PENDAHULUAN
dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUD NRI Tahun 1945) yang
undangan.
undangan yang baik harus dibuat berdasarkan tiga asas, yaitu asas yuridis,
1
Rosjidi Ranggawidjaja, 1988, Pengantar Ilmu Perundang-undangan Indonesia, Penerbit Mandar
Maju, Bandung, Hal. 80.
1
filosofis mengandung makna bahwa suatu peraturan perundang-undangan
yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga
negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
dalam arti suatu norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar
pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada suatu
norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotetis dan fiktif,
yaitu Norma Dasar (Grundnorm). Hans Nawiasky murid dari Hans Kelsen
jenjang, norma hukum dari suatu negara itu juga berkelompok-kelompok, dan
2
Badan Penelitian dan Pengembangan HAM dan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran, 2003,
Partisipasi Publik dalam Proses Legislasi sebagai Pelaksanaan Hak Politik, Badan Penelitian dan
Pengembangan HAM, Jakarta, Hal. 210
2
pengelompokan norma hukum dalam suatu negara itu terdiri atas empat
otonom).
terdiri atas:
d. Peraturan Pemerintah;
e. Praturan Presiden;
3
Jimly Asshiddiqie & M.Ali Safa’at, 2006, Teori Hans Kelsen, Penerbit Sekretariat Jenderal
&Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, Hal. 170.
3
Pasal 18 ayat (6) bahwa Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan
236 ayat (1) yang berbunyi, untuk menyelenggarakan otonomi daerah dan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor 28 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah
4
1. Pasal 36 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 diamanatkan
hukum;
5
(2) Penyusunan Propemperda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat mengikutsertakan instansi vertikal terkait.
(3) Instansi vertikal terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri
atas:
A. instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang hukum; dan/atau
...
Namun, dari semua peraturan perundang-undangan yang mengatur
normen) dengan tipe norma tingkah laku “izin” (totemming) yang artinya
boleh melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu4. Oleh sebab itu,
4
Sri Hariningsih dalam
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/files/doc/1944_Perumus%20Norma%20dalam%20Peraturan
%20Perundang-undangan.pdf, diunduh pada 27 Mei 2016.
Norma peraturan perundang-undangan perundang-undangan terdiri atas:
1. Norma tingkah laku (gedrags normen)
2. Norma kewenangan (bevoegdheids normen)
3. Norma Penetapan (bepalende normen)
Terdapat 4 (empat) tipe norma tingkah laku yaitu:
1. Larangan (verbod), jangan melakukan sesuaitu, untuk ketentuan ini digunakan kata “dilarang”
2. Perintah (gebod), harus melakukan sesuatu, untuk ketentuan ini digunakan kata”wajib” dan
“harus”
3. Izin (toetemming), boleh melakukan sesuatu, untuk ketentuan ini digunakan kata”dapat”
4. Pembebasan dari suatu perintah (vrijstelling), biasanya digunakan kata “kecuali” (apabila
dirumuskan dalam Pasal tanpa ayat) atau “dalam hal” (apabila dirumuskan dalam Pasal yang
memiliki ayat)
6
98 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011, setiap tahapan
pengundangan.
B. Rumusan Masalah
7
3. Bagaimanakah akibat hukum optimalisasi keterlibatan Kantor Wilayah
C. Tujuan Penelitian
hendak dicapai. Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam
D. Manfaat Penelitian
bagi berbagai pihak. Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini
adalah:
8
1. Manfaat Secara Teoritis
undangan.
9
Pembentukan Peraturan Daerah (Studi Kasus di Kantor Wilayah
E. Kerangka Konseptual
ilmu tersebut agar produk hukum yang dihasilkan dapat diterima dan
5
Esmi Warrassih, 2005, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Cet. I, Suryandaru Utama,
Semarang, Hal. 37-38.
10
staatsliche Rechtssetzung, sehingga pembentukan peraturan itu
menyangkut6:
Regelung);dan
6
Maria Farida Indrati S, 2007, Ilmu Perundang-undangan “Proses dan Teknik Pembentukannya”,
Kanisius, Yogyakarta, Hal. 226.
7
Zudan Arif Fakrulloh, Simplifikasi dan Reformasi Regulasi di Era Otonomi Daerah
http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-puu/244-simplifikasi-dan-reformasi-regulasi-di-era-
otonomi-daerah.html.
11
desentralisasi yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat sebagimana
pembantuan.
2011, materi muatan Peratura Daerah juga terdapat dalam Pasal 236 ayat
(3) dan ayat (4) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 bahwa Peraturan
12
perundang-undangan yang lebih tinggi. Selain materi muatan tersebut
Bupati/Walikota.
kabupaten/kota;
sebagai berikut :
13
(1) DPRD kabupaten/kota mempunyai fungsi:
a.pembentukan Perda Kabupaten/Kota;
b.anggaran; dan
c.pengawasan.
Serta ketentuan Pasal 150 yang berbunyi :
dan atau kota sebagaimana diatur dalam Pasal 65 ayat (2) Undang-Undang
ada Perda yang lahir dengan tidak melibatkan salah satunya maka Perda
14
(delegatie van wetgevingsbevogheid) atau kewenangan atribusi (attributie
pemerintahan.8
lebih rendah, baik dinyatakan secara tegas materi muatan apa yang
tersebut.
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
8
Maria Farida Indrati Soeprapto, 2002, Ilmu Perundang-undangan: Dasar-dasar dan
Pembentukannya, cet.5, Kanisius, Jakarta, Hal. 35.
15
f. Peraturan Daerah Propinsi;
yaitu9:
pembentuk yang tepat, keseuaian antara jenis dan materi muatan, dapat
keterbukaan,
tata kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM diatur dalam
9
Widodo Ekatjahjana, 2008, Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan, Citra Aditia,
Bandung, Hal. 2-3.
16
Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 28 Tahun 2014
Wilayah Kementerian Hukum dan HAM terdiri dari 4 (empat) divisi, yaitu
Divisi Pelayanan Hukum dan HAM. Pada Divisi Pelayanan Hukum dan
HAM terdiri dari 3 (tiga) Bidang yaitu, Bidang Pelayanan Hukum, Bidang
17
b. pelaksanaan kerja sama, pemantauan, evaluasi, serta penyusunan
Hukum dan Hak Asasi Manusia Tahun 2016, dalam hal ini Kanwil
18
presentase pembentukan produk hukum daerah yang terfasilitasi sesuai
permohonan.
a. Tahapan Perencanaan
19
terkait. Instansi vertikal terkait adalah instansi vertikal dari
bidang hukum.
b. Tahapan Pembahasan
20
F. METODE PENELITIAN
1. Metode Pendekatan
pejabat, jalinan kaidah dan norma, hukum positif tertulis, tetapi juga dapat
teratur dan ajeg.11 Dengan pendekatan ini maka diharapkan dapat dikaji
kata lain, kesesuaian antara law in books dengan law in action atau
2. Tipe Penelitian
peraturan daerah.
10
Bambang Waluyo, 1991, Penelitian Hukum dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, Hal. 14
11
Soerjono Soekamto dan Purnadi Purbacaraka, 1979, Perihal Penelitian Hukum, Alumni,
Bandung, Hal. 65
21
3. Sumber Data
Untuk mendapat data yang akurat dan faktual, maka diperlukan data
a. Data primer.
diteliti.
b. Data sekunder.
tersier.
12
J. Supranto, 2003, Metode Penelitian Hukum dan Statistik, Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 2
13
Ronny Hanitijio Soemitro, 1994, Metode Penelitian Hukum dan Yurimetri, Ghalia, Jakarta
14
Soerjono Soekanto, Op Cit, Hal. 151-152
22
a) UUD NRI Tahun 1945;
2014;
9 Tahun 2015).
seminar hukum;
hukum.
23
4. Metode Pengumpulan Data
a. Kepustakaan
relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.
b. Observasi
c. Wawancara
penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih
15
Raco JR, 2010, Metode Penelitian Kualitatif:Jenis, Karakteristik, dan Keunggulannya ,
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, Hal. 122
16
Maleong, Lexy, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya Offset, Bandung
Hal. 176
24
bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi
atau keterangan-keterangan.17
jawaban spontan dan gambaran yang lebih luas tentang masalah yang
17
Choloid Narbuko dan Abu Achmadi, 2001, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, Hal.
81
25
5. Metode Analisis Data
interpretasi data dan memahami hasil analisis. Data yag diperoleh melalui
data yang terkumpul diedit, diolah dan disusun secara sistematis untuk
Metode analisis yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode analisa
data kualitatif. Artinya semua data yang diperoleh dianalisis secara utuh
G. Sistematika Penulisan
Penulisan ini disusun dalam 4 (empat) bab, yaitu Bab I, Bab II,
Bab III, dan BAB IV. Dari bab-bab tersebut kemudian diuraikan lagi menjadi
26
Bab I Pendahuluan yang terdiri dari, Latar Belakang Masalah,
Penelitian.
Daerah.
diambil dari analisis dari hasil penelitian dan pembahasan, dan Saran yang
27