Anda di halaman 1dari 12

PENGUNDANGAN DAN PENYEBARLUASAN PERUNDANG-UNDANGAN

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Contract Drafting
Dosen Pengampu : Sari Nurhidayati S.H., M.Kn.

Disusun Oleh :

Parid 330200200137

Fijai Muhammad R 33020200188

PROGRAM STUDI

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SALATIGA

TAHUN 2023
I
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Contract
Drafting dalam membuat makalah yang berjudul “Tata Susunan Norma-norma
Hukum Negara RI” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Contract Drafting
yang di bimbing oleh Ibu Sari Nurhidayati S.H., M.Kn. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi pembaca dan juga bagi penulis
tentang Tata Susunan Norma-norma Hukum Negara RI

Semoga dengan adanya makalah ini, dapat memberikan manfaat dengan


menambah wawasan bagi penulis maupun pembaca. Kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penggunaan kata-kata yang kurang berkenan. Kami
sangat berharap tersedianya mengenai kritik dan saran sebagai pembuat dalam
makalah ini untuk kedepannya. Terima kasih.

Salatiga, 18 Oktober 2023

Penyusun

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................1
C. Tujuan Masalah...............................................................................................1
BAB II.................................................................................................................2
PEMBAHASAN.................................................................................................2
A. Pengertian dan Kedudukan Tata Susunan Norma Hukum RI........................2
B. Fungsi dari Tata Susunan Norma Hukum RI..................................................3
C. Sejarah Norma Hukum Di Indonesia.............................................................4
BAB III................................................................................................................7
PENUTUP...........................................................................................................7
A. Kesimpulan....................................................................................................7
B. Saran...............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................8

II
I
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat


norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang
ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan. Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan adalah pembuatan peraturan Peraturan Perundang-
undangan yang mencakup tahapan penyusunan, pembahasan, pengesahan
atau penetapan dan perencanaan, pengundangan

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengundangan dan penyebarluasan perundang-
undangan?
2. Bagaimana proses pengundangan dan penyebarluasan perundang-
undangan?
3. Bagaimana Sejarah Norma Hukum Di Indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian dan Kedudukan Tata Susunan
Norma Hukunm RI
2. Untuk Mengetahui Fungsi dari Tata Susunan Norma Hukum RI
3. Untuk Mengetahui Sejarah Norma Hukum Di Indonesia

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengesahan Perundang-undangan
Setelah suatu rancangan undang-undang itu dibahas, tahap
selanjutnya adalah pengesahan. Dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Pengundangan, dan
Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan disebutkan:
Bagian Kesatu:
Pengesahan dan Pengundangan Undang-Undang
Pasal 2
1) Rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan Presiden, disampaikan oleh Pimpinan Dewan
Perwakilan Rakyat kepada Presiden untuk disahkan menjadi
Undang-Undang.
2) Penyampaian rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 7 (tujuh)
hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama.
Pasal 3
Menteri Sekretaris Negara melakukan penyiapan naskah rancangan
undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) guna
disahkan oleh Presiden.
Pasal 4

1) Naskah rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 3 disahkan oleh Presiden untuk menjadi undang-undang
dengan membubuhkan tanda tangan.

2) Penandatanganan oleh Presiden sebagaimana dimaksud dalam ayat


(1) dilakukan dalam jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak rancangan undang-undang tersebut disetujui bersama
oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan Presiden.

3) Naskah undang-undang yang telah disahkan oleh Presiden


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibubuhi nomor dan tahun oleh

2
Menteri Sekretaris Negara, dan selanjutnya disampaikan kepada
Menteri untuk diundangkan.
Suatu peraturan perundang-undangan yang sudah disahkan atau
ditetapkan baru dapat berlaku mengikat umum apabila peraturan perundang-
undangan tersebut diundangkan dalam Lembaran Negara atau diumumkan
dalam suatu Berita Negara.
Tahap Pengundangan sangatlah penting bagi sebuah peraturan
perundang-undangan, karena dengan adanya pengundangan ini sebuah
peraturan perundang-undangan mempunyai daya ikat atau kekuatan hukum
tetap dan dapat dilaksanakan. Landasan bagi perlunya suatu pengundangan
adalah teori fictie hukum: een ieder wordt geacth de wet te kennen (setiap
orang dianggap mengetahui undang-undang) atau ignoratia iuris neminen
excusat/ignorance of the low (ketidaktahuan seseorang terhadap undang-
undang tidak dimaafkan), ialah karena undang-undang dibentuk oleh wakil-
wakil rakyat, maka rakyat dianggap mengetahui undang-undang.
Pengundangan adalah penempatan peraturan perundang-undangan
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita
Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah, atau Berita Daerah. Istilah
Pengundangan atau Afkondiging atau Promulgation dapat berarti
juga Publicate atau Publication. Yang di maksud pengundangan di sini ialah
pemberitahuan secara formal suatu peraturan Negara dengan
penempatannya dalam suatu penerbitan resmi yang khusus untuk maksud itu
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dengan pengundangan, maka:

a) Peraturan negara itu telah memenuhi prinsip pemberitahuan formal;

b) Peraturan negara itu telah memenuhi ketentuan sebagai peraturan


negara;

c) Prosedur pembentukan yang disyaratkan bagi peraturan negara itu sudah


dicukupi;

d) Peraturan negara itu sudah dapat dikenali (kenbaar) sehingga dengan


demikian peraturan negara tersebut mempunyai kekuatan mengikat.
Tujuan pengundangan:

3
a) Agar secara formal setiap orang dapat dianggap mengenali peraturan
negara;

b) Agar tidak seorangpun berdalih tidak mengetahuinya;

c) Agar ketidaktahuan seseorang akan peraturan hukum tersebut tidak


memaafkannya.
Tujuan pengumuman adalah agar secara material sebanyak
mungkin khalayak ramai mengetahui peraturan Negara tersebut dan
memahami isi serta maksud yang terkandung di dalamnya.
Dalam sejarah perundang-undangan negara RI peralihan
istilah “pengumuman” ke “pengundangan” terjadi pada sekitar beralihnya
negara RIS dengan konstitusi RIS kepada negara Indonesia kesatuan dengan
UU Dasar Sementara 1950. Lembaran negara tahun 1950 No. 62 yang
memuat PP No. 24 tahun 1950 yang ditetapkan tanggal 14 Agustus 1950
dan diundangkan tanggal 16 Agustus 1950 oleh Menteri Kehakiman
Lembaran Negara tahun 1950 No. 63 yang memuat UU Darurat No. 31
tahun 1950 yang ditetapkan tanggal 23 Agustus 1950 dan diundangkan
tanggal 25 Agustus 1950 oleh menteri Kehakiman yang sama Supomo,
sudah menggunakan istilah diundangkan. Perubahan istilah tersebut sudah
berlaku sampai sekarang.
Begitu juga dengan berlakunya UU No 10 tahun 2004 maka juga
menggunakan istilah diundangkan dan pelaksanaan pengundangan beralih
dari Menteri Sekretaris Negara menjadi Menteri yang bertugas dibidang
perundang-undangan dan tidak ada lagi mengenal istilah pengumuman.
Peraturan Negara akan mengikat jika pengundangan dilakukan
dengan baik. Apabila Negara dengan pengundangan peraturan-peraturannya
dapat mengikat rakyatnya, maka sudah sewajarnya apabila negara juga
berkewajiban memberitahukan secara material peraturan-peraturannya
kepada rakyatnya dengan pengumumannya. Prinsip Negara yang
berdasarkan atas hukum yang modern menentukan bahwa Negara
berkewajiban mengurusi kepentingan ekonomi rakyat, dan mengurusi
kepentingan budaya serta sosialnya.

B. Tempat Pengundangan dan Jenis Peraturan yang Diundangkan


4
Dalam Peraturan Pemerintah No. 1 Th. 1945 tentang Pengumuman
dan Mulai Berlakunya Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah
ditetapkan bahwa pengumuman suatu Undang-Undang dan Peraturan
Presiden dilakukan dengan menempelkannya di papan pengumuman di
muka gedung Komite Nasional Pusat. Selain itu, jikalau diperlukan supaya
penduduk selekas mungkin mengetahuinya, maka pengumuman itu
disiarkan dengan perantara surat kabar atau media informasi lainnya.
Sementara itu, dalam Undang-Undang Darurat No 2 Th 1950 tentang
Penerbitan Lembaran Negara Republik Indonesia Serikat dan Berita Negara
Republik Indonesia Berlakunya Undang-Undang federal dan Peraturan
Pemerintah, serta penetapan Undang-Undang sebagai Undang-Undang
Federal (Lembaran Negara Th. 1950 No 23) menetapkan bahwa Undang-
Undang Federal serta Peraturan Pemerintah dimuat dalam Lembaran
Negara, sedangkan peraturan mengenai hal-hal yang dengan Undang-
Undang Federal atau dengan Peraturan Pemerintah diserahkan kapada alat
kelengkapan Republik Indonesia Serikat lain, dan juga surat-surat lain yang
harus atau pun dianggap perlu atau berguna disiarkan dalam Berita Negara.
C. Pengundangan Menurut Undang-Undang No 10 Tahun 2004

Masalah pengundangan peraturan perundang-undangan diatur dalam

Undang-Undang No.10 Th 2004 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan, khususnya bab IX tentang Pengundangan dan

Penyebarluasan.

Dalam pasal 45 Undang-Undang No. 10 Th 2004 dinyatakan bahwa,

agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Perundang-Undangan harus

diundangkan dengan menempatkannya dalam:

a) Lembaran Negara Republik Indonesia;

b) Berita Negara Republik Indonesia;

c) Lembaran Daerah;

d) Berita Daerah.

Penjelasan pasal 45, menyatakan bahwa dengan mengundangkannya

peraturan perundang-undangan dalam lembaran resmi sebagai mana

dimaksud dalam ketentuan ini maka setiap orang dianggap telah


5
mengetahuinya. Mengenai jenis peraturan perundang-undangan yang harus

diundangkan, pasal 46 Undang-Undang No. 10 Th 2004 menetapkan bahwa:

a) Peraturan Perundang-Undangan yang diundangkan dalam Lembaran

Negara Republik Indonesia, meliputi:

1. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang;

2. Peraturan Pemerintah;

3. Peraturan Peresiden meliputi;

b) Pengesahan perjanjian antara Negara Indonesia dan Negara lain atau

badan hukum International;

c) Pernyataan keadaan budaya;

d) Peraturan perundang-undangan lain menurut Peraturan Perundang-

Undangan yang berlaku harus diundangkan dalam Lembaga Negara

Republik Indonesia;

e) Peraturan Perundang-Undangan lain yang menurut peraturan-peraturan

yang berlaku harus diundangkan yang harus diundangkan dalam Berita

Republik Indonesia.

D. Hubungan Antara Pengundangan dan Daya Ikat

Dengan adanya pengundangan bagi suatu Peraturan perundang-

undangan, yaitu dengan penempatannya di dalam Lampiran Negara

Republik Indonesia, maka peraturan perundang-undangan tersebut dianggap

mempunyai daya laku serta daya ikat bagi setiap orang.

6
Sehubungan dengan itu daya ikat ada 3 macam:

a. Berlaku pada tanggal diundangkan

Apabila di dalam suatu peraturan dinyatakan berlaku pada tanggal

diundangkan, maka dalam hal ini peraturan tersebut mempunyai daya ikat

pada tanggal yang sama dengan tanggal pengundangannya.

b. Berlaku beberapa waktu setelah diundangkan

Apabila di dalam suatu peraturan dinyatakan berlaku beberapa waktu

setelah diundangkan, maka hal ini peraturan tersebut mempunyai waktu

daya laku pada tanggal yang telah ditentukan tersebut.

c. Berlaku pada tanggal diundangkan dan berlaku surut sampai tanggal yang

tertentu

Apabila suatu peraturan ditentukan demikian, maka hal ini berarti

bahwa peraturan tersebut mempunyai daya laku sejak tanggal diundangkan,

akan tetapi dalam hal-hal tertentu ia mempunyai daya ikat yang berlaku

surut sampai tanggal yang ditetapkan tadi. Apabila suatu peraturan tersebut

dinyatakan berlaku surut, maka ketentuan saat/waktu berlaku surutnya

peraturan tersebut harus dinyatakan secara tepat/pasti.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Norma adalah aturan yang ditaati seseorang dengan orang lain atau dengan
lingkungannya. Istilah norma berasal dari bahasa Belanda, yang berarti pedoman
atau Dalam proses perkembangannya, norma itu ibarat acuan bagi seseorang.
berperilaku dalam masyarakat. Pada hakikatnya norma adalah suatu peraturan
yang ditaati oleh setiap orang. Istilah hukum Indonesia sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari untuk menyebut sistem standar yang berlaku di Indonesia.
Menurut Adolf Merkl, suatu norma hukum ke atas sumbernya dan berdasarkan
pada norma yang terletak darinya, namun ke bawah, juga merupakan dasar norma
hukum yang terletak di tempat tersebut. suatu cara dimana suatu norma hukum
mempunyai jangka waktu relatif . Sebab lamanya berlakunya suatu norma hukum
dari norma hukum yang berada di atasnya.

B. Saran

8
DAFTAR PUSTAKA

Hardi Fardiansyah dkk. (2023). Pengantar Ilmu Hukum. Bali : Intelektual


Manifes Media.

Maria Farida. (2006) . IImu Perundang -Undangan Dasar-Dasar dan


Pembentukannya. Yogyakarta: Kanikus. 6.

Maria Farida Indrati s. (2007) Ilmu Perundang-undangan: Jenis, Fungsi,


dan Materi Muatan (Buku 1), Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Kanisius.
57.

Muhammad Fikri Hanafi, Sunny Ummul Firdaus. ( 2022). Implementasi


Teori Hans Nawiasky dalam Peraturan Perundang-undangan di
Indonesia. Jurnal Demokrasi dan Ketahanan Nasional. Jilid 1, No, 1,
81.

Purnadi Purbacaraka. Soerjono Soekanto. ( 1993 ). Perundang-Undangan


dan Yurisprudensi, cetakan ke 4.Bandung: Citra Adytia Bakti. 42.

Resi Anisa, Wendi Maulan, Windy Nur Fitriani. (2021) Tata Susunan
Norma Hukum. Jurnal UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 1-2.

Anda mungkin juga menyukai