Anda di halaman 1dari 22

TATA NASKAH (LEGAL

DRAFTING) DAN
PEMBUATAN NASKAH
REGULASI
By: Wahyu Rizky
LEGAL DRAFTING

Legal drafting merupakan kombinasi dari dua kata,


yaitu “legal” dan “drafting”. Secara harfiah, kata “legal”
bermakna sesuatu yang sesuai dengan ketentuan
hukum, sedangkan “drafting” bermakna
perancangan/pengkonsepan. Jadi legal drafting dapat
diartikan secara singkat sebagai perancangan naskah
hukum / perancangan kontrak atau MoU.

Penyusunan legal drafting ini harus memperhatikan teori, asas, dan kaidah yang diatur oleh
peraturan perundang-undangan serta norma, standar, dan praktik hukum secara universal.
TUJUAN LEGAL DRAFTING

Legal Drafting merupakan konsep dasar


tentang penyusunan peraturan
perundang-undangan yang berisi tentang
naskah akademik hasil kajian ilmiah
beserta naskah awal peraturan
perundang-undangan yang diusulkan
FUNGSI PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN
Menjaga dan melindungi hak-hak warga Negara.
Menyelesaikan masalah-masalah atau sengketa-
sengketa secara adil. Mengatur jalannya
pemerintahan Negara. Dapat diartikan sebagai
kegunaan peraturan perundang-undangan secara
umum dan secara khusus sesuai dengan jenisnyaa
Robert Baldwin dan martin cave, mengemukakan bahwa peraturan
perundang-undangan memiliki fungsi:
a. Mencegah monopoli atau ketimpangan kepemilikan sumber daya;
b. Mengurangi dampak negatif dari suatu aktivitas dan komunitas atau
lingkunganya;
c. Membuka informasi bagi publik dan mendorong keseteraan antar kelompok
(mendorong perubahan institusi, atau affirmative action kepada kelompok
marginal);
d. Mencegah kelangkaan sumber daya public dari eksploitasi jangka pendek;
e. Menjamin pemerataan kesempatan dan sumber daya serta keadilan sosial,
perluasan akses dan redtribusi sumber daya,;dan
f. Memeperlancar koordinasi dan perencanaan dalam sector ekonomi.
HIRARKI PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN DI IDONESIA
Dalam UU. No. 10 Tahun 2004:
1. Undang-undang Dasar Negra
2. Undang-undang/Peraturan Pemerintahengganti Undang-
undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Perturan Daerah
Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011, maka jenis dan
hierarki Peraturan Perundang-undangan sesuai urutan
dari yang tertinggi adalah:
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 (UUD 1945)
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap
MPR)
3. Undang-undang (UU) atau Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-undang (Perppu) Peraturan
4. Pemerintah (PP)
5. Peraturan Presiden (Perpres)
6. Peraturan Daerah (Perda) Provinsi
7. Peraturan Kabupaten atau Kota
TAHAPAN PENYUSUNAN
PERATURAN PERUNDANG-
UNDNAGAN

PERENCANAAN PENYUSUNAN PEMBAHASAN PENETAPAN


RANCANGAN DAN
PENGESAHAN

PENGUNDANGAN
PENYUSUNAN PERATURAN
PERUNDANGAN
PERENCANAAN • Perencanaan untuk penyusunan undang-
undang dilakukan dalam Program Legislasi
Nasional
• Prolegnas merupakan skala prioritas untuk
pembentukan UU dalam rangka
mewujudkan sistem hukum nasional.
• Disusun oleh DPR dan pemerintah
ditetapkan untuk jangka menengah dan
tahunan
PENYUSUNAN PERATURAN
PERUNDANGAN
PENYUSUNAN • Rancagan Undang-undang dapat berasal dari
DPR atau Presiden
• Rancangan undang-undang harus disertai
dengan Naskah Akademis, kecuali RUU
mengenai APBN, penetapan Perpu menjadi
UU, dan Pencabutan UU atau Perpu
• Disusun oleh DPR dan pemerintah ditetapkan
untuk jangka menengah dan tahunan
PENYUSUNAN PERATURAN
PERUNDANGAN
PEMBAHASAN• Pembahasan Rancagan Undang-undang
dilakukan DPR bersama Presiden dan Menteri
• Pembahasan Rancagan Undang-undang
dilakukan melalui dua tingkat pembicaran:
1. Pembicaraan tingkat pertama dalam rapat
komisi, rapat gabungan komisi, rapat Badan
Legislasi, Rapat Badan Anggaran, atau Rapat
Panitia Khusus
2. Pembicaraan tingkat dua dalam rapat
paripurna
4. PENETAPAN DAN PENGESAHAN

• Presiden mengesahkan Rancagan


Undang-undang dengan membubuhkan
tanda tangan dalam jangka waktu paling
lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
Rancangan Undang-Undang tersebut
disetujui bersama oleh DPR dan
Presiden
PENETAPAN DAN PENGESAHAN

• Dalam hal RUU tidak ditandatangani oleh


Presiden dalam waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak Rancangan
Undang-undang tersebut disetujui
bersama, Rancangan-rancangan UU
tersebut sah menjadi Undang-undang
dan wajib diundangkan
PENGUNDANGAN

• Undang-undang diundangkan dalam


Lembaran Negara Republik Indonesia
• Peraturan perundangan mulai berlaku
dan mempunyai kekuatan mengikat pada
tanggal diundangkan, kecuali ditentukan
lain di dalam peraturan perundangan
yang bersangkutan.
NASKAH AKADEMIK

Naskah Akademik adalah naskah hasil penelitian


atau pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya
terhadap suatu masalah tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai
pengaturan masalah tersebut dalam suatu
Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan
Daerah Provinsi, Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota, sebagai solusi terhadap
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat.
TEKNIK PENYUSUNAN NASKAH
AKADEMIK RANCANGAN UU
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS EMPIRIS
BAB III : EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAM PERUNDANG-
UNDANGAN TERKAIT
BAB IV : LANDASAN FILISOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
BAB V : JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG
BAB VI : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN : RANCANGAN PERUNDANG-PERUNDANGAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Latar belakang memuat pemikiran dan alasan-alasan perlunya
penyusunan Naskah Akademik sebagai acuan pembentukan Rancangan
Undang-Undang atau Rancangan Peraturan Daerah tertentu
B. Identifikasi Masalah
Mencakup 4 (empat) pokok masalah, yaitu sebagai berikut:
1. Permasalahan apa yang dihadapi dalam kehidupan berbangsa,
bernegara, dan bermasyarakat serta bagaimana permasalahan tersebut
dapat diatasi.
2. Mengapa perlu Rancangan Undang-Undang atau Rancangan
3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,
yuridis pembentukan Rancangan Undang-Undang
4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,
jangkauan, dan arah pengaturan.
C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik
D. Metode
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTIS EMPIRIS

A. Bab ini dapat diuraikan dalam beberapa sub bab berikut:


Kajian teoretis.
B. Kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan penyusunan norma.
Analisis terhadap penentuan asas-asas ini juga memperhatikan berbagai
aspek bidang kehidupan terkait dengan Peraturan Perundang-undangan
yang akan dibuat, yang berasal dari hasil penelitian.
C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta
permasalahan yang dihadapi masyarakat.
D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan diatur dalam
Undang-Undang atau Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan
masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan negara
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS,
DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis
B. Landasan Sosiologis
C. Landasan Yuridis
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN UNDANG-UNDANG,

Mengenai ruang lingkup materi pada dasarnya


mencakup:
A. ketentuan umum memuat rumusan akademik
mengenai pengertian istilah, dan frasa;
B. Materi yang akan diatur;
C. ketentuan sanksi; dan
D. ketentuan peralihan.
BAB VI
PENUTUP

Bab penutup terdiri atas subbab simpulan dan saran.


A. Simpulan
Simpulan memuat rangkuman pokok pikiran
yang berkaitan dengan praktik
penyelenggaraan, pokok elaborasi teori, dan
asas yang telah diuraikan dalam bab
sebelumnya.
B. Saran
TERIMA KASIH
Ada Pertanyaan...

Anda mungkin juga menyukai