Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK


INDONESIA TAHUN 1945
Tujuan Pembelajaran
Peserta didik diharapkan mampu:
• Menjelaskan produk perundang-undangan serta
pihak-pihak yang berwenang menetapkan peraturan
perundang-undangan;
• Menguraikan asas pembentukkan dan proses
pembentukkan peraturan perundang-undangan;
• Menganalisis produk perundang-undangan dan
mengevaluasi ketidaksesuaian antarproduk peraturan
perundang-undangan;
• Mendeskripsikan perilaku-perilaku sesuai peraturan
perundang-
Unit 3 Hubungan antar Peraturan Perundang- undangan
2. Hubungan Antarregulasi Peraturan Perundang- undangan

Hierarki adalah suatu pangkat atau urutan kedudukan atau tingkatan. Hierarki bisa juga diartikan sebagai organisasi dengan
tingkat wewenang dari terbawah sampai teratas. Dalam hierarki hukum konstitusi negara merupakan hokum yang paling tinggi dan sifatnya
Fundamental. Hal ini menggambarkan bahwa peraturan perundang- undangan yang lebih rendah tidak bisa bertentangan dengan
konstitusi negara yaitu UUD NRI Tahun 1945. Penjelasan tentang hal tersebut terdapat dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Perundang- undangan. Dalam UU tersebut, dijelaskan bahwa perundang- undangan di Indonesia memiliki hierarki yang dimulai dari UUD
NRI Tahun 1945 sampai peraturan daerah kabupaten/ kota.
Regulasi adalah seperangkat peraturan untuk mengendalikan suatu tatanan yang dibuat supaya bebas dari pelanggaran dan
dipatuhi semua anggotanya. Regulasi berasal dari berbagai sumber, tetapi bentuk yang paling umum adalah regulasi pemerintah. Peraturan
pemerintah adalah perpanjangan dari Undang- undang. Sementara hubungan antarregulasi adalah hubungan yang mengatur tentang tatanan
tertentu yang dilandasi oleh peraturan perundang- undangan.
Regulasi UU tidak hanya menunjukkan adanya hierarki. Tetapi juga ada relasi atau hubungan yang tidak boleh saling
bertentangan/ tidak boleh terjadi tumpeng tindih antarperaturan. Jika ini terjadi, akan terjadi kekacauan aturan, yang menyebabkan
kebingungan bagi warga negara.
Unit 3 Hubungan antar Peraturan Perundang- undangan
2. Hubungan Antarregulasi Peraturan Perundang- undangan

 Menurut Diani Sadiwati permasalahan regulasi di Indonesia dapat diklasifikasikan ke dalam 4 problem utama, yaitu :
a. Konflik Peraturan dalam hal ini maksudnya adalah banyak peraturan perundang- undangan di Indonesia yang isi/ substansi pasal-
pasalnya secara nyata bertentangan dengan peraturan yang lainnya. Konflik regulasi tersebut terjadi pada tingkatan peraturan perundang-
undangan yang sama tingkatnnya peraturan perundang- undangan yang sama tingkatannya (konflik horizontal), maupun pada tingkatan
peraturan perundang- undangan yang berbeda tingkatannya (konflik vertikal). Contohnya terkait pengaturan jangka waktu pemberian
Hak Guna Usaha (HGU).
b. Inkonsistensi Peraturan, dalam hal ini yang dimaksud inkonsistensi regulasi adalah di dalam satu persatuan perundang- undangan
terdapat banyak pasal/ pengaturan yang tidak konsisten dengan pengaturan di dalam peraturan perundang- undangan turunannya/
peraturan perundang- undangan yang masih berkaitan dengan peraturan perundang- undangan yang dimaksud
c. Multitafsir Peraturan, dalam hal ini yang dimaksud multitafsir peraturan adalah apabila di dalam suatu pasal/ ketentuan dalam suatu
peraturan perundang- undangan terdapat ketidakjelasan rumusan, baik itu dari segi objek, subjek ataupun tata Bahasa yang diatur,
sehingga dapat menimbulkan penafsiran yang bermacam- macam.
Unit 3 Hubungan antar Peraturan Perundang- undangan
2. Hubungan Antarregulasi Peraturan Perundang- undangan

Contoh Pasal 156 huruf a kitab Undang- Undang Hukum Pidana yang
menegaskan bahwa pada intinya setiap orang dilarang dengan sengaja
mengemukakan perasaan/ melakukan suatu tindakan yang sifatnya
permusuhan, penyalahgunaan atau penodaan terhadap agama
tertentu yang dianut di Indonesia

d. Tidak operasional yang dimaksud dengan tidak operasional adalah


bahwa peraturan perundang- undangan yang berlaku akif
seharusnya memiliki kemampuan dan kegunaan untuk
menyelesaikan permasalahan hukum di masyarakat, menciptakan
keadilan dan kepastian hukum akan tetapi justru tidak memiliki
daya guna dan daya kerja tersebut.
Unit 3 Hubungan antar Peraturan Perundang- undangan
3. Menganalisis Peraturan Perundang- undangan

Di Negara Indonesia, segala peraturan tidak boleh bertentangan dengan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara dan UUD NRI Tahun 1945 sebagai hukum dasar bagi peraturan perundang- undangan. Kedua hal tersebut tercantum dengan jelas
pada Pasal 2 dan Pasal 3 Ayat (1) UU RI No. 12 Tahun 2011 tentang diubah dengan UU RI No. 13 Tahun 2022 tentang Perubahan kedua atas
UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan.
 Hubungan antarperaturan perundang-undangan di Indonesia, yaitu :
a. Tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945
b. Harus merujuk/ memiliki cantolan terhadap pasal atau ayat yang ada dalam UUD NRI Tahun 1945
c. Isinya harus searah dan mendukung terhadap peraturan perundang- undangan yang diatasnya
d. Norma hukum yang ada harus dapat dilaksanakan
e. Istilah yang digunakan harus jelas dan tidak menimbulkan penafsiran yang bermacam- macam
f. Harus selaras dengan upaya melayani kepentingan rakyat, memperhatikan rasa keadilan masyarakat dan tidak berpeluang terjadinya
korupsi
Unit 3 Hubungan antar Peraturan Perundang- undangan
3. Menganalisis Peraturan Perundang- undangan

a. Penyesuaian melalui Perubahan Peraturan Perundang- undangan

Perubahan peraturan perundang- undangan adalah proses yang dilakukan dengan menyisipkan atau menambah materi ke
dalam peraturan perundang- undangan, atau dengan menghapus/ mengganti sebagian materi peraturan perundang- undangan yang telah
ada sebelumnya. Perubahan peraturan perundang- undangan yang telah ada sebelumnya. Perubahan peraturan perundang- undangan
dapat dilakukan terhadap seluruh atau sebagian buku, bab, bagian, paragraph, pasal dan/atau ayat, kata, frasa, istilah, kalimat, angka
dan/atau tanda baca. Contoh Analisis UU Mineral dan UU Mineral Perubahan. Pemerintah menerbitkan UU RI No. 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara atau yang dikenal dengan UU Minerba. Pada tanggal 12 Mei 2020 dalam Sidang Paripurna DPR
menyetujui RUU Perubahan UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (RUU Minerba) untuk disahkan
menjadi Undang- undang. RUU Minerba perubahan pun diundangkan menjadi UU RI No. 3 Tahun 2020 tentang perubahan atas UU No. 4
Tahun 2009 tentang pertambangan Mineral dan Batubara. Terdapat sejumlah perubahan siginifikan dalam UU Minerba perubahan ini,
antara lain jumlah Bab menjadi dua puluh delapan dan jumlah Pasal menjadi 217 Pasal. Perubahan ini dilakukan dengan menambah dua
bab, menghapus Sembilan Pasal menambah 51 Pasal dan mengubah 83 Pasal.
Unit 3 Hubungan antar Peraturan Perundang- undangan

3. Menganalisis Peraturan Perundang- undangan

 Terdapat materi muatan baru yang ditambahkan dalam Undang- Undang Minerba Perubahan, yaitu sebagai berikut :
a. Ketentuan mengenai konsep wilayah hukum pertambangan
b. Perubahan kewenangan pengelolaan mineral dan batubara
c. Kewajiban menyusun rencana pengelaloaan mineral dan batubara bagi usaha pertambangan
d. Penugasan kepada lembaga riset negara, BUMN,BUMD atau Badan Usaha untuk melakukan penyelidikan dan penelitian dalam rangka
menyiapkan Wilayah Ijin Usaha Pertambangan (WIUP)
e. Pengaturan kembali perizinan dalam pengusahaan mineral dan batura, termasuk di dalamnya konsep perizinan baru terkait pengusahaan
bantuan untuk jenis tertentu atau untuk keperluan tertentu serta perizinan untuk pertambangan rakyat
f. Penguatan kebijakan terkait pengelolaan lingkungan hidup pada kegiatan usaha pertambangan, termasuk pelaksanaan reklamasi
pascatambang
Berdasarkan poin- poin perubahan tersebut, dapat dipahami bahwa pembaruan peraturan perundang- undangan dilakukan guna
mewujudkan kehidupan bangsa Indonesia yang makmur, adil dan damai.
Unit 3 Hubungan antar Peraturan Perundang- undangan
3. Menganalisis Peraturan Perundang- undangan

b. Ketidaksesuaian Peraturan Perundang- undangan

Bentuk ketidaksesuaian antarperaturan perundang- undangan dapat berupa materi produk peraturan perundang- undangan
yang lebih rendah bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi. Materi yang telah ditetapkan dan diduga
bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi, misalnya UU yang yang bertentangan dengan UUD NRI Tahun
1945, akan dilakukan judicial review atau pengujian oleh Mahkamah Konstitusi keputusan berdasarkan hasil pengujian dapat berupa
pembatalan terhadap UU yang telah ditetapkan tersebut.

Ketidaksesuaian UU Perkoperasian dengan UUD NRI Tahun 1945

Untuk membahas ketidaksesuaian peraturan perundang- undangan, pada bagian ini akan dianalisis UU RI No. 17 Tahun 2012
tentang Perkoperasian. UU tersebut diundangkan pada tanggal 30 Oktober 2012 untuk menggantikan UU RI No. 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian yang dianggap sudah tidak cocok dengan kebutuhan hukum dan perkembangan perkoperasian di Indonesia.

UU RI No. 17 Tahun 2012 (UU Perkoperasian) disusun untuk mempertegas jati diri kopersi, asas dan tujuan, keanggotaan,
perangkat organisasi, modal, pengawasan, peranan gerakan koperasi dan pemeritah, pengawasan Koperasi Simpan Pinjam dan penjamin
Simpanan Anggota Koperasi Simpan Pinjam serta sanksi yang dapat turut mencapai tujuan pembangunan koperasi.
Unit 3 Hubungan antar Peraturan Perundang- undangan
3. Menganalisis Peraturan Perundang- undangan

Implementasi makin dipercaya, kuat, sehat, mandiri dan tangguh serta bermanfaat bagi anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya. Akan tetapi, materi UU Perkoperasian dianggap bertentangan dengan Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 yang menyatakan
“Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Pasal- Pasal yang dianggap bertentangan dan digugat ke
Mahkamah Konstitusi (MK) dalah Pasal 1 angka 1, Pasal 50 Ayat (1), Pasal 55 Ayat (1), Pasal 56 Ayat (1), Pasal 66, Pasal 67, Pasal 68, Pasal 69,
Pasal 70, Pasal 71, Pasal 72, Pasal 73, Pasal 74, Pasal 75, Pasal 76, Pasal 77, Pasal 80, Pasal 82 dan Pasal 83. Keputusan MK membatalkan UU
tersebut didasarkan pertimbangan, salah satunya bahwa UU tersebut secara massif mengandung ciri- ciri kapitalisme yang bertentangan
dengan jiwa koperasi sebagai usaha gotong royong yang didasarkan pada semangat kekeluargaan.

 Ciri- ciri kapitalisme yang diidentifikasi MK adalah sebagai berikut :

a. UU Perkoperasian menempatkan modal sebagai penentu

b. UU Perkoperasian berorientasi pada keuntungan (profit oriented)

c. UU Perkoperasian berbasis kepentingan orang seorang

d. UU Perkoperasian menjadikan orang lain sebagai kompetitor

Anda mungkin juga menyukai