Anda di halaman 1dari 3

ASAS MATERI MUATAN DALAM


PEMBENTUKAN PERATURAN
DAERAH
Super User | 19 November 2014 | Dilihat: 61085

Suka 1 f Share Postingan Share Save

- Eka NAM Sihombing, SH, M.Hum -


Perancang Peraturan Perundang-undangan Muda
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Sumut

Persyaratan terpenting untuk dapat dikatakan sebagai hukum yang baik


adalah hukum harus didasarkan pada prinsip manfaat (Jeremy Bentham).
Selain prinsip manfaat tersebut, hukum juga harus diketahui semua orang,
konsisten, pelaksanaannya jelas, sederhana, dan ditegakkan secara tegas.
Kondisi kekinian yang terjadi di Indonesia dalam pembentukan hukumnya
sangat bertolakbelakang dengan prinsip-prinsip hukum yang baik di atas.
Timbulnya gejala pembentukan peraturan perundang-undangan yang
berlebihan (baca : hiper regulasi) di Indonesia sejalan dengan pendapat Ann
Seidman bahwa kebanyakan negara berkembang yang sedang dalam masa
transisi menghadapi permasalahan, yaitu belum berhasil mencapai tujuan-
tujuan sosial, ekonomi ataupun mewujudkan suatu pemerintahan yang
bersih. (Ann Seidman, Robert B Seidman dan Nalin Abeysekere : 2001) Untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut di atas, pemerintah menerjemahkannya
dengan kebijakan-kebijakan yang diusulkan menjadi suatu peraturan
perundang-undangan.
Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Indonesia untuk mewujudkan
peraturan perundang-undangan yang berdayaguna dan berkualitas
sebenarnya sudah tercermin dengan dibentuknya UU No. 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang kemudian
diganti dengan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Undang-undang ini mengatur persyaratan
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik, diantaranya
berkaitan dengan sistem, asas, tata cara penyiapan dan pembahasan, teknik,
penyusunan, dan pemberlakuannya. Salah satu hal terpenting dalam
pembentukan peraturan perundang-undangan harus benar-benar
memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki
peraturan perundang-undangan. (Penjelasan Pasal 5 huruf c UU No. 12 Tahun
2011) Hamid S. Attamini menyebutkan bahwa asas materi muatan peraturan
perundang-undangan yang tepat digolongkan sebagai bagian dari asas
formal. (Hamid S. Attamini : 1990) Alasan pentingnya asas materi muatan ini
dikarenakan, Pertama, sebagai konsekuensi dari adanya tata urutan (hierarki)
peraturan perundang-undangan (setiap jenis peraturan perundang-undangan
yang baik harus diperhatikan mengenai materi muatan yang akan dituangkan
dalam dalam peraturan perundang-undangan tersebut. Kedua, dalam
membentuk peraturan perundang-undangan yang baik harus diperhatikan
mengenai materi muatan yang akan dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan tersebut. (Dahlan Taib : 2009) Ketiga, materi muatan terkait dengan
cara merumuskan norma, perumusan norma peraturan harus ditujukan
langsung kepada pengaturan lingkup bidang tugas masing-masing yang
berasal dari pendelegasian peraturan perundang-undanganan yang
tingkatannya lebih tinggi atau sederajat. (Suhariyono AR : 2007)

Perspektif Peraturan Daerah


Pembentukan peraturan daerah merupakan manifestasi kewenangan yang
diserahkan kepada pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi
daerah untuk menjalankan hak dan kewajibannya. Dalam pembentukannya
telah ditetapkan serangkaian asas meliputi kejelasan tujuan, kelembagaan
atau organ pembentuk yang tepat, kesesuaian antara jenis dan materi
muatan, dapat dilaksanakan, kedayagunaan dan kehasilgunaan, kejelasan
rumusan serta keterbukaan. Semua parameter tersebut tentunya bertujuan
agar konsep otonomi daerah berjalan pada jalur yang telah ditetapkan,
semakin mendekatkan pelayanan pemerintah daerah kepada masyarakat dan
yang terpenting tidak mengancam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam Pasal 14 UU No. 12 Tahun 2011 disebutkan bahwa materi muatan
Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi
materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas
pembantuan serta menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran
lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Materi muatan
dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan
mengandung makna bahwa pembentukan peraturan daerah harus
didasarkan pada pembagian urusan antara pemerintah, pemerintah provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan
Perundang-Undangan lain yang mengatur mengenai pembagian urusan di
bidang tertentu (seperti peraturan perundang-undangan di bidang
pertambangan, kehutanan dsb) . Materi muatan untuk menampung kondisi
khusus daerah; bermakna bahwa peraturan daerah sebagai peraturan yang
mengagregasi nilai-nilai masyarakat di daerah yang berisi materi muatan nilai-
nilai yang diidentifikasi sebagai kondisi khusus daerah. penjabaran lebih
lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi bermakna bahwa
secara yuridis pembentukan perda bersumber kepada Peraturan Perundang-
undangan yang lebih tinggi, dengan kata lain pembentukan Peraturan Daerah
harus berdasarkan pendelegasian dari Peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi.
Asas Materi muatan merupakan hal yang sangat penting untuk difahami oleh
pembentuk peraturan daerah, asas materi muatan yang tepat juga sangat
bermanfaat sebagai parameter dalam menuangkan isi peraturan daerah,
kekeliruan pemahaman terhadap materi muatan dimaksud dapat
mengakibatkan tumpang tindihnya antara materi muatan peraturan daerah
dengan peraturan perundang-undangan lainnya. Ketaatan dalam pemenuhan
serangkaian asas pembentukan peraturan perundang-undangan termasuk
asas materi muatan yang tepat diharapkan dapat menjadikan peraturan
daerah yang implementatif dan memberikan kemanfaatan yang sebesar-
besarnya kepada masyarakat di daerah.


 Cetak  E-mail

Copyright © 2024 Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia


Kontak Kami Berita F.A.Q

Anda mungkin juga menyukai