Universitas Jambi
ABSTRAK
Abstrak: Penyebutan "anak berkebutuhan khusus" oleh beberapa ahli merujuk pada individu
yang mengalami gangguan yang dapat teridentifikasi sejak usia dini. Istilah ini mencakup
berbagai keterbatasan dalam fungsi kognitif, fisik, dan emosional, seperti kesulitan belajar,
ADHD, retardasi mental, gangguan fisik, sensoris, bicara dan bahasa, autisme, serta gangguan
emosi dan perilaku. Beberapa istilah lain yang sering digunakan sebagai variasi dari kebutuhan
khusus antara lain disability, impairment, dan handicap. Arti masing-masing istilah menurut
World Health Organization (WHO) berkaitan dengan keterbatasan atau kehilangan kemampuan
dalam aktivitas atau fungsi, dan ketidakberuntungan individu yang disebabkan oleh keterbatasan
atau kehilangan tersebut.
Pendahuluan
Beberapa ahli menyebut istilah individu berkebutuhan khusus dengan sebutan anak
berkebutuhan khusus karena gangguan ini dapat teridentifikasi sejak usia dini dan banyak
dialami oleh anak-anak. Menurut santrock dalam Ni’matuzahroh dan Nurhamida (2016:1)
Individu berkebutuhan khusus (IBK) adalah seseorang atau anak yang memiliki keterbatasan
dalam fungsi kognitif, fisik maupun emosi yang meghalangi kemampuan individu untuk
berkembang baik yang terklasifikasi dalam kesulitan belajar, ADHD, retardasi mental, gangguan
fisik, Sensoris, Gangguan bicara dan bahasa, Autisme maupun gangguan emosi dan perilaku.
Mangunsong (2009) menyatakan bahwa individu berkebutuhan khusus adalah anak yang
menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal: ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan
Sensoris, fisik dan neuromaskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi,
maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas, sejauh mereka memerlukan modifikasi dari
tugas-tugas sekolah, metode belajar atau layanan terkait, yang ditujukan untuk mengembangkan
potensi atau kapasitas secara maksimal.
Omrod dalam Ni’matuzahroh dan Nurhamida (2016:2) mengatakan bahwa beberapa
siswa berkebutuhan khusus dapat tidak terlihat memiliki tanda-tanda hambatan fisik namun
mengalami hambatan kognitif yang mengganggu kemampuan mereka mempelajari materi
pelajaran atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan didalam kelas. Siswa tersebut
terklasifikasi mengalami kesulitan belajar, ADHD (Attention-deficit hyperactivity Disorder),
gangguan bicara dan komunikasi. Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari
kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan handicap. Menurut World Health
Organization (WHO), definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut: Disability yaitu
keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan
aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam batas normal, biasanya digunakan dalam
level individu. Impairment yaitu kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal psikologis, atau
struktur anatomi atau fungsinya, biasanya digunakan pada level organ. Handicap yaitu
ketidakberuntungan individu yang dihasilkan dari impairment atau disability yang membatasi
atau menghambat pemenuhan peran yang normal pada individu.
Menurut Desiningrum (2016:3) Jumlah anak berkebutuhan khusus (ABK) di Indonesia
dari tahun ke tahun terus meningkat. PBB memperkirakan bahwa paling sedikit ada 10 persen
anak usia sekolah yang memiliki kebutuhan khusus. Di Indonesia, jumlah anak usia sekolah,
yaitu 5 - 14 tahun, ada sebanyak 42,8 juta jiwa. Jika mengikuti perkiraan tersebut, maka
diperkirakan ada kurang lebih 4,2 juta anak Indonesia yang berkebutuhan khusus. Di Indonesia
belum ada data resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Menurut data terbaru jumlah anak
berkebutuhan khusus di Indonesia tercatat mencapai 1.544.184 anak, dengan 330.764 anak
(21,42 persen) berada dalam rentang usia 5-18 tahun. Dari jumlah tersebut, hanya 85.737 anak
berkebutuhan khusus yang bersekolah. Artinya, masih terdapat 245.027 anak berkebutuhan
khusus yang belum mengenyam pendidikan di sekolah, baik sekolah khusus ataupun sekolah
inklusi. Sedangkan dari asumsi PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa atau United Nations) yang
memperkirakan bahwa paling sedikit 10% anak usia sekolah menyandang kebutuhan khusus.
Jumlah anak berkebutuhan khusus pada tahun 2011 tercatat sebanyak 356.192 anak, namun yang
mendapat layanan baru 86.645 anak dan hingga tahun ini baru 105.185 anak, tahun 2012
pemerintah mentargetkan minimal 50% anak berkebutuhan khusus sudah terakomodir.
Dalam dunia pendidikan, kata luar biasa merupakan julukan atau sebutan bagi mereka
yang mempunyai kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan peyimpangan yang tidak
dialami oleh orang normal pada umumnya. Kelainan atau kekurangan yang dimiliki oleh mereka
yang disebut luar biasa dapat berupa kelainan dalam segi fisik, psikis, sosial dan moral. Anak
berkebutuhan khusus dikatakan sebagai anak yang memerlukan pendididkan dan layanan khusus
untuk mengembangkan potensi kemanusiaan mereka secara sempurna, karena dalam rangka
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari mereka, anak berkebutuhan khusus membutuhkan
bantuan layanan pendidikan, layanan sosial, layanan bimbingan dan konseling serta berbagai
jenis layanan lainnya yang bersifat khusus. Kondisi masyarakat saat ini masih banyak yang
belum terbuka dengan ABK. Permaslahan ini menunjukkan budaya masyarakat Indonesia yang
masih belum tumbuh menjadi budaya yang inklusif yang ramah dengan ABK Pandangan
masyarakat yang negative terhadap kelompok difabel juga menyebabkan kelompok tersebut sulit
untuk mendapatkan kedudukan, hak, kewajiban dan peran yang sama dengan masyarakat lainnya
di segala aspek kehidupan dan penghidupan.
Metode Pelaksanaan
Memberikan materi tentang anak berkebutuhan khusus dengan sumber data yang
diperoleh dari penelitian perpustakaan (library research). Sumber data sekunder dari penelitian
ini adalah jurnal-jurnal serta literatur-literatur kepustakaan yang dapat menunjang analisis atau
berkenaan dengan pembahasan. Setelah data terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik
analisis deksriptif yakni pemaparan secara konseptual berdasarkan hasil dari kajian pustaka.
Materi yang dijelaskan yaitu:
a. Klasifikasi dan karakteristik anak berkebutuhan khusus
b. Faktor penyebab gangguan pada anak berkebutuhan khusus
c. Memahami kebutuhan ABK dalam proses pembelajaran di kelas
Dari keempat kategori di atas, maka anak berbakat adalah mereka yang mempunyai
kemampuan-kemampuan yang unggul dalam segi intelektual, teknik, estetika, social,
fisik (Freemen), akademik, psikomotor dan psikososial.
e. Autisme
Menurut Pitaloka, Fakhiratunissa dan Ningrum (2022:38) Autisme yaitu gangguan
pada perkembangan neurobiologis yang kompleks dan berlangsung sepanjang hidup
seseorang. Autisme biasanya memiliki masalah dengan interaksi sosial dan
komunikasi, sehingga mereka mengalami kesulitan untuk berbicara, atau mereka
tidak fokus saat berkomunikasi. Terkadang penyitas autisme memiliki perilaku yang
harus mereka lakukan atau yang mereka lakukan berulang-ulang, contohnya
mengatakan kalimat yang sama berulang-ulang. Mereka terkadang juga menggunakan
isyarat atau dengan cara menujuk sesuatu objek untuk menggambarkan isi hati
mereka. Autisme juga terkadang memberikan respon yang berbeda jika mereka
sedang mengalami kesedihan bahkan bisa melukai dirinya sendiri. Ciri – ciri anak
autism yaitu memiliki gangguan sebagai berikut:
1. Gangguan dalam interaksi sosial
2. Gangguan dalam komunikasi
3. Pola perilaku, minat, dan kegiatan yang berulang
Akmad Fandi, dkk. 2021. Karakteristik dan Model Bimbinngan atau Pendidikan Islam bagi Tuna
Wicara. Jurnal Pendidikan dan Sains: Universitas Ahmad Dalan, Vol 01 (03).
https://ejournal.yasin-alsys.org/index.php/masaliq
Dermawan, Oki. 2019. Strategi Pembelajaran Khusus Bagi Anak Berkebutuhan Khusus di SLB.
(article online). Lampung: Institut Agama Islam Negeri Raden Intan
Desiningrum, D Ratri. 2016. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta: Psikosain
Freidman, Harvey, Youngwirth dan Goldstein. 2007. The Relation Between 3-Year-Old
Children's Skills and Their Hyperactivity, Inattention, and Aggression. Journal of
Educational Psychology, 2007,vol.99, No.3. 671-681.
Mangunsong, F. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jilid 1. Jakarta:
LPSP3UI
Modul Pembelajaran. 2010. Anak Berkebutuhan Khusus: Seri Bahan dan Media Pembelajaran
Kelompok Bermain
University Press
Nisa, Khairun, Mambela, S & Badiah, Lutfi Isni. 2018. Karakteristik dan Kebutuhan Anak
Berkebutuhan Khusus. Jurnal Abadimas Adi Buana: FKIP Universitas PGRI Adi
Buana Surabaya, Vol 02 (01).
Ni’matuzahroh dan Nurhamida, Y. 2016. Individu Berkebutuhan Khusus & Pendidikan Inklusif.
Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Ormrod, J.E. 2009. Psikologi Pendidikan. Membantu Siswa tumbuh dan berkembang. Jilid 1.
Jakarta: Erlangga
Pitaloka, Asyharinur AP, Fakhiratunissa, SA & Ningrum, Tika Kusuma. 2022. Konsep Dasar
Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Pendidikan dan Sains: Universitas Ahmad Dalan,
Vol 02 (01). https://ejournal.yasin-alsys.org/index.php/masaliq
Pratiwi, MM Shinta. 2011. Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus. Semarang: Semarang
World Health Organization. 2023. Special Need Children (Disability). Available from:
https://www.who.int/health-topics/disability#tab=tab_1