Anda di halaman 1dari 7

A.

Secara singkat dapat dikatakan interaksi obat terjadi jika suatu obat

mengubah efek obat lainnya. Kerja obat yang diubah dapat menjadi lebih

atau kurang aktif (Harkness, 1989).

Kesimpulan : interaksi obat dengan obat lain, makanan, minuman, obat

tradisional atau zat kimia lainnya yang dapat mempengaruhi efek dari obat

baik meningkatkan atau menurunkan efek dari obat tersebut.

B. Mekanisme interaksi obat secara garis besar yaitu :

1. Interaksi farmaseutik

2. Interaksi farmakokinetik

3. Interaksi farmakodinamik

1) Interaksi obat terhadap farmaseutik

Inkompatibilitas ini terjadi diluar tubuh (sebelum obat diberikan)

antara obat yang tidak dapat dicampur. Pencampuran obat demikian

menyebabkan terjadinya interaksi langsung secara fisik atau kimiawi,

yang hasilnya mungkin terlihat sebagai pembentukan endapan,

perubahan warna lain-lain atau mungkin juga tidak terlihat. Interaksi ini

biasanya tidak terlihat. Interaksi ini biasanya berakibat inaktivasi obat.

Kesimpulan : interaksi farmaseutik ini terjadi diluar tubuh dimana

interaksi yang terjad yaitu pada saat pembuatan atau pencampuran obat

yang salah satu bahannya mengalami perubahan bercampur dengan

obat yang lainnya.

Contohnya : Penicillin G jika dicampur dengan vitamin C akan terjadi

endapan penicillin.
2). Interaksi farmakokinetik

Interaksi farmakokinetik terjadi salah satu obat mempengaruhi

absorbsi, distribusi, metabolisme, dan eksresi kedua obat, sehingga kadar

plasma obat kedua meningkat atau menurun. Akibatnya, terjadi

peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat tersebut. Interaksi

farmakokinetik tidak dapat diekspolasikan ke obat lain yang segolongan

dengan obat yang berinteraksi, sekalipun struktur kimianya mirip, karena

antar obat terdapat fariasi sifat-sifat fisikokimia yang menyebabkan variasi

sifat-sifat farmakokinetiknya.

a. Interaksi obat dalam absorbsi

Interaksi langsung secara fisik atau kimiawi antar obat dalam

lumen saluran cerna sebelum absorbsi dapat mengganggu proses

absorbsi. Interaksi ini dapat dihindarkan atau sangat dikurangi jika obat

yang berinteraksi diberikan dengan jarak waktu minimal 2 jam

(Ganiswara, 2007).

Kesimpulan : proses interaksi obat yang terjadi didalam saluran

pencernaan atau gastrointestinal yang mengakibatkan efek obatnya

hilang.

Contohnya : Obat tetrasiklin dengan antasida, yang dimana dari

kandungan antasida tersebut jika bercampur dengan kandungan yang

ada didalam tetrasiklin maka obat tersebut akan membentuk helat

sehingga efek dari penyerapan tetrasiklin berkurang atau hilang.

b. Interaksi dalam distribusi


Banyak obat terikat pada proten plasma, obat yang bersifat asam

terutama pada albumin, sedangkan obat yang bersifat basa pada

asam α1-glikoprotein. Oleh karena jumlah protein plasma terbatas,

maka terjadi kompetisi antara obat-obat yang bersifat basa untuk

berikatan dengan protein yang sama. Tergantung dari kadar obat dan

afinitasnya terhadap protein plasma, maka suatu obat dapat digeser

dari ikatannya dengan protein plasma oleh obat lain, dan peningkatan

kadar obat bebas menimbulkan peningkatan efek farmakologinya.

Akan tetapi keadaan ini hanya berlangsung sementara karena

peningkatan kadar obat bebas juga meingkatkan eliminasinya

sehingga akhirnya tercapai keadaan mantap yang baru di mana kadar

obat total menurun tetapi kadar obat bebas kembali seperti

sebelumnya (mekanisme kompensasi) (Ganiswara, 2007).

Kesimpulan : dalam proses distribusi interaksi obat, yang harus

diperhatikan yaitu semua obat yang memiliki ikatan protein yang tinggi,

jika diberikan dengan obat yang memilki ikatan protein yang rendah

dan efek terapinya sempit. Ikatan protein berfungsi untuk melepaskan

obat perlahan-lahan dalam tubuh.

Contoh : obat aspirin dengan fenitoin yang dapat meningkatkan

efek toxic dari fenitoin.

c. Interaksi dalam metabolisme

Hambatan metabolisme terutama menyangkut obat-obat yang

merupakan substrat enzim metabolisme sitokrom P450 (CYP) dalam

mikrosom hati. Dalam Bab I di Bagian Farmakokinetik telah disebutkan


adanya 6 isoenzim CYP yang penting untuk metabolisme obat. Tiap

isoenzim tersebut mempunyai substrat dan penghambatnya masing-

masing. Pemberian bersama salah satu substrat dengan salah satu

penghambat enzim yang sama akan meningkatkan kadar plasma

substrat sehingga meningkatkan efek atau toksisitasnya(Ganiswara,

2007).

Kesimpulan : proses metabolisme tempatnya dihati, dimna

terdapat enzim P450 yang dimna dalam proses ini yang harus

diperhatikan enzim P450 dan yang menginduksi dan menghinibisi

enzim P450.

Contoh : obat kontrasepsi (KB) dengan rifampisin yang akan

mengakibatkan kegagalan kontrasepsi. Contoh obat lainnya simetidin

dengan digoxin akan meningkatkan efek dari obat digoxin karena

adanya obat yang menghambat enzim maka obat digoxin tidak

dimetabolisme dihati sehingga menyebabkan peningkatan dari efek

obat digoxin.

d. Eliminasi

Obat-obat yang dapat menyebabkan kerusakan ginjal adalah

aminoglikosida, siklosporin dan amfoterisin B. Jika obat-obat ini

diberikan bersama obat-obat lain yang eliminasinya terutama melalui

ginjal maka akan terjadi akumulasi obat-obat lain tersebut sehingga

menimbulkan efek toksik (Ganiswara, 2007).


Kesimpulan : Dalam proses eliminasi merupakan proses

keluarnya obat dari dalam ginjalya yang berupa urin, feses, atau

keringat.

Contoh : obat penicillin dengan probenedid yang mengakibatkan

peningkatan efek dari penicillin.

3). Interaksi Farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja

pada sistem reseptor, tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama

sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik atau antagonistik, tanpa terjadi

perubahan kadar obat dalam plasma (Ganiswara, 2007).

Kesimpulan : farmakodinamik terbagi atas dua yaitu, antagonis dan

sinergis. Dimana sinergis terbagi lagi atas dua yaitu adisi dan potensiasi.

Sinergis merupakan interaksi obat yang apabila efek kombinasi

meningkat daripada penjumlahan masing-masing obat.

1. Adisi merupakan interaksi obat yang apabila efek kombinasi sama

dengan jumlah masing-masing efek obat, misalnya parasetamol

dengan asam mefenamat.

2. Potensiasi merupakan interaksi yang apabila efek kombinasi diberikan

bersamaan akan meningkatkan salah satu obat 2x lipatnya dari efek

awal. Contohnya : amoxicilin dengan asam clavulanat.

Antagonis merupakan interaksi yang apabila salah satu obat

mempengaruhi efek obat lain (efek netralisasi, penurunan atau respon

efek menjadi hilang). Contoh : antagonis yaitu vitamin k + antikoagulan,

dimana interkasi obat vitamin k mengalami siklus oksidasi dan reduksi


dihati, maka antikoagulan dapat mencegah reduksi vitamin k, sehingga

pembekuan darah dari antikoagulan terganggu disebabkan obat vitamin k.

Dan obat fenobarbital dengan kaefein yang menyebabkan penurunan efek

dari fenobarbital.
DAFTAR PUSTAKA

Baxter, Karen, 2008, “Stockley’s drug Interactions”. Pharmaceutical Press :


London.

Ganiswarna, Sulistia, 2007, “Farmakologi dan Terapi Edisi V”. Departemen


Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran UI : Jakarta.

Harkness, Richard, 1989, “Interaksi Obat”. ITB-Press : Bandung.

Anda mungkin juga menyukai