Anda di halaman 1dari 12

Hukum Perundang Undangan

Topik Perkuliahan:
1. Pengantar Teori dan Sistem Perundang-Undangan
2. Jenis, Hierarki, Model dan Preferensi dalam Sistem Perundang-Undangan
3. Wewenang pembentukan peraturan perundang-undngan
4. UUD dan Ketetapan MPR
5. Undang-Undang, Perpu dan Regulasi
6. Aturan Kebijakan
7. Pengujian Peraturan Perundang-Undangan
8. Keberlakuan Peraturan Perundang-Undangan
9. Norma Hukum dan Penormaan Peraturan
15 Februari 2024
Pengantar Hukum Perundang Undangan
Peter Noll:
Pokok Kajian Hukum Perundang Undangan (Gesetzgebungslehre) adalah tentang:
- Bagaimana hukum melalui perundang-undangan dapat dibentuk secara optimal; dan
- Bagaimana memperoleh jawaban agar keadaan social melalui norma sesuai dengan arah yang
diharapkan
Jurden Rodig:
Gesetzgebungstheorie adalah bentuk multidisipliner dari pengolahan Ilmu Hukum yang menggunakan
perspektif dan metode teoritik dari disiplin ilmu lain dengan tujuan meneliti gejala perundang-
undangan. Menurut Jurden Rodig, Gesetzgebungstheorie mengandung 2 segi yakni:
1. Segi Statik: proses perumusan isi peraturan
2. Segi Dinamik: Proses pemilihan isi peraturan dari alternatif ynag tersedia
Statik
Dari Norma Umum yang kemudiam dapat ditarik ke Norma Khusus
Dinamik
Norma Umum yang kemudian diturunkan ke Norma-Norma Khusus (Hierarkis sepereti hierarki
peraturan perundang-undangan yang terdapat di Indonesia)
UU No. 12 Tahun 2011
Legisprudence:
Legislative Drafting and Legislative Studies

Legisprudence is an exploration of the intersecting lines between legal theory and legislation, in other
word is to study legislative problems from the angle of legal theory.
It aims at furthering the theoretical understanding as well as the technical handling of legislation; it
combines elements of science, art and craftsmanship; it concerns both the content of legislation and its
form.
Burkhardt Krems
Ilmu Perundang-Undangan (Gesetzgebungswissenschaft) mempunyai dua arah:
1. Gesetzgebungstheorie menjelaskan dan menjernihkan pemahaman-pemahaman.
2. Gesetzgebungslehre (Ilmu Perundang-Undangan dalam artian sempit) yakni melakukan
perbuatan/Tindakan yaitu membentuk peraturan: proses, metode, dan teknik perundang-
undangan.
Burkhardt Krems:
Ilmu Pengetahuan Perundang-Undangan yakni Ilmu Pengetahuan Interdisipliner tentang pembentukan
peraturan perundang-undangan yang terbagi 2 yakni:
1. Teori Perundang-Undangan
Bersifat kognitif berorientasi kepada menjelaskan dan menjernihkan pemahaman
2. Ilmu Perundang-Undangan
Bersifat normatif berorientasi kepada melakukan perbuatan pengaturan, yang terbagi 3 yakni:
a. Proses Perundang-Undangan
b. Metode Perundang-Undangan
c. Teknik Perundang-Undangan
Overview (kiri ke kanan)

Constitutional Law Legislative Studies Legislation Law Legislative Drafting


Constitution, Theoretical approach Law of laws Practical approach to
State Organ to legislation legislation

22 Februari 2024
Jenis, Hierarki Peraturan Perundang-Undangan dan Asas Preferensi
Tata Susunan Aturan Hukum Indonesia Menurut Stufenbau Theory (Hans Kelsen/Hans Nawiasky)
Dari atas (paling superior) ke bawah (paling inferior):
a. Pancasila/Pembukaan UUD 1945  Grundnorm
b. Pasal-Pasal UUD 1945/TAP MPR  Grund Gezetze
c. UU/Perpu  Formele Gezetze
d. Produk Eksekutif (PP/Perpres/Perda)  Autonomous Zatsungens
Hierarki Norma Hukum (StufentheorieKelsem):
Norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki tata susunan,
dimana suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih
tinggi, demikian seterusnya sampai pada suatu norma ynag tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan
bersifat hipotesis dan fiktid, yaitu Norma Dasar (Grundnorm) (Kelsen1945: 113).
Jenis/Nomenklatur
- Menunjuk pada nam/bentuk/figure/figur hukum
- Nama/bentuk/figure hukum mengandung aspek-aspek:
a. Materi Muatan
b. Kewenangan Pembentukan
c. Hierarki  Jenjang Aturan atau Jenjang Norma
Pengaturan Jenis dan Hieraki
- UUD NRI Tahun 1945
- Undang-Undang No. 12 Tahun 2011
- Peraturan Perundang-Undangan Lainnya
Pengaturan Dalam UUD NRI Tahun 1945
- Pengaturan Dalam UUD NRI meliputi aspek:
a. Jenis/Nama
b. Hierarki
UUD NRI Tahun 1945: Jenis dan Hierarki

Pengaturan Jenis Hierarki


Pasal 1 ayat (2), Pasal 3 ayat UUD ?
(1), Aturan Tambahan Pasal II
Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang “diatur dalam undang-undang”
“diatur dengan undang-
undang”
Pasal 5 ayat (2) Peraturan Pemerintah “untuk menjalankan undang-
undang”
Pasal 22 Peraturan Pemerintah sebagai “…sebagai pengganti undang-
Pengganti Undang-Undang undang”
Pasal 18 Peraturan Daerah dan ?
Peraturan-peraturan lain
Ketetapan MPR ?

Karakteristik Pengaturan Jenis dan Hierarki Dalam UUD NRI 1945


- Kewenangan Kelembagaan Pembentuk
- Hubungan Kewenangan Kelembagaan Pembentuk (dalam beberapa jenis/bentuk hukum)
- Isi Peraturan
- Hierarki
Pengaturan Jenis dan Hierarki
- UUD 1945 Pasal 22 A
“Ketentuan lebihlanjut tentang tata cara pembentukan undang-undang diatur dengan undang-
undang”
UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Apa yang diatur UU No. 12 Tahun 2011?
Peraturan Perundang-Undangan yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi Undang-Undang dan
Peraturan Perundang-Undangan di bawahnya.
Benarkah demikian? Dalam jenis dan hierarki disebutkan mengenai UUD NRI Tahun 1945
Konsekuensi Pengaturan Jenis dan Hierarki
1. Sumber dan dasar dalam pembentukan perundang-undangan (teori kewenangan)
2. Asas Preferensi
Hierarki-hierarki adalah penjenjangan setiap jenis Peraturan Perundang-Undangan yang
didasarkan pada asas bahwa Peraturan Perundang-Undangan yang lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi
3. Kekuatan Mengikat
Peraturan Perundang-Undangan
UU No. 10 Tahun 2004, Pasal 1 angka 2 (telah dicabut dan tidak berlaku)
“Peraturan Perundang-Undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau
pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.”
UU No. 12 Tahun 2011, Pasal 1 angka 2:
“Peraturan Perundang-Undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Peundang-Undangan.”
Peraturan Perundang-Undangan (UU No. 12 Tahun 2011):
1. Tertulis
2. Isi: Norma Hukum
3. Sifat: Mengikat Umum
4. Kewenangan membentuk: Lembaga Negara atau Pejabat
5. Memenuhi Prosedur Pembentukan
Jenis dan Hierarki (Bandingkan)
UU No. 10 Tahun 2004, Pasal 7 ayat (1):
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Peraturan Presiden
5. Peraturan Daerah
Peraturan Daerah meliputi:
a. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi bersama
dengan Gubernur
b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota
c. Peraturan Desa/peraturan yang setingkat, dibuat oleh Badan Perwakilan Desa atau nama
lainnya bersama dengan Kepala Des atau nama lainnya
Jenis dan Hierarki
UU No. 12 Tahun 2011, Pasal 7 ayat (1):
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
4. Peraturan Pemerintah Peraturan Presiden
5. Peraturan Presiden
6. Peraturan Daerah Provinsi
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
TAP MPR
Khusus mengenai ketetapan MPR, Penjelasan Pasal 7 ayat (1) huruf b:
Yang dimaksud dengan “Ketetapan Majelis Permusyarawatan Rakyat” adalah Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih
berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia Nomor: I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status
Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003.
Kedudukan Peraturan Perundang-Undangan yang tidak termasuk dalam Jenis dan Hierarki
Pasal 7 ayat (4):
Jenis Peraturan Perundang-Undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup
peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan
Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi
Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan
Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala
Desa atau yang setingkat.
Kekuatan Hukum:
Terhadap Peraturan Perundang-Undangan yang tidak termasuk dalam jenis dan hierarki menurut Pasal
7 ayat (1):
“diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh
Peraturan Perundang-Undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.”
Keputusan berkarakter Peraturan
Secara factual terdapat berbagai Keputusan Pejabat yang berkarakter pengaturan/regeling.
Bagaimana kedudukannya?
Pasal 100:
“Semua Keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur, Keputusan Bupati/Walikota,
atau keputusan pejabat lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 97 yang sifatnya mengatur, yang
sudah ada sebelum Undang-Undang ini berlaku, harus dimaknai sebagai peraturan, sepanjang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang ini.”
Asas Preferensi
- Peraturan Perudang-Undangan memiliki nomenklatur (jenis) dan hierarki dalam sistem
perundang-undangan
- Konflik peraturan perundang-undangan selalu mungkin terjadi, misalnya: pertentangan antara
satu ketentuan (pasal… ayat…) dalam satu peraturan atau antar peraturan
- Sistem hukum menyediakan asas preferensi yang berarti mengenai pengutamaan (preference)
bila terjadi konflik peraturan perundang-undangan
Asas-asas Preferensi
1. Lex Superior derogate legi inferiori, yaitu peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
mengalahkan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah
2. Lex Specialis derogate legi generali, yaitu peraturan yang khusus mengalahkan peraturan
yang umum sifatnya atau peraturan yang khususlah yang harus didahulukan
3. Lex Posteriori derogate legi priori, yaitu peraturan yang baru mengalahkan/mengatasi
peraturan yang lama

29 Februari 2024
Wewenang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
Sub Pokok Bahasan:
- Pendelegasian wewenang dari undang-undang ke peraturan di bawah undang-undang (The
Concept of Delegated Legislation)
- Sumber Wewenang dalam Pemerintahan
Hans Kelsen:
Suatu norma yang lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi.
Sampai pada suatu norma tidak dapat ditelusuri lagi (Grundnorm)
1. Grundnorm
2. Grundgesetz
3. Formal Gesetz
4. Autonome Satzung
Peristilahan
- Wewenang/authority/bevoegdheid adalah konsep hukum yang mendasar dan sangat penting
dalam hukum tata negara dan hukum administrasi negara.
- Authority menurut Black Law Dictionary adalah:
Legal power; a right to command or to act; the right and power of public officers to require
obedience to their orders lawfully issued in scope of their public duties
- Jaap C. Hage dan Dietmar (Explicating The Concept of Legal Competence), menyatakan
bahwa: “competence is necessary condition for validity”
Use of delegated legislation
- To take the aim of primary legislation further
- To introduce technical or detailed provisions necessary for the implementation of primary
legislation
- To introduce administrative arrangements necessary for primary legislation
- To supplement part of primary legislation
UU No. 12 Tahun 2011
- UUD NRI 1945
- Ketetapan MPR
- UU/Perpu
- PP
- Perpres
- Perda Provinsi
- Perda Kota/Kabupaten

Delegated legislation refers to legally binding provisions made under power delegated from the
legislative to the executive.
The validity of delegated legislation is dependent mainly upon:
- The elimination of authority to legislate in the ‘enabling clause’
Delegated legislation may be attacked for invalidity on two main bases;
- Invalidity related to procedural aspects
- Invalidity related to substantive aspects
Hart
Fungsi Wewenang:
Untuk menguji kekuasaan sekaligus membatasi kekuasaan dengan cara melihat kekuasaan yang
diberikan kepada pihak lain.
Komponen Wewenang
Pengaruh + Dasar Hukum + Konformitas Hukum
Wewenang: Pengaruh, Dasar Hukum, Konformitas
- Komponen pengaruh: penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan perilaku
subjek hukum  Sarana Legitimasi
- Komponen Dasar Hukum: wewenang harus selalu dapat ditunjuk dasar hukumnya
- Komponen Konformitas:
Setiap wewenang mempunyai standard, dapat berupa standar umum (semua jenis wewenang)
dan standar khusus (untuk jenis wewenang tertentu)  Sarana Menguji Batas Kekuasaan
Peraturan Perundang-Undangan (UU No. 12 Tahun 2011):
1. Tertulis
2. Isi: Norma Hukum
3. Sifat: Mengikat Umum
4. Kewenangan membentuk: Lembaga Negara atau Pejabat
5. Memenuhi Prosedur Pembentukan
Authotitative
Sifat ‘authoritative’ peraturan perundang-undangan:
1. Karena adanya kewenangan pembentukan untuk menghasilkan peraturan perundang-
undangan, dengan prosedur tertentu
2. Karena materi muatannya
Cara Memperoleh Wewenang
- Atribusi
- Pelimpahan:
a. Delegasi
b. Mandat
Atribusi
- Cara formal untuk memperoleh wewenang pemerintahan
- Merupakan wewenang untuk membuat keputusan yang langsung bersumber langsung dari
UUD atau UU
- Pembentukan wewenang tertentu dan pemberiannya pada organ tertentu
“Yang dapat membentuk wewenang adalah organ yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-
undangan.”
Delegasi
- Pelimpahan wewenang dari satu lembaga kepada lembaga lain yang meliputi pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab, dengan demikian pemberi delegasi telah kehilangan wewenangnya
- Syarat:
a. Definitive  Delegans tidak dapat menggunakan sendiri wewenang yang dilimpahkan itu
b. Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
c. Tidak kepada bawahan
d. Kewajiban memberi keterangan
e. Delegans memberikan instruksi tentang tentang penggunaan wewenang tersebut
Mandat
- Pelimpahan wewenang dari alasan kepada bawahan untuk melaksanakan tugas, sedangkan
tanggung jawab tetap dipegang pemberi mandat (atasan)
- Tanggung gugat tetap ada pada pemberi mandat
- Tidak bermaksud memberi wewenang kepada bawahan
- Tidak terjadi peralihan wewenang
Pasal 31 UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa
(1) Pemilihan Kepala Desa dilaksanakan secara serentak di seluruh wilayah Kabupaten/Kota
(2) Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota menetapkan kebijakan pelaksanaan pemilihan Kepala
Desa secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan Kepala Desa serentak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
Peraturan Pemerintah No. 43 Tahun 2014
Pasal 40
(1) Pemilihan kepala Desa dilaksanakan secara serentak serentak di seluruh wilayah
Kabupaten/Kota
(2) Pemilihan kepala Desa secara serentak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan bergelombang paling banyak 3 (tiga) kali dalam jangka waktu 6 (enam) tahun.
Pasal 46
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemilihan kepala desa diatur dengan Peraturan Menteri

Sumber Wewenang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan – Sukardi


Substansi Materi:
Siapa yang berwenang membentuk peraturan perundang-undangan? Setiap peraturanperundang
undangan memerlukan wewenang untuk membentuknya, sesuai dengan jenis peraturan perundang
undangan.
Wewenang membentuk peraturan dapat diperoleh secara asli (atribusi), atau berdasarkan pelimpahan:
delegasi atau mandat. Perbedaan wewenang dalam pembentukan berkonsekuensi
terhadaptanggungjawab. UUD NRI1945 merupakan hukum tertinggi, yang mengatur hal pokok dan
kemudian melimpahkan pengaturan dalam bentuk undang-undang yakni dalam konsep diatur dengan
dan diatur dalam. Pembentukan peraturan berdasarkan pelimpahan dapat berupa delegasi terperinci
atau delegasi luas yang disebut pula delegasi blanko.
Wewenang:
Kekuasaan Hukum, Legal Competence, Legal Power, Authority
Hart:
“Power (competence) is a necessary condition for validity”
Fungsi:
Untuk menguji kekuasaan sekaligus membatasi kekuasaan dengan cara melihat kekuasaan yang
diberikan kepada pihak lain (The agent exercises his power and moulds his legal relations with others)
Ross:
“Competence is the legally established ability to create legal norms (or legal effects) through and
accordance with enunciations to this effect….
p: a person; LP: legal position; a: C-act
p has the competence to change LP if and only if there is an a such that p has the possibility; by
performing a; of changing LP.
A person who has competence has a possibility , through a certain mode of action, of changing legal
position, e.g., creating contractual obligations or drawing up a will.
Fungsi Wewenang Menurut Prof. Hadjon:
1. Sebagai dasar hukum
2. Sebagai dasar pengaruh (sarana legitimasi)
3. Sebagai sarana konformitas (sarana menguji batas kekuasaan)
Cara memperoleh wewenang:
- ATRIBUSI (ASALI/ASLI) : DIPEROLEH LANGSUNG DARI UUD ATAU UU
- PELIMPAHAN : DIPEROLEH DARI WEWENANG ORANG LAIN DENGAN CARA:
1. Mandat
PELIMPAHAN WEWENANG DARI ATASAN KEPADA BAWAHAN UNTUK
MELAKSANAKAN TUGAS , SEDANGKAN TANGGUMG JAWAB TETAP DIPEGANG
PEMBERI MANDAT (ATASAN).
2. Delegasi
PELIMPAHAN WEWENANG DARI SATU LEMBAGA KEPADA LEMBAGA LAIN
YANG MELIPUTI PELAKSANAAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB. DENGAN
DEMIKIAN PEMBERI DELEGASI TELAH KEHILANGAN WEWENANGNYA.
Hubungan pertanggungjawaban dengan pihak ketiga
- Mandataris, tindakannya atas nama Mandant
- Delegataris, tindakannya atas nama sendiri
Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat
secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui
prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-undangan.
Pasal 7 UU 12/2011
(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d. Peraturan Pemerintah;
e. Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
Pasal 8 UU 12/2011
(1) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1)
mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi,
Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau
komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah
Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
(2) Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui keberadaannya
dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan
Perundang undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan kewenangan.

Efek Samping Metode Omnibus Law Dalam UU Cipta Kerja


Pembentukan Peraturan di bawah Undang-Undang dari 2014-2020
Terdapat 13.401 peraturan yang berada di bawah Undang-Undang yang terdiri atas:
a. 587 Peraturan Pemerintah
b. 942 Peraturan Presiden
c. 9.333 Peraturan Menteri;dan
d. 2.489 Peraturan LPNK
Pasal 5 ayat (2) UUD 1945/Perubahan
“Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya”.
Jadi satu Undang-Undang dapat mempunyai lebih dari satu Peraturan Pemerintah tetapi satu Peraturan
Pemerintah tidak dapat mengacu pada beberapa Undang-Undang.
Karakteristik Peraturan Pemerintah:
1. Peraturan Pemerintah tidak dapat dibentuk tanpa terlebih dahulu ada Undang-Undang yang
menjadi “induknya”.
2. Peraturan Pemerintah tidak dapat mencantumkan sanksi pidana apabila Undang-Undang yang
bersangkutan tidak mencantumkan sanksi pidana. (sebelum UU 10/2004 dan UU 12/2011)
3. Ketentuan Peraturan Pemerintah tidak dapat menambah atau mengurangi ketentuan Undang-
Undang yang bersangkutan.
4. Untuk ‘menjalankan’, menjabarkan, atau merinci ketentuan Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah dapat dibentuk meski ketentuan Undang-Undang tersebut tidak memintanya
secara tegas-tegas.
5. Ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah berisi peraturan atau gabungan peraturan dan
penetapan. Peraturan Pemerintah tidak berisi penetapan semata-mata.
Peraturan Pelaksana UU Cipta Kerja (2020)
1. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2020 tentang Modal Awal Lembaga Pengelola
Investasi. (ditetapkan 2 Juli 2020 dan diundangkan 3 Juli 2020).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2020 tentang Lembaga Pengelola Investasi
(ditetapkan 14 Desember 2020 dan diundangkan 15 Desember 2020).
Peraturan Pelaksana UU Cipta Kerja (2020-2021)
1. 49 Peraturan Pemerintah.
2. 11 Peraturan Presiden.
3. 377 Peraturan Menteri.
4. 60 Peraturan LPNK, dan
5. 7 Peraturan Daerah.
Peraturan Pelaksana
1. Sektor Ketentuan Umum Perizinan dan Berusaha.
2. Sektor Perpajakan.
3. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
4. Sektor Badan Usaha Milik Desa.
5. Sektor Perumahan dan Permukiman.
6. Sektor Bangunan dan Gedung.
7. Sektor Jalan.
8. Sektor Pertanahan dan Tata Ruang.
9. Sektor Lingkungan
10. Sektor Energi.
11. Sektor Pertanian
12. Sektor Kelautan dan Peikanan.
13. Sektor Perindustrian.
14. Sektor Pedagangan.
15. Sektor Transportasi.
16. Sektor Ketenagakerjaan.
17. Sektor Kawasan EkonomiKhusus dan Bebas.
18. Sektor Persaingan Usaha.
19. Sektor Telekomunikasi.
20. Sektor Rumah Sakit.
21. Sektor Imigrasi.
22. Sektor Pengadaan Barang dan Jasa.
23. Sektor Proyek Strategis Nasional.
24. Sektor Ibadah Umrah
Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2021 (1) Tentang PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG KEIMIGRASIAN
Konsiderans:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 106 dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Ketiga
atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Peraturan Pemerintah No. 48 tahun 2021 (2)
Konsiderans:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 106 dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Ketiga
atas Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.
Delegasi ke Kepmen: Pasal 106,
Sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku: Ps. 103
(2) a, Ps. 141 (1) d, Ps. 143 (2), Ps. 166 (3) k dan (4), Ps. 167 (5), Ps. 171C (4) dan (5), Ps. 171E, Ps.
181 (1) b.1 . --- 10
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Kehutanan
Konsiderans:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 36 dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah Penyelenggaraan
Kehutanan.
Delegasi ke PP – Ps. 31 (2), Ps. 63 (3), Ps. 125 (10), Ps. 153 (2), Ps. 167 (2), Ps. 183 (4), Ps. 259 (3)
--- 7 PP
Delegasi ke Perpres – Ps. 245. --- 1 Perpres.
Delegasi ke Permen – Ps. 88, Ps. 116, Ps. 202, Ps. 247, Ps. 265, Ps. 272, Ps. 290. --- 7 Permen.
Diatur dengan peraturan perUUan tersendiri – Ps. 26.
Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
Konsiderans:
bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 55 dan Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah Tentang Penyelenggaraan
Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
Delegasi ke Permen – Ps. 3 (5), Ps. 5 (5), Ps. 8 (5), Ps. 18, Ps. 19 (4), Ps. 21 (5), Ps. 22 (4), Ps. 25 (4),
Ps. 27 (2), Ps. 30 (4), Ps. 35 (3), Ps. 42 (5), Ps. 44 (5), Ps. 49 (4), Ps. 54 (5). ---15 Permen.
Diatur sesuai dengan peraturan perUUan – Ps. 14 (1), Ps. 17 (4), Ps. 20 (2), Ps. 38, Ps. 39 (2), Ps. 44
(3), Ps. 45 (4). --- 7

Anda mungkin juga menyukai