Topik Perkuliahan:
1. Pengantar Teori dan Sistem Perundang-Undangan
2. Jenis, Hierarki, Model dan Preferensi dalam Sistem Perundang-Undangan
3. Wewenang pembentukan peraturan perundang-undngan
4. UUD dan Ketetapan MPR
5. Undang-Undang, Perpu dan Regulasi
6. Aturan Kebijakan
7. Pengujian Peraturan Perundang-Undangan
8. Keberlakuan Peraturan Perundang-Undangan
9. Norma Hukum dan Penormaan Peraturan
15 Februari 2024
Pengantar Hukum Perundang Undangan
Peter Noll:
Pokok Kajian Hukum Perundang Undangan (Gesetzgebungslehre) adalah tentang:
- Bagaimana hukum melalui perundang-undangan dapat dibentuk secara optimal; dan
- Bagaimana memperoleh jawaban agar keadaan social melalui norma sesuai dengan arah yang
diharapkan
Jurden Rodig:
Gesetzgebungstheorie adalah bentuk multidisipliner dari pengolahan Ilmu Hukum yang menggunakan
perspektif dan metode teoritik dari disiplin ilmu lain dengan tujuan meneliti gejala perundang-
undangan. Menurut Jurden Rodig, Gesetzgebungstheorie mengandung 2 segi yakni:
1. Segi Statik: proses perumusan isi peraturan
2. Segi Dinamik: Proses pemilihan isi peraturan dari alternatif ynag tersedia
Statik
Dari Norma Umum yang kemudiam dapat ditarik ke Norma Khusus
Dinamik
Norma Umum yang kemudian diturunkan ke Norma-Norma Khusus (Hierarkis sepereti hierarki
peraturan perundang-undangan yang terdapat di Indonesia)
UU No. 12 Tahun 2011
Legisprudence:
Legislative Drafting and Legislative Studies
Legisprudence is an exploration of the intersecting lines between legal theory and legislation, in other
word is to study legislative problems from the angle of legal theory.
It aims at furthering the theoretical understanding as well as the technical handling of legislation; it
combines elements of science, art and craftsmanship; it concerns both the content of legislation and its
form.
Burkhardt Krems
Ilmu Perundang-Undangan (Gesetzgebungswissenschaft) mempunyai dua arah:
1. Gesetzgebungstheorie menjelaskan dan menjernihkan pemahaman-pemahaman.
2. Gesetzgebungslehre (Ilmu Perundang-Undangan dalam artian sempit) yakni melakukan
perbuatan/Tindakan yaitu membentuk peraturan: proses, metode, dan teknik perundang-
undangan.
Burkhardt Krems:
Ilmu Pengetahuan Perundang-Undangan yakni Ilmu Pengetahuan Interdisipliner tentang pembentukan
peraturan perundang-undangan yang terbagi 2 yakni:
1. Teori Perundang-Undangan
Bersifat kognitif berorientasi kepada menjelaskan dan menjernihkan pemahaman
2. Ilmu Perundang-Undangan
Bersifat normatif berorientasi kepada melakukan perbuatan pengaturan, yang terbagi 3 yakni:
a. Proses Perundang-Undangan
b. Metode Perundang-Undangan
c. Teknik Perundang-Undangan
Overview (kiri ke kanan)
22 Februari 2024
Jenis, Hierarki Peraturan Perundang-Undangan dan Asas Preferensi
Tata Susunan Aturan Hukum Indonesia Menurut Stufenbau Theory (Hans Kelsen/Hans Nawiasky)
Dari atas (paling superior) ke bawah (paling inferior):
a. Pancasila/Pembukaan UUD 1945 Grundnorm
b. Pasal-Pasal UUD 1945/TAP MPR Grund Gezetze
c. UU/Perpu Formele Gezetze
d. Produk Eksekutif (PP/Perpres/Perda) Autonomous Zatsungens
Hierarki Norma Hukum (StufentheorieKelsem):
Norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata susunan,
dimana suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih
tinggi, demikian seterusnya sampai pada suatu norma ynag tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan
bersifat hipotesis dan fiktid, yaitu Norma Dasar (Grundnorm) (Kelsen1945: 113).
Jenis/Nomenklatur
- Menunjuk pada nam/bentuk/figure/figur hukum
- Nama/bentuk/figure hukum mengandung aspek-aspek:
a. Materi Muatan
b. Kewenangan Pembentukan
c. Hierarki Jenjang Aturan atau Jenjang Norma
Pengaturan Jenis dan Hieraki
- UUD NRI Tahun 1945
- Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
- Peraturan Perundang-Undangan Lainnya
Pengaturan Dalam UUD NRI Tahun 1945
- Pengaturan Dalam UUD NRI meliputi aspek:
a. Jenis/Nama
b. Hierarki
UUD NRI Tahun 1945: Jenis dan Hierarki
29 Februari 2024
Wewenang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Sub Pokok Bahasan:
- Pendelegasian wewenang dari undang-undang ke peraturan di bawah undang-undang (The
Concept of Delegated Legislation)
- Sumber Wewenang dalam Pemerintahan
Hans Kelsen:
Suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi.
Sampai pada suatu norma tidak dapat ditelusuri lagi (Grundnorm)
1. Grundnorm
2. Grundgesetz
3. Formal Gesetz
4. Autonome Satzung
Peristilahan
- Wewenang/authority/bevoegdheid adalah konsep hukum yang mendasar dan sangat penting
dalam hukum tata negara dan hukum administrasi negara.
- Authority menurut Black Law Dictionary adalah:
Legal power; a right to command or to act; the right and power of public officers to require
obedience to their orders lawfully issued in scope of their public duties
- Jaap C. Hage dan Dietmar (Explicating The Concept of Legal Competence), menyatakan
bahwa: “competence is necessary condition for validity”
Use of delegated legislation
- To take the aim of primary legislation further
- To introduce technical or detailed provisions necessary for the implementation of primary
legislation
- To introduce administrative arrangements necessary for primary legislation
- To supplement part of primary legislation
UU No. 12 Tahun 2011
- UUD NRI 1945
- Ketetapan MPR
- UU/Perpu
- PP
- Perpres
- Perda Provinsi
- Perda Kota/Kabupaten
Delegated legislation refers to legally binding provisions made under power delegated from the
legislative to the executive.
The validity of delegated legislation is dependent mainly upon:
- The elimination of authority to legislate in the ‘enabling clause’
Delegated legislation may be attacked for invalidity on two main bases;
- Invalidity related to procedural aspects
- Invalidity related to substantive aspects
Hart
Fungsi Wewenang:
Untuk menguji kekuasaan sekaligus membatasi kekuasaan dengan cara melihat kekuasaan yang
diberikan kepada pihak lain.
Komponen Wewenang
Pengaruh + Dasar Hukum + Konformitas Hukum
Wewenang: Pengaruh, Dasar Hukum, Konformitas
- Komponen pengaruh: penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku
subjek hukum Sarana Legitimasi
- Komponen Dasar Hukum: wewenang harus selalu dapat ditunjuk dasar hukumnya
- Komponen Konformitas:
Setiap wewenang mempunyai standard, dapat berupa standar umum (semua jenis wewenang)
dan standar khusus (untuk jenis wewenang tertentu) Sarana Menguji Batas Kekuasaan
Peraturan Perundang-Undangan (UU No. 12 Tahun 2011):
1. Tertulis
2. Isi: Norma Hukum
3. Sifat: Mengikat Umum
4. Kewenangan membentuk: Lembaga Negara atau Pejabat
5. Memenuhi Prosedur Pembentukan
Authotitative
Sifat ‘authoritative’ peraturan perundang-undangan:
1. Karena adanya kewenangan pembentukan untuk menghasilkan peraturan perundang-
undangan, dengan prosedur tertentu
2. Karena materi muatannya
Cara Memperoleh Wewenang
- Atribusi
- Pelimpahan:
a. Delegasi
b. Mandat
Atribusi
- Cara formal untuk memperoleh wewenang pemerintahan
- Merupakan wewenang untuk membuat keputusan yang langsung bersumber langsung dari
UUD atau UU
- Pembentukan wewenang tertentu dan pemberiannya pada organ tertentu
“Yang dapat membentuk wewenang adalah organ yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-
undangan.”
Delegasi
- Pelimpahan wewenang dari satu lembaga kepada lembaga lain yang meliputi pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab, dengan demikian pemberi delegasi telah kehilangan wewenangnya
- Syarat:
a. Definitive Delegans tidak dapat menggunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan itu
b. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
c. Tidak kepada bawahan
d. Kewajiban memberi keterangan
e. Delegans memberikan instruksi tentang tentang penggunaan wewenang tersebut
Mandat
- Pelimpahan wewenang dari alasan kepada bawahan untuk melaksanakan tugas, sedangkan
tanggung jawab tetap dipegang pemberi mandat (atasan)
- Tanggung gugat tetap ada pada pemberi mandat
- Tidak bermaksud memberi wewenang kepada bawahan
- Tidak terjadi peralihan wewenang
Pasal 31 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
(1) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Kabupaten/Kota
(2) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan pelaksanaan pemilihan Kepala
Desa secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan Kepala Desa serentak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014
Pasal 40
(1) Pemilihan kepala Desa dilaksanakan secara serentak serentak di seluruh wilayah
Kabupaten/Kota
(2) Pemilihan kepala Desa secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan bergelombang paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun.
Pasal 46
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemilihan kepala desa diatur dengan Peraturan Menteri