Landasan Sosiologis.
Landasan sosiologis merupakan
pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang
dibentuk untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dalam berbagai aspek.
Landasan sosiologis sesungguhnya
menyangkut fakta empiris mengenai
perkembangan masalah dan kebutuhan
masyarakat dan negara.
Landasan Yuridis.
Landasan yuridis merupakan
pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang
www.djpp.kemenkumham.go.id
dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi
kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah
ada, yang akan diubah, atau yang akan
dicabut guna menjamin kepastian
hukum dan rasa keadilan masyarakat.
Landasan yuridis menyangkut persoalan
hukum yang berkaitan dengan substansi
atau materi yang diatur sehingga perlu
dibentuk Peraturan Perundang-
Undangan yang baru. Beberapa persoalan
hukum itu, antara lain, peraturan yang
sudah ketinggalan, peraturan yang tidak
harmonis atau tumpang tindih, jenis
peraturan yang lebih rendah dari
Undang-Undang sehingga daya
berlakunya lemah, peraturannya
sudah ada tetapi tidak memadai,
atau peraturannya memang sama sekali
belum ada.
Landasan Sosiologis
(Sociologische grondslag)
Dikatakan mempunyai landasan
sosiologis bila ketentuan-ketentuannya
sesuai dengan keyakinan umum atau
kesadaran hukum masyarakat. Hal ini
penting agar UU efektif berlaku
dimasyarakat.
Konsideran/ menimbang
(grondslag) dikenal juga dengan
istilah konsiderans factual, yang
berisikan pertimbangan-
pertimbangan , filosofis dan
sosiologis,yuridis.
Konsideran mengingat
(rechtgrond) dikenal juga dengan
istilah konsiderans yuridis,
berisikan dasar-dasar hukum
tertinggi dan sederajat yang
dipergunakan untuk pijakan
legalitas.
Diktum : Keputusan Pembentuk
Peraturan Perundang-undangan
setelah menjelaskan maksud dan
tujuan dibentuknya perautan
tersebut.
Kuliah ke VIII
Kekuatan Peraturan
Perundang-undangan
Kekuatan Hukum
Suatu perudang-undangan
mempunyai kekuatan hukum
adalah pada saat Rancangan
peraturan perundang-undangan
tersebut disahkan menjadi
peraturan perundang-undangan
oleh Presiden.
Kekuatan Mengikat
Peraturan perundang-undangan
mempunyai kekuatan mengikat
adalah pada saat ditempatkan
dalam LN atau LD (diundangkan)
oleh Sekretaris Negara atau
Sekretaris Daerah.
Kekuatan Berlaku
Per-uu-an mempunyai kekuatan
berlaku adalah sejak tanggal
ditempatkan dalam LN atau LD,
kecuali ditentukan lain oleh per-
uu -an itu sendiri.
Kuliah ke IX
Pasal 10
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
Kuliah ke X
Pengundangan :
Tujuan pengundangan :
Pengumuman :
Adalah pemberitahuan secara material suatu peraturan
negara kpd khalayak ramai dgn tujuan utama
mempermaklumkan isi peraturan tsb seluas-luasnya.
Pengumuman dpt dilakukan dgn berbagai cara, dengan
menyebarluaskannya, dan dgn cara lain sbgnya.
Tujuan pengumuman adalah agar secara material
sebanyak mungkin khlayak ramai mengetahui
peraturan negara tsb dan memahami isi serta maksud
yg terkandung didalamnya.
Dalam sejarah perUUan negara RI peralihan istilah
“pengumuman” ke “pengundangan” terjadi pada
sekitar beralihnya negara RIS dengan konstitusi RIS
kepada negara Indonesia kesatuan dengan UU Dasar
Sementara 1950. Lembaran negara tahun 1950 No. 62
yang memuat PP No. 24 tahun 1950 yg ditetapkan
tanggal 14 Agustus 1950 dan diundangkan tanggal 16
Agustus 1950 oleh Menteri Kehakiman Lembaran
Negara tahun 1950 No. 63 yg memuat UU Darurat No.
31 tahun 1950 yg ditetapkan tanggal 23 Agustus 1950
dan diundangkan tanggal 25 Agustus 1950 oleh
menteri Kehakiman yang sama Supomo, sudah
menggunakan istilah diundangkan. Perubahan istilah
tersbeut sudah berlaku sampai sekrang.
Begitu juga dengan berlakunya UU No 12 tahun 2011
maka juga menggunakan istilah diundangkan dan
pelaksanaan pengundangan beralih dari Menteri
Sekretaris Negara menjadi Menteri yg bertugas
dibidang perundang-undangan dan tidak ada lagi
mengenal istilah pengumuman.
e. Lembaran Daerah;
g. Berita Daerah.
bersangkutan.
Kuliah ke XI
Konstitusi.
oleh undang-undang.
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
final”.
Tahun 1945.
Agung berwenang” :
undang.
Dikenal dua macam hak menguji yaitu:
membuatnya.
(2016: 158-159).
(beschikking);
atau pengadilan.
Kuliah ke XII
PARTISIPASI MASYARAKAT
Pasal 96
www.djpp.kemenkumham.go.id
Dalam UU NO 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undamgan
Pasal 43
Pasal 56
Pasal 57
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN: RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
1. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan memuat latar belakang, sasaran yang akan
diwujudkan, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan, serta
metode penelitian.
A. Latar Belakang
Latar belakang memuat pemikiran dan alasan-alasan
perlunya penyusunan Naskah Akademik sebagai acuan
pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan
Peraturan Daerah tertentu. Latar belakang menjelaskan mengapa
pembentukan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan
Peraturan Daerah suatu Peraturan Perundang-undangan
memerlukan suatu kaj ian yang mendalam dan komprehensif
mengenai teori atau pemikiran ilmiah yang berkaitan dengan
materi muatan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan
Peraturan Daerah yang akan dibentuk. Pemikiran ilmiah tersebut
mengarah kepada penyusunan argumentasi filosofis, sosiologis
serta yuridis guna mendukung perlu atau tidak perlunya
penyusunan Rancangan Undang-Undang atau Rancangan
Peraturan Daerah.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah memuat rumusan mengenai masalah
apa yang akan ditemukan dan diuraikan dalam Naskah
Akademik tersebut. Pada dasarnya identifikasi masalah dalam
suatu Naskah Akademik mencakup 4 (empat) pokok masalah,
yaitu sebagai berikut:
www.djpp.kemenkumham.go.id
-3-
www.djpp.kemenkumham.go.id
-4-
D. Metode
Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan
suatu kegiatan penelitian sehingga digunakan metode
penyusunan Naskah Akademik yang berbasiskan metode
penelitian hukum atau penelitian lain. Penelitian hukum dapat
dilakukan melalui metode yuridis normatif dan metode yuridis
empiris. Metode yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian
sosiolegal. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi
pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder yang berupa
Peraturan Perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian,
kontrak, atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian,
hasil pengkajian, dan referensi lainnya. Metode yuridis normatif
dapat dilengkapi dengan wawancara, diskusi (focus group
discussion), dan rapat dengar pendapat. Metode yuridis empiris
atau sosiolegal adalah penelitian yang diawali dengan penelitian
normatif atau penelaahan terhadap Peraturan Perundang-
undangan (normatif) yang dilanjutkan dengan observasi yang
mendalam serta penyebarluasan kuesioner untuk mendapatkan
data faktor nonhukum yang terkait dan yang berpengaruh
terhadap Peraturan Perundang-undangan yang diteliti.
www.djpp.kemenkumham.go.id
-5-
4. BAB IV . . .
www.djpp.kemenkumham.go.id
-6-
A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan
yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita
hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa
Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
B. Landasan Sosiologis.
Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan
yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek.
Landasan sosiologis sesungguhnya menyangkut fakta empiris
mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat
dan negara.
C. Landasan Yuridis.
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan
yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk
mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan
hukum dengan mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang
akan diubah, atau yang akan dicabut guna menjamin kepastian
hukum dan rasa keadilan masyarakat. Landasan yuridis
menyangkut persoalan hukum yang berkaitan dengan substansi
atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk Peraturan
Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum itu,
antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang
tidak harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih
rendah dari Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah,
peraturannya sudah ada tetapi tidak memadai, atau
peraturannya memang sama sekali belum ada.
5. BAB V . . .
www.djpp.kemenkumham.go.id
-7-
D. ketentuan peralihan.
6. BAB VI PENUTUP
A. Simpulan
Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran yang
berkaitan dengan praktik penyelenggaraan, pokok elaborasi teori,
dan asas yang telah diuraikan dalam bab sebelumnya.
B. Saran
Saran memuat antara lain:
1. Perlunya pemilahan substansi Naskah Akademik dalam suatu
Peraturan Perundang-undangan atau Peraturan Perundang-
undangan di bawahnya.
2. Rekomendasi tentang skala prioritas penyusunan Rancangan
Undang-Undang/Rancangan Peraturan Daerah dalam
Program Legislasi Nasional/Program Legislasi Daerah.
3. Kegiatan . . .
www.djpp.kemenkumham.go.id
-8-
7. DAFTAR PUSTAKA
www.djpp.kemenkumham.go.id