) Tunadaksa adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat kecelakaan, termasuk celebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Ciri-ciri tunadaksa : - anggota gerak tubuh tidak bisa digerakkan/ lemah/kaku/lumpuh - setiap bergerak mengalami kesulitan - tidak meiliki anggota gerak lengkap - tidak dapat tenang - terdapat anggota gerak yang tidak sama dengan keadaan normal pada umumnya. 7. Anak ganguan Emosi dan tingkah laku (Tunalaras) Tunalaras adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari lingkungan sekitar. Ciri-ciri tunalaras : - berani melanggar aturan yang berlaku, - mudah emosi, - suka melakukan tindakan yang agresif. 8. Anak Kesulitan Belajar Kesulitan belajar adalah individu yang memiliki gangguan pada satu atau lebih kemampuan dasar psikologis yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa, berbicara dan menulis yang dapat memengaruhi kemampuan berfikir, membaca, berhitung, berbicara yang disebabkan karena gangguan persepsi, brain injury, disfungsi minimal otak, dislexia, dan afasia perkembangan. 9. Anak Berbakat Anak Berbakat adalah anak yang memiliki IQ lebih dari 130 (IQ>130) Anak berbakat memiliki 2 golongan: 1. Gifted yaitu anak yang berbakat dalam bidang akademik. 2. Talented yaitu anak yang berbakat dalam bidang non akademik. 10. Anak Autis Autis adalah suatu kondisi mengenai seseorang yang didapatkannya sejak lahir atau masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat berhubungan sosial atau komikasi secara normal. Secara Neurologis atau berhubugan dengan sistem persarafan. Autis dapat diartikan sebagai anak yang mengalami hembatan perkembangan otak, terutama pada area bahasa, sosial dan fantasi. 11. Anak GPP/GPHP Anak dengan GPHP tidak mampu memusatkan perhatiannya selam jangka waktu yang cukup lama, misalnya beberapa menit. Ia tidak dapat berkonsentrasi selama lebih dari beberapa menit. Perhatiannya mudah teralihkan. 12. Tuna Ganda Tunaganda adalah anak yang memiliki kombinasi kelainan (baik dua jenis kelainan/lebih) yang menyebabkan adanya masalah pendidikan yang serius. 13. Anak Indigo Anak indigo adalah anak yang memiliki kemampuan diluar batas anak norma lainnya. Ciri –ciri anak indigo berdasarkan fisik dan psikologisnya: § Memiliki jiwa yang tua § Bentuk kepala yang memiliki ciri khas § Bentuk daun telinga § Mata yang lebih tajam § Tanda kelahiran § Bagian tubuh yang sakit § Kepribadian emosional
Tujuan dan manfaat pendidikan inklusi
Sekolah inklusi merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu. Pada sekolah inklusi setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana, tenaga pendidikan dan kependidikan, system pembelajaran sampai pada sistem penilaiannya. Pendidikan inklusi dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikan yang mengikut- sertakan anak berkebutuhan khusus belajar bersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Penyelenggaraan pendidikan inklusi menuntut pihak sekolah melakuka penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik. Pelaksanaan pendidikan inklusi juga akan mampu mendorong terjadinya perubahan sikap lebih positif dari peserta didik terhadap adanya perbedaan melalui pendidikan yang dilakukan secara bersama-sama dan pada akhirnya akan mampu membentuk sebuah kelompok masyarakat yang tidak diskriminatif dan bahkan menjadi akomodatif terhadap semua orang. Hal-hal yang harus diperhatikan sekolah penyelenggara pendidikan inklusi : 1. Sekolah harus menyediakan kondisi kelas yang hangat, ramah , menerima keaneka- ragaman dan menghargai perbedaan. 2. Sekolah harus siap mengelola kelas yang heterogen dengan menerapkan kurikulum dan pembelajaran yang bersifat individual 3. Guru harus menerapkan pembelajaran yang interaktif. 4. Guru dituntut melakukan kolaborasi dengan profesi atau sumberdaya lain dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 5. Guru dituntut melibatkan orang tua secara bermakna dalam proses pendidikan. Secara umum manfaat pendidikan inklusi adalah : a. Membangun kesadaran dan consensus pentingnya pendidikan inklusi sekaligus menghilangkan sikap dan nilai yang diskriminatif. b. Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah. c. Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran. d. Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak. Beberapa manfaat yang diperoleh dari pelaksaan pendidikan inklusi adalah: A. Bagi Siswa 1. sejak dini siswa memiliki pemahamanyang baik terhadap perbedaan dan keberagaman. 2. munculnya sikap empati pada siswa secara alamiah. 3. munculnya budaya saling menghargai dan menghormati antar siswa. 4. menurunkan terjadinya stigma dan labeling kepada semua anak, khusunya pada anak berkebutuhan khusus dan penyandang cacat. 5. timbulnya budaya kooperatif dan kolaboratif pada siswa sehingga memungkinkan adanya saling bantu antar satu dengan yang lainnya. B. Bagi Guru 1. lebih tertantang untuk mengembangkan berbagai metode pembelajaran 2. bertambahnya kemampuan dan pengetahuan guru tentang keberagaman siswa termasuk keunikan, karakteristik, dan sekaligus kebutuhannya. 3. Terjalinnya komunikasi dan kerja sama dalam kemitraan antar guru dan guru ahli bidang lain. 4. menumbuhkembangkan sikap empati guru terhadao siswa termasuk siswa penyandang cacat / siswa berkebutuhan khusus. C. Bagi Sekolah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi program wajib belajar. 1. memberikan peluang terjadinya pemerataan pendidikan bagi semua kelompok masyarakat. 2. menggunakan biaya yang relatif lebih efisien. 3. mengakomodasi kebutuhan masyarakat. 4. meningkatkan kualitas layanan pendidikan.
Problematika sekolah-sekolah penyelenggara pendidikan inklusi di Indonesia
diantaranya: 1. Masih minimnya pemahaman tentang pendidikan inklusi dan implikasinya sehingga implementasi sistem pendidikan inklusi belum optimal. 2. Masih adanya kebijakan sekolah penyelenggara pendidikan inklusi yang belum tepat dimana guru kelas tidak memiliki tanggung jawab pada kemajuan belajar peserta didik berkebutuhan khusus dan kurangnya koordinasi pihak sekolah dengan tenaga profesional, organisasi atau institusi terkait dalam mengimplementasi kebijakan sekolah tentang pendidikan inklusi. 3. Masih adanya kesulitan yang ditemui oleh para guru sekolah inklusi dalam merumuskan dan menerapkan kurikulum serta kurangnya koordinasi dalam proses pembelajaran pendidikan inklusi. 4. Masih minimnya kualitas guru pendidikan inklusi dimana guru masih belum sensitif dan proaktif terhadap permasalahan peserta didiknya. 5. Masih minimnya sistem dukungan dari beberapa pihak misalnya orang tua, sekolah khusus, tenaga ahli, dan pemerintah ditambah masih terbatasnya fasilitas sekolah yang menunjang pendidikan inklusi. Kelima hal tersebut yang menjadi problematika sekolah-sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi sehingga banyak sekolah yang belum siap untuk menerima anak-anak berkebutuhan khusus untuk sekolah di sekolahnya. Karena itu diperlukan adanya kesiapan sekolah di Indonesia dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi. Dengan adanya kesiapan yang lebih matang dalam menyelenggarakan pendidikan inklusi dapat menangkis segala problematika penyelenggaraan pendidikan inklusi di Indonesia. *