Anda di halaman 1dari 40

TEKNIK PENYUSUNAN

PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
 Pasal 64 UU No. 12 Tahun 2011
- Penyusunan rancangan peraturan perundang-
undangan dilakukan sesuai dengan teknik
penyusunan peraturan perundang-undangan.
- Ketentuan mengenai teknik penyusunan
peraturan perundang-undangan tercantum
dalam lampiran II UU No. 12 Th 2011.

 Lampiran II UU No. 12 Tahun 2011


KERANGKA (bentuk luar)
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
A. JUDUL
B. PEMBUKAAN
C. BATANG TUBUH
D. PENUTUP
E. PENJELASAN (jika diperlukan)
F. LAMPIRAN (jika diperlukan)
JUDUL
Penamaan (penjudulan)
“Kesingkatan atau gambaran dari keseluruhan isi per-uu-an”.
Ditulis singkat, dan cerminkan isi per-uu-an, dan memuat
keterangan mengenai jenis, nomor, tahun pengundangan atau
penetapan, dan nama.
Penulisan judul perundang-undangan ditulis dengan huruf
kapital (besar), di tengah marjin, tanpa diakhiri tanda baca, Ex:
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 23 TAHUN 2014
TENTANG
PEMERINTAHAN DAERAH
PEMBUKAAN terdiri atas :
1. Frase Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa;
2. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-
undangan;
3. Konsiderans “Menimbang”
4. Dasar Hukum “Mengingat”
5. Diktum
Frase :
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
 Ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, dan
diletakkan di tengah marjin.
 Diletakkan pada Pembukaan suatu peraturan
perundang-undangan.
 Mencerminkan bahwa peraturan perundang-
undangan yg dibentuk tsb mengalir atau
dipenuhi oleh rahmat Tuhan Yang Maha Esa.
Jabatan Pembentuk Peraturan
Perundang-undangan
• Merupakan penyebutan terhadap lembaga negara atau
pejabat yang berwenang untuk mengesahkan atau
menetapkan peraturan tsb.
• Misal : Presiden RI untuk UU,Perpu, PP,Perpres
Menteri untuk Peraturan Menteri
Gubernur/Bupati/Walikota untuk Perda
Provinsi/Kab./Kota
• Ditulis seluruhnya dengan huruf kapital
• Diletakkan di tengah marjin
• Di akhiri dengan tanda baca koma
Contoh :
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Konsiderans
• Diawali dengan kata Menimbang
• Konsiderans adalah alasan-alasan atau
pertimbangan mengapa peraturan tsb perlu
dibentuk.
• Memuat uraian singkat mengenai pokok-pokok
pikiran yang menjadi latar belakang dan alasan
pembuatan Peraturan Perundang-undangan.
• Pokok-pokok pikiran tsb memuat : unsur filosofis,
yuridis, dan sosiologis yang melatar belakangi
UNSUR FILOSOFIS
Menggambarkan bahwa peraturan dibentuk
mempertimbangkan pandangan hidup,
kesadaran, dan cita hukum yang meliputi
suasana kebatinan serta falsafah bangsa
Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan
Pembukaan UUDNRI Tahun 1945.
UNSUR SOSIOLOGIS
Menggambarkan bahwa peraturan
yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam berbagai
aspek.
UNSUR YURIDIS
Menggambarkan bahwa peraturan yang
dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum
atau mengisisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang
akan diubah, atau yang akan dicabut guna
menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat.
Landasan Pembentukan Per-UU-an
 Landasan Filosofis (filosofische grondslag)
• Rumusan atau norma-normanya mendapatkan
pembenaran (rechtvaardiging) jika dikaji secara
filosofis; dan
• Sesuai dengan cita kebenaran (idee der waar-
heid), cita keadilan (idee der gerechtigheid), dan
cita kesusilaan (idee der zedelijkheid)
• Landasan Sosiologis (Sociologische grondslag)
Dikatakan mempunyai landasan sosiologis bila
ketentuan-ketentuannya sesuai dengan keyakinan
umum atau kesadaran masyarakat. Hal ini penting
agar UU efektif berlaku dimasyarakat.

• Landasan Yuridis (Rechtsgrond )


mempunyai landasan hukum atau dasar hukum
(legalitas) bila terdapat dasar hukum yang lebih tinggi
derajatnya.
 Apabila sandaran (grondslag) pada konsideran
“Menimbang” lebih dari satu pokok pikiran, maka
butir-butirnya ditulis dengan perincian huruf kecil
(a,b,c,… dst)
 Kata-kata “bahwa” disetiap awal kalimat pada
konsiderans “Menimbang” ditulis dengan huruf
“b” kecil
 Diakhiri dengan tanda baca titik koma
 Contoh :
Menimbang : a. bahwa ......;
b. bahwa .......;
c. bahwa .......;
Dasar Hukum
 Diawali dengan kata Mengingat
 Memuat dasar kewenangan pembuatan peraturan Perundang-undangan dan
Peraturan Perundang-undangan yang memerintahkan.
 Peraturan Perundang-undangan yang digunakan sebagai dasar hukum hanya yang
tingkatannya sama atau lebih tinggi.
 Dasar hukum dirumuskan secara kronologis sesuai dengan hierarkhi peraturan
perundang-undangan.
 Apabila dasar hukum (rechtsgrond) pada konsideran “Mengingat” lebih dari satu dasar
hukum, ditulis dengan perincian angka Arab (1, 2, 3, ….dst), dan diakhiri dengan
tanda baca titik koma.
Contoh :
Mengingat : 1. ........;
2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 98, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4316);
DIKTUM
Diktum adalah penyebutan/penulisan nama dari
Peraturan perundang-undangan yang dibentuk,
Dan nama disesuaikan dengan nama yg tertulis
Dalam judul peraturan, meliputi :
a. Kata Memutuskan
b. Kata Menetapkan
c. Nama Peraturan Perundang-undangan
DIKTUM
 Pada UU atau Perda sebelum kata
MEMUTUSKAN dicantumkan frase Dengan
Persetujuan Bersama “DEWAN PERWAKILAN
RAKYAT” atau Dengan Persetujuan Bersama
“DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH”
ditulis dengan huruf kapital dan ditengah
marjin.
Penulisan kata “MEMUTUSKAN” ditulis
dengan huruf kapital
Contoh Undang-Undang :
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG


PEMERINTAHAN DAERAH.
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa...;
b. bahwa...;
c. dan seterusnya...;
Mengingat : 1. ....;
2. ...;
3. dan seterusnya...;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG ... (nama undang-undang)
BATANG TUBUH
 Batang tubuh memuat rumusan-rumusan yg
Merupakan substansi dari peraturan perundang-
undangan, yg dirumuskan dalam pasal-pasal.
 Batang Tubuh terdiri atas :
1. Ketentuan Umum;
2. Materi Pokok yang diatur;
3. Ketentuan Pidana (jika diperlukan)
4. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan
5. Ketentuan Penutup
KETENTUAN UMUM ; MATERI;
KETENTUAN PIDANA :
o Ketentuan Umum:
• Pengertian-pengertian atau defenisi-defenisi
• Istilah-istilah
• Singkatan-singkatan
o Pengaturan Materi yang bersangkutan; diletakkan
setelah KU, dikelompokkan ke dalam bab berdasarkan pokok
persoalan, agar terdapat keteraturan antar pasal, dimulai dari
pokok, cabang, dan ranting persoalan
Pengelompokan materi : Buku, bab, bagian, paragraf
o Ketentuan Pidana; diletakkan setelah materi pokok per-uu-
an, berisi ancaman hukuman t’hdp perbuatan yg melanggar
ketentuan yang dirumuskan. Ket. Pidana hany dapat diatur di
dlm UU dan Perda (Psl 14 UUPPP)
KETENTUAN PERALIHAN
o Ketentuan Peralihan, “ketentuan untuk
menyesuaikan penerapan per-uu-an terhadap keadaan
yang ada pada waktu pe-uu-an berlaku”, terdiri atas:
1. Tentang bagaimana peralihan keadaan yang ada
atau sedang berlangsung ke dalam kekuasaan per-
uu-an yang baru;
2. Penentuan masa peralihan atau waktu peralihan;
dan
3. Tentang bagaimana ketentuan per-uu-an lain yang
ada hubungannya dengan masalah yang diatur
dalam per-uu-an yang baru.
KETENTUAN PENUTUP
1. Penegasan terhadap tidak berlakunya UU yang lama
ketika berlakunya UU yang baru;
2. Ketentuan tentang produk per-uu-an untuk
pelaksanaan lebih lanjut UU yang bersangkutan;
3. Ketentuan mengenai penyingkatan nama dari per-
uu-an;
4. Ketentuan mengenai saat berlakunya per-uu-an; dan

5. Ketentuan mengenai perintah pengundangan


PENUTUP
Merupakan bagian akhir Peraturan Perundang-undangan dan
memuat :

a. Rumusan perintah pengundangan dan penempatan


Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran
Negara RI, Berita Negara RI, Lembaran Daerah dan
Berita Daerah.
b. Penandatanganan pengesahan atau penetapan
Peraturan Perundang-undangan.
c. Pengundangan Peraturan perundang-undangan.
d. Akhir bagian penutup
PENJELASAN
Setiap per-uu-an umumnya disertai
penjelasan (memorie van toelichting).
Tujuannya agar tidak menimbulkan
penafsiran yang berbeda dengan maksud
pembentuk dan berfungsi membantu
pemakai agar mudah memahami latar
belakang, isi, atau maksud dan tujuan
dibentuknya per-uu-an tersebut.
Penjelasan

Penjelasan Penjelasan Pasal


Umum demi Pasal

Catatan :
Penjelasan tidak boleh bertentangan dengan isi
per-uu-an
Materi penjelasan tidak boleh hanya berisikan
pengulangan dari isi atau materi per-uu-an yang
bersangkutan
LAMPIRAN (Jika diperlukan)
Lampiran dapat berupa suatu gambar/lambang,
Peta lokasi, grafik, atau sistem penghitungan
Yang merupakan suatu kesatuan yang tak
Dipisahkan dengan peraturan perundang-
Undangan.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR....TAHUN....
TENTANG
(Nama Undang-Undang)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa...;
b. bahwa...;
c. dan seterusnya...;
Mengingat : 1. ....;
2. ...;
3. dan seterusnya...;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG ... (nama undang-undang)

BAB I
.....
Pasal 1
.....

BAB II
.....
Pasal ...

BAB ..... (dan seterusnya)


Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-
Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

Disahkan di Jakarta
pada tanggal ...
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
(tanda tangan)
(NAMA)
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal ...
MENTERI (yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang peraturan perundang-
undangan),
(tanda tangan)
(NAMA)
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN.... NOMOR.....
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA.... (nama kabupaten/kota)
NOMOR....TAHUN....
TENTANG
(Nama Peraturan Daerah)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI/WALIKOTA (nama Kabupaten/Kota),

Menimbang: a. bahwa...;
b. bahwa...;
c. dan seterusnya...;
Mengingat : 1. ....;
2. ...;
3. dan seterusnya...;

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA..
dan
BUPATI/WALIKOTA ... (nama kabupaten/kota)
MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG ... (nama Peraturan


Daerah Kabupaten/Kota)

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
.....

BAB II
.....
Pasal ...

BAB ..... (dan seterusnya)


Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten/Kota... (nama Kabupaten/Kota).

Disahkan di .....
pada tanggal ...
BUPATI/WALIKOTA...(nama kab/kota),
(tanda tangan)
(NAMA)
Diundangkan ....
pada tanggal ...
SEKRETARIS DAERAH ...(nama Kabupaten/Kota),
(tanda tangan)
(NAMA)
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN/KOTA ...(nama Kabupaten/Kota)
TAHUN....NOMOR.....
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan dengan
penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten/Kota... (nama Kabupaten/Kota).

Disahkan di .....
pada tanggal ...
BUPATI/WALIKOTA...(nama kab/kota),
(tanda tangan)
(NAMA)
Diundangkan ....
pada tanggal ...
SEKRETARIS DAERAH ...(nama Kabupaten/Kota),
(tanda tangan)
(NAMA)
Peraturan Daerah ini dinyatakan sah.
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN/KOTA ...(nama Kabupaten/Kota)
TAHUN....NOMOR.....
HAL-HAL KHUSUS
A.PENDELEGASIAN KEWENANGAN
- Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi dapat mendelegasikan kewenangan
mengatur lebih lanjut kepada Peraturan
Perundang-undangan yg lebih rendah.
- Pendelegasian kewenangan mengatur,
harus menyebut dengan tegas :
a. ruang lingkup materi yg diatur
b. Jenis peraturan perundang-undangan
Contoh :
Pasal 10
(1) ...
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara permohonan pendaftara
desain industri diatur dengan peraturan pemerintah.
 Dalam pendelegasian kewenangan mengatur,

sedapat mungkin dihindari adanya delegasi


blangko.
Contoh :
Pasal ...
Hal-hal yang belum cukup diatur dalam
Undang-Undang ini, diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah.
B. PENYIDIKAN
 Ketentuan penyidikan hanya dapat dimuat
di dalam Undang-Undang dan Peraturan
Daerah.
 Ketentuan penyidikan memuat kewenangan
kepada PPNS untuk menyidik pelanggaran
terhadap ketentuan UU atau Perda
 Diusahakan agar tidak mengurangi
kewenangan penyidik umum
Contoh:
................dapat diberikan kewenangan untuk melaksanakan
penyidikan terhadap ...........
C. PENCABUTAN
 Peraturan Perundang-undangan pada
dasarnya hanya dapat dicabut melalui
Peraturan Perundang-undangan yg setingkat

 Pencabutan dinyatakan dalam salah satu


pasal, dengan rumusan dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku
D. PERUBAHAN
 Perubahan Peraturan Perundang-undangan dilakukan dengan :
a. menyisipkan atau menambah materi ke
dalam Peraturan Perundang-undangan
b. menghapus atau mengganti sebagian
materi
 Perubahan dapat dilakukan terhadap :
a. seluruh atau sebagian buku, bab, bagian,
paragraf, pasal, dan/atau ayat;
b. Kata, istilah, kalimat, angka, dan/atau tanda
baca.
E. PENETAPAN PERPU MENJADI UU

Batang tubuh Undang-Undang tentang penetapan


Perpu menjadi UU pada dasarnya terdiri dari 2
(dua) pasal yg ditulis dengan angka arab :
- Pasal 1 memuat penetapan Perpu menjadi
UU, yg diikuti dengan pernyataan melampir
kan Perpu.
- Pasal 2 memuat ketentuan mengenai saat
mulai berlaku.
F. PENGESAHAN PERJANJIAN INTERNASIONAL

Batang tubuh Undang-Undang tentang Pengesahan


perjanjian internasional pada dasarnya terdiri dari 2
(dua) pasal yg ditulis dengan angka arab :
- Pasal 1 memuat penetapan pengesahan
perjanjian internasional, yg diikuti dengan
memuat pernyataan melampirkan
salinan naskah aslinya.
- Pasal 2 memuat ketentuan mengenai saat
mulai berlaku.

Anda mungkin juga menyukai