Anda di halaman 1dari 29

ILMU

PERUNDANG-UNDANGAN
1

Ihsanul Maarif, SH.,MH


Materi Muatan Undang-Undang Dasar
2

 Struktur lembaga negara


 Kewenangan lembaga negara
 Hubungan antara lembaga negara dengan warga negara
 Hubungan antara warga negara dengan warga negara
 Hak asasi manusia
 Batas/wilayah negara
 Hubungan antar negara
Materi muatan Undang-Undang:

Mengatur lebih lanjut ketentuan Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 yang meliputi:
hak-hak asasi manusia;
hak dan kewajiban warga negara;
pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta
pembagian kekuasaan negara;
wilayah negara dan pembagian daerah;
kewarganegaraan dan kependudukan;
keuangan negara.
diperintahkan oleh suatu Undang-Undang untuk diatur dengan
Undang-Undang.

3
Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang sama dengan materi muatan
Undang-Undang.

Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi


materi untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya.

Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi


yang diperintahkan oleh Undang-Undang atau
materi untuk melaksanakan Peraturan
Pemerintah.

4
Materi muatan Peraturan Daerah adalah seluruh
materi muatan dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembantuan, dan
menampung kondisi khusus daerah serta penjabaran
lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi.
Materi muatan Peraturan Desa/yang setingkat
adalah seluruh materi dalam rangka penyelenggaraan
urusan desa atau yang setingkat serta penjabaran lebih
lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih
tinggi.

5
Bagan Alur Materi Muatan Perda

6
Bagan Alur Materi Muatan Perda Provinsi

7
Bagan Alur Materi Muatan Perda Kabupaten/Kota

8
Landasan Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan:

Landasan Filosofis:
- Pemikiran terdalam yang harus terkandung dalam
peraturan perundang-undangan.
- Pandangan hidup yang mengarahkan pembuatan
peraturan perundang-undangan, yaitu nilai-nilai
Proklamasi dan Pancasila.
Landasan Yuridis:
- Ketentuan hukum yang harus diacu dalam pembuatan
peraturan perundang-undangan yang dibedakan
menjadi:

9
a. Landasan Yuridis formal yaitu ketentuan yang
menunjuk kewenangan pembuatan.
b. Landasan Yuridis Material yaitu ketentuan hukum
yang menentukan isi peraturan perundang-
undangan. Contoh:
Pasal 18 UUD’45 : Pemerintahan Daerah
Pasal 23 (2) UUD’45 : Pajak
Pasal 28 UUD’45 : Berserikat, berkumpul,
mengeluarkan pikiran, dsb

10
 Landasan Politis: Keputusan-keputusan politik yang berisi
arahan-arahan/kebijakan-kebijakan pembangunan. Misalnya:
Kebijakan debirokratisasi, liberalisasi, moneter, dsb.
 Landasan Sosiologis: Situasi dan kondisi masyarakat di mana
peraturan perundang-undangan itu akan ditetapkan. Landasan ini
berkatian dengan efektivitas pelaksanaannya. Jadi landasan yang
dipikirkan untuk pelaksanaan peraturan perundang-undangan
setelah dibuat.
 Landasan Ekologis: Pertimbangan keselamatan dan kelestarian
lingkungan hidup dan ekosistemnya.
 Landasan Ekonomis: Pertimbangan ekonomi mikro dan makro.
 Dan sebagainya (sesuai dengan materi peraturan yg diaturnya).

11
Bentuk Bagian Dalam dan Ragam Bahasa
Peraturan Perundang-undangan
• Bentuk Dalam, meliputi:
- Pilihan Sistematika yang baku bagi penuangan
ketentuan-ketentuan;
- Adanya definisi (pengertian umum)
- Menghindari penggunaan kata-kata yang mengandung
arti ganda.
- Pilihan untuk memasukkan hal-hal yang erat berkaitan
dengan satu Bab, satu Pasal, satu Paragraf, atau satu
Bagian.
• Ragam Bahasa, meliputi:
Perlunya penggunaan bahasa hukum yang sudah baku
(baik pada struktur kalimat, peristilahan, dan tanda baca).
12
Bentuk Bagian Luar
Peraturan Perundang-undangan

A. Bagian Judul, berisi:


• Keterangan mengenai jenis, nomor, tahun pengundangan
atau penetapan, dan nama Peraturan Peraturan
perundang- undangan.
• Nama Peraturan Perundang-undangan dibuat secara
singkat dan mencerminkan isinya.
• Judul ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, di tengah
marjin, dan tanpa diakhiri tanda baca.
• Pada bagian judul Peraturan Perundang-undangan
Perubahan, ditamba frase Perubahan Atas… atau
Pencabutan…..
13
B. Bagian Pembukaan, berisi:
• Frase Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa (huruf Kapital).
• Jabatan Pembentuk Peraturan Perundang-undangan (huruf Kapital).
• Konsiderans: Menimbang, berisi uraian mengenai pokok pikiran yang
melatarbelakangi pembuatan Peraturan perundang-undangan (Filosofis,
sosiologis, politis, dll).
• Diawali kata; bahwa, dan diakhiri titik koma (;)
• Dasar hukum: Mengingat, berisi dasar yuridis formal dan material (pakai
huruf Arab; 1, 2, 3, dst).
• Diktum; sebelum kata MEMUTUSKAN:, dicantumkan frase Dengan
Persetujuan Bersama DPR RI dan PRESIDEN RI setelah itu baru
Menetapkan: diikuti Nama UU.
• Nama Peraturan;……. (dengan huruf Kapital).

14
C. Bagian Batang Tubuh, berisi:
• Semua substansi Peraturan Perundang-undangan yang dirumuskan
dalam pasal-pasal
• Secara umum terdiri dari; Ketentuan Umum, Materi Pokok yang
diatur, Ketentuan Pidana (jika diperlukan), Ketentuan Peralihan (jika
diperlukan), dan Ketentuan Penutup.

• Ketentuan Umum, berisi batasan pengertian, singkatan, akronim.


• Materi Pokok yang diatur diletakkan setelah Ketentuan Umum.
• Ketentuan Pidana, memuat: rumusan yang menyatakan penjatuhan
pidana atas pelanggaran terhadap ketentuan yang berisi norma
larangan atau perintah. Rumusan Ketentuan Pidana harus tegas apakah
bersifat: kumulatif, alternatif, atau kumulatif alternatif (dan, atau,
dan/atau).

15
Penyusunan Naskah Akademik:
N.A.: Naskah/Uraian yang berisi penjelasan tentang:
Perlunya sebuah peraturan harus dibuat.
Tujuan dan kegunaan dari peraturan yang akan dibuat.
Materi-materi yang harus diatur peraturan tersebut.
Aspek-aspek teknis penyusunan.
Bentuk Naskah Akademik
Tidak ada bentuk baku dari suatu naskah akademik,
namun pada umumnya naskah akademik disusun
secara sitematis dalam bab-bab.
Disarankan membuat naskah akademik ke dalam
sistematika bab berikut:

16
NASKAH AKADEMIK
BAB I. PENDAHULUAN
Berisi: uraian terperinci dasar pemikiran tentang
pentingnya mengatur masalah (tertentu) dalam
suatu UU, PP, PERPRES, PERDA, dsb.
Misalnya dalam N.A. PP tentang Otonomi
Daerah.
a. Pentingnya pelaksanaan otonomi untuk
mendayagunakan potensi daerah.
b. Otonomi sangat menentukan peran serta
masyarakat dalam pembangunan.

17
BAB II. PERTIMBANGAN DASAR PENGATURAN
DALAM …..(UU, PP, PERPRES, PERDA, dst.)

Banyak pertimbangan dasar yang dapat


dikemukakan untuk suatu peraturan misalnya:
a. Pertimbangan yuridis: pengaturannya belum
jelas.
b. Pertimbangan operasional: Tidak bisa
dilaksanakan karena belum ada PP-nya, dst.
Seperti kasus otonomi daerah pada
Kabupaten/Kota.

18
BAB III. ASPEK TEKNIS PENYUSUNAN PERATURAN

1. Tentang Nama dan Judul.


Nama/Judul apa yang akan dipakai sebaiknya diberi beberapa alternatip
nama dengan penjelasan kelebihan dan kekurangan masing-masing
nama/judul.
2. Tentang Pertimbangan.
Apa saja yang dimasukkan dalam pertimbangan karena kemungkinan
banyaknya pertimbangan, perlu ditentukan aspek-aspek penting apa yang
akan dijadikan pertimbangan.
Misalnya, tentang otonomi:
a. Aspek peningkatan pelayanan kepada masyarakat.
b. Aspek daya guna dan hasil guna
c. Aspek demokratisasi, dsb.

19
3. Tentang Dasar Hukum
Sebutkan dasar hukumnya, baik formal
maupun material yang digunakan.
Dasar Hukum. Material …….sesuai dengan
isi/materi yang diatur.

20
4. Pemuatan Sanksi Pidana.
Perlu dijelaskan, pidana harus dimuat dalam UU, kecuali
UU menguasakannya/mendelegasikan kepada peraturan
lebih rendah.
Perlu dijelaskan: pidana kurungan dari Perda paling lama
6 bulan atau denda paling banyak
Rp. 50.000.000 (lima puluh juta rupiah).

21
BAB IV. ISI MUATAN PERATURAN

Dalam bab ini, perlu dijelskan peraturan yang akan dibuat itu
memuat materi apa saja. Biasanya isi muatan peraturan
peraturan perundang-undangan terdiri dari:
1. Ketentuan Umum: memuat pengertian-pengertian ada ketentuan
umum ini, naskah akademik sudah harus memerinci apa saja yang
perlu didefinisikan /diberi pengertian.
2. Materi yang akan diatur.
N.A. harus memerinci segi-segi apa saja yang diatur: contoh yang
perlu diatur adalah sebagai berikut:

Pembentukan Perda Jazim Hamidi & 22


Budiman NPDS
- Pelaksanaan Otonomi
- Isi rumah tangga
- Aspek keuangan Nantinya menjadi
- Susunan organisasi bab-bab dalam
Pemda Kab/Kota. rancangan
- Dekonsentrasinya

3. Ketentuan Pidana; Kalau peraturan yang akan dibuat


memuat ketentuan pidana maka pidanya harus
dirumuskan secara jelas.
Misalnya: Barang siapa ……..……diancam dengan
hukuman …………..

23
4. Ketentuan Peralihan
Naskah akademik juga perlu menjelaskan bagaimana
peraturan yang dibuat itu akan berlaku nanti, kapan akan
efektif.
Jadi dapat meliputi
a. Ketentuan penerapan.
b. Cara-cara penerapan.
5. Lain-lain…
Misalnya tentang pedoman teknis penyusunan yang akan
digunakan dst.

24
Contoh NASKAH AKADEMIK
Sistematika TENTANG
PERIZINAN

BAB I. PENDAHULUAN
1. Umum
2. Dasar
3. Maksud dan Tujuan
4. Ruang Lingkup
5. Tata Urutan
6. Referensi
7. Pengertian-pengertian

25
BAB II. LANDASAN PEMIKIRAN

1. Landasan Filosofis
2. Landasan Hukum
3. Landasan Politis Perizinan
4. Landasan Sejarah
5. Landasan Ekonomi
6. Landasan Ekologi
7. Prinsip-prinsip pembinaan dan pengertian perizinan

26
BAB III KONSEPSI: PERIZINAN

1. Umum
2. Pengertian dan indikator Perizinan
3. Para Pihak yang terkait dalam Perizinan
4. Kebijakan Perizinan
5. Sanksi pelanggaran terhadap Perizinan
6. Dan lain-lain.

27
BAB IV PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran

Daftar Pustaka

28
Bahan Penunjang dari
Peraturan Perundang-undangan

• UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan


• UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
• UU No. 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi
• UU No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No.14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung

29

Anda mungkin juga menyukai