PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
(LAMPIRAN II UU NOMOR 12 TAHUN 2011)
OLEH:
SRI HARININGSIH. SH., MH.
TEKNIK PENYUSUNAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
OLEH:
SRI HARININGSIH, S.H; M.H.
4. Norma
Pasal...
Surat panggilan harus disampaikan kepada yang ber-sangkutan sendiri,
kecuali jika yang bersangkutan tidak ada di tempat, surat panggilan dapat
disampaikan kepada keluarganya.
₋berwenang dan dapat melakukan tetapi tidak perlu melakukan (kan maar
oleh umum;
Jangan menggunakan istilah dalam bahasa asing di dalam norma.
8. Sistimatika
Sistimatika Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan yang
tercantum dalam Lampiran II Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
terdiri atas 4 BAB dan 284 petunjuk:
BAB I KERANGKA PERATURAN PERUNDANG–UNDANGAN, mencakup :
A. JUDUL
B. PEMBUKAAN
1. Frase Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa
2. Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang- undangan
3. Konsiderans
4. Dasar Hukum
5. Diktum
C. BATANG TUBUH
1. Ketentuan Umum
2. Materi Pokok Yang Diatur
3. Ketentuan Pidana (jika diperlukan)
4. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan)
5. Ketentuan Penutup
D. PENUTUP
E. PENJELASAN (jika diperlukan)
F. LAMPIRAN (jika diperlukan)
BAB II HAL-HAL KHUSUS
A. PENDELEGASIAN KEWENANGAN
B. PENYIDIKAN
C. PENCABUTAN
D. PERUBAHAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN
E. PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-
UNDANG MENJADI UNDANG-UNDANG
F. PENGESAHAN PERJANJIAN INTERNASIONAL
MEMUTUSKAN:
Disahkan di Jakarta
pada tanggal … P
E
N
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, U
T
U
P
I. JUDUL (petunjuk nomor 2 s/d 13).
1. Setiap Peraturan Perundang-undangan harus diberi judul.
2. Judul memuat keterangan mengenai jenis, nomor, tahun pengundangan
atau penetapan dan nama Peraturan Perundang-undangan.
3. Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan diletakkan di tengah
marjin tanpa diakhiri dengan tanda baca.
4. Nama Peraturan Perundang-undangan :
a. dibuat secara singkat dapat berupa satu kata atau frasa tetapi secara
esensial maknanya telah mencerminkan isi peraturan yang
bersangkutan ;
b. tidak boleh disertai singkatan dari nama peraturan yang
bersangkutan;
Contoh I:
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …TAHUN …
TENTANG
MAHKAMAH KONSTITUSI (MK)
Contoh II:
PERATURAN DAERAH KOTA …
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
LEMBAGA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA (LPMD)
c. tidak menggunakan akronim dari nama peraturan yang bersangkutan,
Contoh:
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …TAHUN …
TENTANG
PROGRAM LEGISLASI NASIONAL
( PROLEGNAS )
7. Jika peraturan yang diubah mempunyai nama singkat, peraturan yang diubah
dapat menggunakan nama singkat peraturan yang diubah .
Contoh :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR …TAHUN …
TENTANG
PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG PAJAK PERTAMBAHAN NILAI 1984
8. Pada judul peraturan yang dicabut dan materi peraturan tersebut tidak diatur
kembali ditambahkan kata PENCABUTAN di depan mana peraturan yang
dicabut.
Contoh :
Catatan :
jika permasalahan atau esensi dari peraturan yang dicabut kemudian masih
diperlukan untuk diatur kembali maka keterangan mengenai pencabutan dari
peraturan tersebut dirumuskan dalam KETENTUAN PENUTUP suatu peratutan
dengan rumusan sebagai berikut :
Pada saat ……(jenis peraturan) ini mulai berlaku,…….(jenis
peraturan) yang ditulis secara lengkap dengan Nomor, Tahun dan
LN/TLN nya atau BN/TBN (untuk peraturan Pusat) atau LD/TLD atau BD
(untuk peraturan tingkat Daerah) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku
9. Pada judul Perpu yang ditetapkan menjadi UNDANG-UNDANG, ditambahkan
kata PENETAPAN di depan nama Perpu yang ditetapkan dan diakhiri dengan
frasa MENJADI UNDANG-UNDANG.
Contoh :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 15 TAHUN 2003
TENTANG
PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG
NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA
TERORISME MENJADI UNDANG-UNDANG
b. Jika Bahasa Indonesia tidak digunakan sebagai teks resmi (biasanya untuk perjanjian
atau persetujuan yang sifatnya multilateral) nama perjanjian atau persetujuan ditulis
dalam Bahasa Inggris dengan huruf cetak miring, dan diikuti terjemahannya dalam
Bahasa Indonesia yang diletakkan di antara tanda baca kurung.
Contoh :
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2005
TENTANG
PENGESAHAN INTERNATIONAL COVENANT ON CIVIL AND POLITICAL RIGHTS
(KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK-HAK SIPIL DAN POLITIK)
II.PEMBUKAAN (petunjuk no.14 s/d 16).
Pembukaan Peraturan Perundang-undangan terdiri atas :
1. Frasa DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Frasa ini ditulis seluruhnya dengan huruf kapital dan diletakkan
ditengah marjin pada pembukaan tiap jenis peraturan.
g. jika terdapat beberapa Pasal dari suatu UU yang mendelegasikan untuk diatur lebih
lanjut dengan PP dan materi dari PP yang akan ditetapkan dapat digabung dalam satu
PP, maka terdapat 2 (dua) cara dalam merumuskan konsiderans yakni dengan
menyebut secara rinci Pasal-Pasal yang mendelegasikan atau hanya dirumuskan secara
umum tanpa menyebut secara eksplisit Pasal yang mendelegasikan:
Contoh 1: Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal,
Pasal….,Pasal…dst Undang-Undang Nomor…. Tahun…
tentang……, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah
tentang…….; (lihat PP dari UU tentang Jasa Konstruksi)
Contoh 2: Menimbang : bahwa perlu diadakan peraturan pelaksanaan
Contoh:
Mengingat :1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang Transfer Dana
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5204);
g. dasar hukum yang berasal dari peraturan zaman Hindia Belanda, ditulis terlebih
dulu terjemahannya dalam Bahasa Indonesia dan kemudian judul asli dalam
Bahasa Belanda disertai dengan nomor Staatsblad yang dicetak miring di antara
tanda baca kurung.
Contoh :
Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
(Wetboek van Koophandel,
Staatsblad 1847:23);
5. Diktum (petunjuk no.53 s/d 60).
Diktum terdiri atas :
a. kata Memutuskan yang seluruhnya ditulis dengan huruf kapital, tanpa
spasi, diakhiri dengan tanda baca titik dua, dan diletakkan ditengah marjin.
Contoh : MEMUTUSKAN:
b. kata Menetapkan;
c. nama Peraturan Perundang-undangan, yang seluruhnya ditulis dengan
huruf kapital tanpa disertai frasa ”REPUBLIK INDONESIA” dan diakhiri tanda
baca titik.
d. pada UU sebelum kata MEMUTUSKAN dicantumkan frasa Dengan
Persetujan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA yang diletakkan ditengah marjin
Contoh:
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG…………
III. BATANG TUBUH (petunjuk no. 61 s/d 95).
1. Batang tubuh peraturan dikelompokkan ke dalam :
a. Ketentuan Umum;
b. Materi pokok yang diatur ;
c. Ketentuan Pidana (jika diperlukan);
d. Ketentuan Peralihan (jika diperlukan);
e. Ketentuan Penutup.
3. Penulisan BUKU diberi nomor urut bilangan tingkat dan judul seluruhnya
ditulis dengan huruf kapital .
Contoh :
BUKU KETIGA
PERIKATAN
4. Bab diberi nomor urut dengan angka Romawi dan judul ditulis dengan huruf
kapital.
Contoh.
BAB I
KETENTUAN UMUM
5. Bagian diberi nomor urut bilangan tingkat yang ditulis dengan huruf, huruf awal
kata bagian, urutan bilangan, dan setiap kata pada judul bagian ditulis dengan
huruf kapital, kecuali kata partikel yang tidak terletak pada awal frasa.
Contoh :
Bagian Kesatu
Pengangkatan dan Pemberhentian Hakim
6. Paragraf diberi nomor urut dengan angka Arab, huruf awal kata paragraf dan
setiap kata pada judul paragraf ditulis dengan huruf kapital, kecuali huruf awal
kata partikel yang tidak terletak pada awal frasa.
Contoh :
Paragraf 2
Tugas dan Wewenang
7. Pasal diberi nomor urut dengan angka Arab dan huruf awal kata pasal ditulis
dengan huruf kapital. Pasal dapat dirinci dalam beberapa ayat dan setiap ayat
hanya memuat satu norma yg disusun secara singkat, jelas, dan lugas.
Contoh :
Pasal 4
(1). ………………
(2). ………………
8. Jika pasal atau ayat yang memuat rincian unsur,dapat dirumuskan dalam
bentuk satu kalimat secara utuh dapat juga dirumuskan dengan menggunakan
tabulasi.
Contoh :
Pasal 28
Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi Presiden, Wakil Presiden,
dan pejabat negara yang lain yang disampaikan di dalam atau di luar negeri.
Contoh rumusan tabulasi :
Pasal 28
Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam pidato resmi :
a. Presiden ;
b. Wakil Presiden ; dan
c. pejabat negara yang lain,
yang disampaikan di dalam atau di luar negeri
9. Jika rincian merupakan kumulatif gunakan kata dan, jika rincian merupakan
alternatif gunakan kata atau, dan jika rincian merupakan kumulatif dan
alternatif gunakan kata dan/atau. Kata tersebut diletakkan di belakang rincian
kedua dari rincian terakhir.
Catatan: Kalau untuk pengacuan pasal atau ayat yang berturutan dalam
norma dimungkinkan untuk tidak menyebut pasal demi pasal atau
ayat demi ayat yang diacu, tetapi cukup dengan menggunakan frasa
sampai dengan, misalnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
sampai dengan Pasal 9. (lihat petunjuk Nomor 273).
5. Penjelasan umum memuat uraian secara sistimatis mengenai latar
belakang pemikiran, maksud dan tujuan penyusunan Peraturan Perundang-
undangan.
6. Untuk kata atau frasa yang perlu dijelaskan, kata atau frasa tersebut ditulis
diantara dua tanda petik yang terlebih dahulu diawali dengan frasa Yang
dimaksud dengan
contoh : Yang dimaksud dengan “Taruna” adalah ………
2. Lampiran dapat memuat uraian, daftar, tabel, gambar, peta dan sketsa.