Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK HUKUM ILMU

PERUNDANG-UNDANGAN
Bentuk Undang-Undang atau Teknik/Kerangka
Penyususnan Undang-Undang

Disusun Oleh Kelompok V :

Budi Hartono (201910115008)


R. Achmad Baiquni (201910115137)
Kartika Gusmawati (201910115114)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Bentuk Undang-Undang atau Teknik/Kerangka Penyususnan Undang-
Undang” dengan tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah Hukum Ilmu Perundang-Undang. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan
juga kami.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Indra Lorenly Nainggolan,


SH,.MH selaku dosen dalam mata kuliah Hukum Ilmu Perundang-Undang yang
telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI……………………..…………………………………………………
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………………….
BAB 2 PEMBAHASAN……………………………………………………………
A. KERANGKA ATAU BENTUK LUAR PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
B. KERANGKA (KENVORM) PERATURAN PERUNDANG-UNDANG
C. TEKNIK PENYUSUNAN DAN KERANGKA PERATURAN
PERUNDANG-UNDANG

BAB 3 PENUTUP…………………………………………………………………..

KESIMPULAN……………………………………………………………………..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………....

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Proses pembentukan UU menurut UU No. 12 Tahun 2011 tahap pertama


Perencanaan undang-undang yang diawali dari RUU yang dapat berasal dari DPR,
Presiden dan DPD RUU tertentu, setiap RUU yang diajukan harus dilengkapi
dengan naskah akademik RUU, dalam tahap penyusunan RUU, DPR dalam rapat
paripurna memutuskan RUU tersebut berupa persetujuan, persetujuan dengan
perubahan, atau penolakan, selanjutnya RUU dibahas dalam dua tingkat
pembicaraan.

Pembicaraan tingkat I pembahasan RUU harus melibatkan DPD sejak


memulai pembahasan pada tingkat I oleh komisi atau panitia khusus DPR, yaitu
sejak menyampaikan pengantar musyawarah, mengajukan, dan membahas Daftar
Inventaris Masalah (DIM) serta menyampaikan pendapat mini sebagai tahap akhir
dalam pembahasan di Tingkat I. Kemudian DPD menyampaikan pendapat pada
pembahasan Tingkat II dalam rapat paripurna DPR sampai dengan sebelum tahap
persetujuan karena hanya DPR dan Presiden lah yang memiliki hak memberi
persetujuan atas semua RUU.

Dalam hal persetujuan tidak dapat dicapai secara musyawarah untuk


mufakat, pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak. RUU
yang telah mendapat persetujuan bersama DPR dengan Presiden diserahkan
kepada Presiden untuk dibubuhkan tanda tangan, ditambahkan kalimat
pengesahan, serta diundangkan dalam lembaran Negara Republik Indonesia.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KERANGKA ATAU BENTUK LUAR PERATURAN PERUNDANG-


UNDANGAN
Undang-undang No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan perundang-
undang secara tegas menetapkan dalam pasal 44 bahwa, Teknik Penyusunan
peraturan perundang-undang tersebut, yang berlaku untuk penyusunan peraturan
perundang-undang ditingkat pusat, maupun ditingkat daerah. Secara keseluruhan
pasal 44 dirumuskan sebagai berikut;
Pasal 44
1. Penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dilakukan sesuai
dengan teknik penyusunan peraturan perundang-undang.
2. Ketentuan yang mengenai teknik penyusunan peraturan perundang-
undangan sebagimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam lampiran
yang tidak terpisah dari undang-undang ini
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai perubahan terhadap teknik penyusunan
peraturan perundang-undangan sebagimana di maksud pada ayat (2) diatur
PERATURAN PRESIDEN .

B. KERANGKA (KENVORM) PERATURAN PERUNDANG-UNDANG


Setiap perturan perundang-undangan dapat di kenali dengan melihat pada
kerangka (bentuk luar, Kenvorm) peraturan perundang-undangan tersebut,
yang secara garis besar terdiri atas :
1. JUDUL
2. PEMBUKAAN
a) Frase dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
Frase DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
yang dituliskan dengan huruf kapital dan diletakan pada
pembukuan sutu peraturan perundang-undangan member suatu
cerminan bahwa rumusan dalam peraturan perundang-
undangan yang dibentuk tersebut mengalir atau dipenuhi oleh
rahmat Tuhan Yang Maha Esa.

5
b) Jabatan peraturan perundang-undang
Penyebutan terhadap lembaga Negara atau pejabat yang
berwenag untuk mengesahakan atau menetapkan peraturan
perundang-undangan tersebut misalnya Presiden Republik
Indonesia untuk pembukaan undang-undang, peraturan
pemerintah pengganti (PERPU).
c) Konsiderans “Menimbang”
Alasan-alasan atau pertimbangan mengapa peraturan
perundang-undangan tersebut perlu dibentuk. Dalam konsidensi
dimuat hal-hal pokok pikiran kostantansi fakta-fakta urgensi
secara singkat, oleh karena konsiderans tersebut dilakukan
rumusan atau kalimat yang singkat, perundang-undangan yg
lebih luas dalam penjelasan umum diperaturan perundang-
undang tersebut.
d) Dasar Hukum “Mengingat”
Dasar hukum suatu peraturan perundang-undang merupakan
landasan yang bersifat yuridis bagi pembentukan perundang-
undang tersebut.
e) Diktum
Menyebutkan penilisan nama dari peraturan perundang-undang
yg dibentuk, dan nama tersebut disesuikan dengan nama yang
tertulis dalam judul peraturan perundang-undangan.
3. BATANG TUBUH
a) Ketentuan umum
b) Materi pokok yang diatur
c) Ketentuan pidana (jika diperlukan)
d) Ketentuanan peralihan (jika diperlukan)
e) Ketentuan penutup
4. PENUTUP
5. PENJELASAN (jika diperlukan)
6. LAMPIRAN (jika diperlukan)
1) JUDUL

6
Judul suatu peraturan perundang-undang adalah uraian singkat
tentang isi peraturan perundang-undang, yang didahului dengan
menyebut jenis, nomor dan tahun pengundangan atau
penetapan, serta kalimat singkat yang mencerminkan nama dari
peraturan Perundang-undang yang bersangkutan.
2) PEMBUKAAN
Pembukaan (aanhef) suatu peraturan Perundang-undangan
terdiri atas Frase “Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa”,
Jabatan pembentuk peraturan perundang-undangan,
konsiderans “Menimbang” dari dasar hukum pembentukan
“Mengingat”, serta dictum.
3) BATANG TUBUH
Batang tubuh suatu peraturan perundang-undangan mebuat
rumusan-rumusan yang merupakan subtansi dari peraturan
perundang-undangan . tubung perturan perundang-undangan
dirumuskan dalam kalimat ynag Normatif, atau rumusan lainya
yang memuat tentang :
a) Aturan tingkah laku (gerdragsnormen), yang berupa:
- Perintah (gebod)
- Larangan (verbod)
- Pengijinan (toestemming) dan
- Pembebasan (vrystelling)
b) Ketentuan tentang kewenangan
c) Ketentuang penetapan terdiri atas :
- Berwenang ( bevoegdheid)
- Tidak berwenang (onbevoegdheid) dan
- Boleh tetapi tidak harus (vrystelling)

4) PENUTUP
Penutup suatu Peraturan Perundang-undangan merupakan
bagian akhir dari suatui peraturan perundang-undangan yang
terdiri atas :

7
a) Rumusan pemerintah mengundang dan penetapan
peraturan perundang-undangan dalam Lembaga Negara
Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia,
Lembaga Daerah, atau Berita Daerah.
b) Penandatanganan, Pengesahan atau Penetapan
Peraturan Perundang-undang
c) Pengundangan peraturan perundang-undang dan
d) Akhir bagian penutup
5) PENJELASAN (jika diperlukan)
Pada dasarnya setiap undang-undang memerlukan penjelasan,
sedangkan peraturan perundag-undangan lainya dibawah
undang-undang dapat memuat penjelasan jika di perlukan.
6) LAMPIRAN ( Jika diperlukan)
Dalam undang-undang atau peraturan perundang-undang lainya
kadang-kadang diperlukan lampiran. Lampiran dapat berupa
suatu gambar/ lambing, peta lokasi, garafuk atau suatu sistem
penghitungan yang merupakan suatu kesatuan yang tak
dipisahkan dengan undang-undang atau peraturan perundang-
undang lainya.
C. TEKNIK PENYUSUNAN DAN KERANGKA PERATURAN
PERUNDANG-UNDANG
Dalam pembentukan peraturan perundang-undang diperlukan pengetahuan
tentang teknik penyusunan dan kerangka peraturan perundang-undang,
sehingga dapat keragaman dalam hal bentuk atau format peraturan
perundang-undang baik peraturan undang-undang di tingkat Pusat maupun
tingkat Daera. Lampiran yg tdk terpisah dari Pasal 44 Undang-Undang No.
10 Th 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yg
merupakan pedoman untuk menyusun peraturan perundang-undangan.
 JUDUL
Dari yang sudah kita ketahui judul adalah (uraian singkat peny.),
keterangan Nomor,Jenis,tahun pengundangan atau penetapan dan
nama peraturan perundang-undangan. Dibuat secara singkat

8
mungkin, judul dituliskan Hurufkafital letak tengah marjin tanpa di
akhiri tanda baca. Contoh :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR. 15 TAHUN 2002
TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN UANG
- Ada juga perubahan frase PERUBAHAN ATAS (di-
peny.). contoh undang-undang yg di ubah. Contoh :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR. 25 TAHUN 2002
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG
NOMOR. 15 TAHUN 2002
TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN UANG
- Jika peraturan perundang-undangan telah diubah lebih dari 1 (satu)
kali di antara perubahan dan kata atas disisipkan keterangan
berpahan kali perubahan undang-undang tersebut.
- Jika peraturan perundang-undangan pencabutan disisipkan kata
Pencabutan di depan nama Peraturan Perundang-undangan.
- Pada peraturan perundang-undangan pemerintah penggsnti
undang-undang di tambahkan kata penetapan didepan nama
(Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang – Peny) yang
ditetapkan di akhiri dengan frase menjadi Undang-undang
- Pengengesahan perjanjian atau persetujuan Internasional, kata
Pengesahan didepan nama perjanjian atau persetujuan
internasional yang akan di sahkan
- Bahasa Indonesia digunakan sebagai Teks Resmi nama perjanjian
atau persetujuan yang diikuti teks resmi bahasa asing yang di tulis
dengan huruf cetak miring dan diletakan diantara tanda baca
kurang.
 PEMBUKAAN
Pembukaan suatu perundang-undang terdiri dari frase DENGAN
RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, jabatan pembentukan

9
peraturan perundang-undang, Konsiderans, Dasar Hukum, Diktum.
Pada tiap jenis peraturan perundang-undang sebelum nama jabatan
pembentukan peraturan perundang-undang dicantumkan frase
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA dengan huruf
capital yang telakan ditengah Marjin.
Contoh:
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
(catatan penyusunan: lembaga peraturan pembentukan perundang-
undangan adalah lembaga Negara atau lembaga pemerintah yang
berwenang membentuk, mengesahkan atau menetapkan peraturan
perundang-undangan)

 BATANG TUBUH
Memuat semua subtansi Peraturan Perundang-undangan yang
dirumuskan pada pasal-pasal, pada umumnya subtansi
dikelompokan ked ala :
- Ketentuan umum :
a) Batas pengertian atau definisi
b) Singkatan atau akronim yang digunakan dalam
peraturan
c) Hai-hal yang bersifat umumyang berlak bagi pasal
berikutnya antara lain ketentuan yang
mencerminkan asas maksud dan tujuan.
- Materi pokok yang di atur :
Ditetapkan langsung setelah bab ketentuan umum, dan jika
tidak ada pengelompokan bab, materi pokok yang diatur di
letakan setelah pasal (pasal) ketentuan umum.
- Ketentuan pidana
Memuat rumusan yang menyatakan Penjatuhan Pidana atas
pelanggaran terhadap ketentuan yang berisi norma larangan
atau perintah.

10
- Ketentuan peralihan
Penyesuaian terhadapat perturan perundang-undangan yang
sudah ada pada saat peraturan perundang-undangan baru
mulai berlaku, agar peraturan perundang-undangan tersebut
dapat berjalan lancer dan tidak menimbulkan permasalahan
hukum.
- Ketentuan penutup
a) Penujuk orang atau alat pelengkapan yang
melaksanakan peraturan perundang-undang
b) Nama singkat
c) Status peraturan perundang-undangan ang sudah
ada dan
d) Saat mulai berlaku peraturan perundag-undangan.

Pengelompokan materi dalam buku, bab,bagian, dan paragraph


dilakukan atas dasar kesamaan materi.

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Proses pembuatan Peraturan Perundang undangan yang pada


dasarnya dimulai dari perencanaan, persiapan, teknik penyusunan,
perumusan, pembahasan, pengesahan, pengundangan, dan penyebarluasan .
Mengenai teknik penyusunan dan kerangka perundang-undangan
merupakan lampiran undang-undang No. 10 Th. 2004 tentang pembukaan
peraturan perundang-undang. Kerangka atau Bentuk Luar Peraturan
Perundang-undangan, meliputi Judul, Pembukaan, Batang Tubuh,
Penutup, Penjelasan, dan lampiran. Merupakan serangkaian khusus
kerangka peraturan perundang-undangan.
Setiap kata proses punyusunan kalimat harus di perhatikan, tanda
baca dari segi perubahan suatu undang-undang, pencabutan atau
penghapusan, dan penggantian undang-undang harus disebutkan berapah
kali penggantian undang-undang tersebut dan di cantumkan dalam
penulisan perundang-undang. Dan ada juga jika undang-undang dicabut
lebih dari satu kali adanya pertimbangan penulisan dengan rincian dalam
bentuk tabulasi.
Untuk menghasilkan Peraturan Perundang-undangan yang lancar
dan tidak membawa dampak yang dihedaki oleh masyarakat, maka
perlunya penyusunan perundag-undangan yang efektif dan adanya
kajian/diteliti secara normatif/empiris sebelumnya, sehingga peraturan
tersebut dapat diterima di dalam masyarakat dan norma-normanya harus
jelas sehingga tidak menimbulkan multi tafsir.

Maka di bentukaklah Kerangka atau Bentuk Luar Peraturan


Perundang-undangan, kerangka (KENVORM) peraturan perundang-
undangan, dan Teknik Penyusunan Kerangka Peraturan Perundang-undang
yang mencankup suatu kompenen-kompenen didalamnya

12
DAFTAR PUSTAKA

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_1_dir/3369ca692004fb7036ab
e7e902fe635b.pdf

Soeprato, Maria Farida Indrati.Ilmu Perundang-undang. Dasar-dasar dan


pembentukanya, Yogyakarta:Kanisius, 1998

undang-undang 12-2011-pembentukan-peraturan-perundang-undangan

undang-undang 10-2004 Pembentukan peraturan-perundang-undangan pasal 44

13

Anda mungkin juga menyukai