Anda di halaman 1dari 5

RESUME

“PERUNDANG-UNDANGAN”

NAMA : MUHAMMAD RICKY AFIAZALY


NIM : 502022148
KELAS : B
MATA KULIAH : HUKUM TATA NEGARA
DOSEN PENGAJAR : HELMI IBRAHIM, SH.,M.Hum

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG


PROGRAM STUDI S1 ILMU HUKUM
TAHUN AJARAN 2022/2023
A.Memahami peraturan Perundang-undangan
Sumber Hukum Tata Negara salah satunya adalah peraturan perundang-undangan. Peraturan
perundang-undangan menjadi hukum positif yang dijadikan dasar dalam penyelenggaraan
kekuasaan negara maupun penelenggaraan pemerintahan.
Peraturan perundang-undangan menjadi ruh dalam sistem Hukum Tata Negara karena banyak
mengatur hubungan antar organ-organ negara, penyelenggaraan pemerintahan baik di pusat
maupun daerah, bahkan juga mengatur bagaimana partisipasi masyarakat dalam
pemerintahan. Sebagai hukum positif, pembentukan peraturan perundang-undangan in
disesuaikan juga pada lembaga/institusi yang membentuknya berdasarkan pada kewenangan
yang diberikan.
Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang berisi norma-norma hukum
yang mengikat untuk umum, baik yang ditetapkan oleh regulator atau lembaga-lembaga
pelaksana undang-undang yang mendapat kewenangan delegasi dari undang-undang untuk
menetapkan peraturan-peraturan tertentu menurut peraturan yang berlaku.

B. Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan


Membahas hierarki peraturan perundang-undangan tidak terlepas dari teori Hans Kelsen
tentang Stuffenbau Theory yang menya-takan bahw a norma-norma hukum berjenjang-
jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata susunan, di mana norma hukum yang
paling rendah harus berpegangan pada norma hukum yang lebih tinggi, dan kaidah hukum
yang tertinggi harus berpegangan pada norma hukum yang paling mendasar (grundnorm).
Jenis dan hierarki peraturan perundangan-undangan telah mengalami beberapa perubahan
dasar hukum. Uraian mengenai perubahan pengaturan perundang-undangan adalah sebagai
berikut:
1. Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966 tentang Memorandum
DPRGR mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia & Tata Urutan Peraturan
Perundangan Republik Indonesia.
2. Tap MPR Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber Hukum & Tata
Urutan Peraturan Perundang-undangan.
3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan.
4. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan

umumnya materi muatan undang-undang adalah sebagai berikut:


a. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
b. perintah suatu undang-undang untuk diatur dengan undang-undang
c. pengesahan perjanjian internasional tertentu
d. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi
e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.

Terdapat tiga aspek agar undang-undang tersebut dapat berlaku, yaitu:


a. Aspek filosofis
b. Aspek sosiologis
c. Aspek yuridis

4. Peraturan Pemerintah
Peraturan pemerintah merupakan peraturan untuk melaksanakan norma-norma yang diatur
dalam undang-undang karena pada umumnya peraturan pemerintah ini ditetapkan karena
diminta secara tegas oleh undang-undang.

5. Peraturan Presiden
Peraturan presiden merupakan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan ole presiden
untuk menjalankan perintah peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi atau dalam
menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.

terdapat empat macam norma hukum yang dapat diatur dalam keputusan presiden, yaitu
1. Norma pengaturan yang berdasarkan kewenangan pendelegasian (gedelegeerde
wetterlijkeregels)
2. Norma hukum yang menyelenggarakan kebijakan pemerintahan yang tidak terikat atau
yang bersifat mandiri (teleidsregels)
3. Norma hukum yang berupa keputusan administratif yang berentang umum (besluite van
algemene strekking)
4. Norma hukum berupa keputusan administratif yang ditujukan kepada subjek hukum
tertentu, yang disebut sebagai keputusan tata usaha negara (besluiten gerich tot bepaalde
persoon a tau disebut juga beschikkingen).

6. Peraturan Daerah
Peraturan daerah merupakan peraturan yang dibentuk oleh Dewan Pewakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota dengan Bupati/Wali Kota.

Materi-materi yang dapat dimasukkan dalam pembentukan peraturan daerah adalah:


a. Penyelenggaraan otonomi daerah
b. Penelenggaraan tugas pembantuan
c. Penjabaran lebih lanjut dari ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dan
d. Materi muatan lokal.

7. Peraturan perundang-undangan lainnya


Jenis peraturan perundang-undangan selain yang dibahas di atas, ternyata masih terdapat jenis
lain peraturan perundang-undangan yang semua itu juga berlaku dalam sistem perundang-
undangan di Indonesia. Peraturan-peraturan tersebut diakui keberadaannya sebagai
penjabaran dari jenis peraturan perundang-undangan yang utama. Produk hukum daerah
merupakan produk hukum berbentuk peraturan dan penetapan.

C. Pengujian Peraturan Perundang-undangan


Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh pemerintah tidaklah mutlak dapat
diterima oleh masyarakat atau pihak-pihak yang diatur dalam peraturan tersebut.
Kewenangan pengujian peraturan perundang-undangan secara tegas diatur dalam UUD NRI
Tahun 1945. Pasal 24A ayat (1) dan Pasal 24C ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 merupakan
dasar pengujian peraturan perundang-undangan yang kewenangan diberikan kepada
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Pengujian terhadap peraturan perundang-
undangan ini dapat dibedakan dua hak dalam pengujian yaitu hak menguji formal dan hak
menguji materiil.Dua hak ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Hak menguji formal (formele toetsingrecht), yaitu wewenang untuk menilai apakah suatu
produk legislatif seperti undang-undang telah dibentuk dengan prosedur sebagaimana telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengujian formal merupakan
pengujian terhadap mekanisme atau prosedur dalam pembentukan peraturan perundang-
undangan.
b. Hak menguji materiil (materiele toetsingrecht), yaitu wewenang untuk menilai apakah
substansi peraturan perundang-undangan telah sesuai atau justru bertentangan dengan
peraturan per-undang-undangan yang tinggi derajatnya, serta apakah ke-kuasaan tertentu
berhak mengeluarkan kekuasaan tertentu.
Evaluasi dan pembatalan yang dilakukan oleh pemerintah meru-pakan du kegiatan yang
berbeda. Evaluasi terhadap rancangan peraturan daerah provinsi dilakukan oleh Menteri
Dalam Negeri sedangkan Gubernur melakukan evaluasi rancangan peraturan daerah
kabupaten/kota sesuai dengan:
a. Undang-undang di bidang pemerintahan daerah, yang terdiri atas:
1) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
2) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
3) APBD, perubahan APBD, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
4) Pajak daerah
5) Retribusi daerah
6) Tata ruang daerah.
b. Peraturan perundang-undangan lainnya, yang terdiri rencana pembangunan industri dan
pembentukan, penghapusan, peng-gabungan, dan/atau perubahan status desa menjadi
kelurahan atau kelurahan menjadi desa.

Pembatalan merupakan bentuk pengujian yang dilakukan oleh pemerintah terhadap produk
hukum daerah. Dalam hal ini, Peme-rintah Pusat yang diwakili ole Kementerian Dalam
Neger dan Gubernur memiliki kewenangan untuk membatalkan peraturan daerah apabila
peraturan daerah tersebut bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi, kepe-tingan umum, dan atau kesusilaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka terdapat tumpang tindih kewe-nangan dalam pengujian
peraturan perundang-undangan antara Mahkamah Agung dengan Pemerintah. Mahkamah
Agung memiliki kewenangan untuk melakukan pengujian terhadap peraturan perundang-
undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang yang di dalamnya termasuk
peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.

Anda mungkin juga menyukai