Anda di halaman 1dari 7

Bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan sangat penting dalam perancangan atau

penyusunan peraturan perundang-undangan, karena:

1) setiap pembentukkan peraturan perundang-undangan harus mempunyai landasan atau


dasar yuridis yang jelas, dan apabila tidak terdapat landasan tersebut maka batal demi
hukum atau dapat dibatalkan.
2) hanya peraturan perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi daripada
peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk dapat dijadikan landasan atau dasar
yuridis.
3) pembentukkan peraturan perundang-undangan berlaku prinsip bahwa peraturan
perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi dapat menghapuskan
peraturan perundang-undangan sederajat atau yang lebih rendah.

Prinsip ini mengandung:

1. Pencabutan peraturan perundang-undangan yang ada hanya mungkin dilakukan oleh


peraturan perundang-undangan sederajat atau yang lebih tinggi
2. Peraturan perundang-undangan yang sederajat bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan sederajat lainnya, maka berlaku peraturan perundang-undangan yang dianggap
terbaru dan yang lama telah dikesampingkan (lex posterior derogar priori)
3. Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang lebih rendah, maka berlaku peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi tingkatannya
4. Peraturan perundang-undangan yang mengatur bidang-bidang umum yang diatur oleh
peraturan yang sederajat, maka berlaku peraturan perundang-undangan yang mengatur
bidang khusus tersebut (lex specialis derogate lex generalis).

Berikut dijelaskan jenis-jenis peraturan perundang-undangan sebagaimana ditentukan dalam


Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011:

A. Undang-Undang Dasar
Salah satu jenis peraturan perundang-undangan yang mempunyai kedudukan yang
tertinggi dalam hierarchi peraturan perundang-undangan adalah UUD Tahun 1945. Hal
tersebut telah diatur dengan tegas dalam Pasal 7 ayat (1) UU No.12 Tahun 2011. Dengan
kedudukan yang tertinggi itu berarti bahwa peraturan yang berada dibawahnya harus
berdasar atau bersumber pada UUD Tahun 1945. Dalam Pasal 3 ayat (1) UU No.12 Tahun
2011 menyebutkan :Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan hukum dasar dalam Peraturan Perundang-undangan. Yang dimaksud dengan
“hukum dasar” adalah norma dasar bagi Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang
merupakan sumber hukum bagi Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di bawah
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Eksistensi UUD Tahun
1945 sendiri diakui dalam Pasal 3 ayat (1) UUD Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa;
MPR berwenang mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar.

B. Ketetapan MPR
Ketetapan MPR adalah Putusan majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pengemban
kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sidang MPR Sedangkan Yang dimaksud
dengan “Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat” dalam UU No.12 Tahun 2011 adalah
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat yang masih berlaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan
Pasal 4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor:
I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status Hukum Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun
1960 sampai dengan Tahun 2002, tanggal 7 Agustus 2003

C. Undang-Undang (UU) / Perpu


D. Jenis peraturan perundang-undangan yang ketiga menurut UU No,12 Tahun 2011 adalah
Undang-Undang (UU). Landasan Hukum UU diatur dalam Pasal 20 ayat (1) dan Pasal 5 ayat
(1) UUD Negara RI Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa : yang memegang kekuasaan
untuk membentuk Undang-Undang adalah DPR. Selanjutnya dalam Pasal 1 angka 3 UU
No.12 Tahun 2011 menyebutkan: UndangUndang adalah Peraturan Perundangundangan
yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.
Dengan demikian maka dalam pembentukan UU lembaga legislative memepunyai peranan
yang sangat menentukan keabsahan dan kekuatan mengikat UU itu untuk umum.

Sedangkan arti Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) dalam angka 4


pasal 1 UUNo.12 Tahun 2011 disebutkan bahwa: Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal
ihwal kegentingan yang memaksa. Perpu ditetapkan tanpa terlebih dahulu meminta
persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan hanya dapat dilakukan dalam hal
ikhwal kegentingan memaksa. Perpu harus mendapatkan persetujuan DPR pada sidang
berikutnya untuk dapat berubah menjadi UU. Bila tidak maka Perpu tersebut harus dicabut.

E. Peraturan Pemerintah (PP)


Dasar hukum PP adalah Pasal 5 ayat (2) UUD Tahun 1945 yang menyebutkan Presiden
menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinya. Yang dimaksud dengan Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-
undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana
mestinya (Pasal 1 angka 5) UU No.12 Tahun 2011.
Dengan demikian maka tidak akan ada PP jika tidak ada UU yang menjadi induknya.
Peraturan Presiden adalah salah satu jenis peraturan perundang-undang yang baru ditentukan
dengan tegas dalam UU No.10 Tahun 2004. Sebelum keluarnya UU No.10 Tahun 2004
dalam hierarchi PPU dikenal istilah Keputusan Presiden (Keppres) yang mempunyai sifat
mengatur. Setelah keluarnya UU No.10 Tahun 2004, istilah keputusan kemudian diganti
dengan istilah “Peraturan”, hal ini dimaksudkan untuk lebih memperjelas bentuk peraturan
apakah berupa “regelings” (pengaturan) ataukah “beschiking” (penetapan). Kedua bentuk
tersebut mempunyai sifat yang berbeda yaitu; jika berbentuk pengaturan maka bersifat
deuerhaftig yakni berlaku terus menerus, dan jika bentuknya adalah “keputusan” maka
sifatnya adalah einmalig yaitu sekali selesai.

F. Peraturan Daerah Propinsi


Dalam UUD Negara RI Tahun 1945 Pasal 18 ayat (6) ditentukan bahwa: pemerintahan
daerah berhak untuk menetapkan Peraturan Daerah dan peraturanperaturan lain untuk
melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Perda terbagi menjadi Perda Propinsi dan
Perda Kabupaten. Yang dimaksud dengan Perda Propinsi adalah Peraturan Perundang-
undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan
bersama Gubernur (Pasal 1 angka 7 UU No.12 Tahun 2011). Termasuk dalam Peraturan
Daerah Provinsi adalah Qanun yang berlaku di Provinsi Aceh dan Peraturan Daerah Khusus
(Perdasus) serta Peraturan Daerah Provinsi (Perdasi) yang berlaku di Provinsi Papua dan
Provinsi Papua Barat (Penjelasan Pasal 7 ayat (1) Huruf f) UU No.12 Tahun 2011.

G. Peraturan Daerah Kabupaten,


Adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota (Pasal 1 angka 8).
Termasuk dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Qanun yang berlaku di
Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh (Penjelasan Pasal 7 ayat (1) Huruf g). Sedangkan dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.80 Tahun 2015 tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah, dalam Pasal 1 angka 4 menyebutkan bahwa Peraturan Daerah Provinsi atau nama
lainnya dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota atau nama lainnya, yang selanjutnya disebut
perda adalah peraturan perundangundangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan
bersama kepala daerah.

Materi muatan dari jenis-jenis peraturan perundang-undangan dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Materi Muatan UUD


UUD adalah merupakan hukum dasar negara. Atau the basic of the national legal order/
Sebagai the basic of the national legal order maka UUD atau konstitusi akan menjadi sumber
bagi pembentukan peraturan perundang-undangan yang ada dibawahnya. Perbedaan antara
UUD dengan peraturan perundang-undangan yang ada dibawahnya , salah satunya adalah
dari segi materi muatan.
Terkait materi UUD Tahun 1945 apa yang merupakan materi mutan UUD Tahun 1945 tidak
diatur dalam UU No.12 Tahun 2011. Hal ini dapat dipahami karena kedudukan dari UU
No.12 Tahun 2011adalah lebih rendah dibandingkan dengan UUD, sehingga UU No.12 tidak
mengatur materi muatan UUD. Materi UUD Tahun 1945, dapat dilihat dalam Batang Tubuh
UUD Tahun 1945 yaitu: Pembukaan dan Pasal-Pasal (Pasal II Aturan Tambahan).
Pembukaan terdiri atas 4 Alinea, yang di dalam Alinea keempat terdapat rumusan dari
Pancasila, dan Pasal-Pasal UndangUndang Dasar 1945 terdiri dari 20 Bab (Bab I sampai
dengan Bab XVI) dan 72 Pasal

2) Materi Muatan Ketetapan MPR


Dalam UU No.12 Tahun 2011 tidak termuat materi muatan Ketetapan MPR. Dalam
Penjelasan Pasal 7 ayat (1) huruf b, hanya menyebutkan bahwa: “Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat” adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih 5.3.2. Materi Muatan Ketetapan
MPR Dalam UU No.12 Tahun 2011 tidak termuat materi muatan Ketetapan MPR. Dalam
Penjelasan Pasal 7 ayat (1) huruf b, hanya menyebutkan bahwa: “Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat” adalah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat yang masih dalam keadaan yang memaksa
peraturan pemerintah itu, dari segi materinya dapat memuata ketentuan-ketentuan yang sama
dengan UU;

3) Materi Muatan Undang-Undang


Dalam Pasal 10 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan:
a) Materi muatan yang harus diatur dengan Undang-Undang berisi:
i. pengaturan lebih lanjut mengenai ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
ii. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang;
iii. pengesahan perjanjian internasional tertentu;
iv. tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau
v. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat.
b) Tindak lanjut atas putusan Mahkamah Konstitusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d dilakukan oleh DPR atau Presiden

4) Materi Muatan Perpu


Dalam UUD Tahun 1945 tidak ada istilah resmi terkait Perpu, sehinggadapat ditafsirkan
bahwa istilah perpu dapat diganti dengan UU Darurat misalnya;
 Perpu hanya dapat ditetapkan Presiden apabila ada kegentingan yang memaksa, yang
tidak boleh dicampur adukkan dengan pengertian keadaan bahaya. Dalam pengertian
“kegentingan yang memaksa” terkandung sifat darurat atau emergency yang memberi
dasar kewenangan kepada Presiden untuk menetapkan Perpu. Emergency itu sendiri
timbul dari penilaian subyektif Presiden belaka mengenai tuntutan keadaan mendesak
untuk bertindak cepat dan tepat mengatasi keadaan tersebut (noodverordeningsrecht)
 Pada dasarnya Perpu sederajat dengan atau memiliki kekuatan yang sama dengan UU,
DPR harus aktif mengawasi baik dalam penetapan maupun pengawasan Perpu;
 Perpu bersifat sementara.

Hal lainnya juga yang membedakan Perpu dan UU menurut Bagir Manan adalah mengenai
sifat pengaturan kedua produk hukum tersebut. Jika UU adalah merupakan produk tindakan
pengaturan kenegaraan , sedangkan Perpu merupakan tindakan produk pengaturan yang
bersifat pemerintahan.54 Namun pendapat tersebut menurut Jimly Assidiqie tidaklah tepat
karena banyak juga UU yang dibentuk berkaitan dengan kepentingan pemerintahan dan
karena itu dapat dikatakan sebagai tindakan pemerintahan. Misalnya, pembentukan UU
tentang pemekaran suatu kabupaten atau provinsi tertentu jelas berkaitan dengan
pemerintahan.

Selanjutnya dalam Pasal 11 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa Materi muatan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang sama dengan materi muatan Undang-
Undang.Dengan demikian apa yang menjadi materi muatan Perpu adalah sama dengan materi
muatan UU sebagaimana telah disebutkan diatas.

5) Materi Muatan Peraturan Pemerintah


Dalam Pasal 5 ayat (2) UUD Tahun 1945 menyebutkan : Presiden menetapkan peraturan
pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Ketentuan tersebut
menegaskan bahwa PP hanya dapat ditetapkan oleh Presiden jika ada UU induknya.
Kewenangan Presiden untuk menetapkan PP adalah merupakan salah satu wujud dari fungsi
Presiden sebagai kepala pemerintahan, yakni kepala kekuasaan eksekutif dalam negara,
sehingga dalam rangka menjalankan UU , Presiden mempunyai kekuasaan untuk menetapkan
PP ( pouvoir reglementair). Hal yang sama juga diatur dalam Pasal 12 UU No,12 Tahun 2011
yang menentukan bahwa materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk
menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Dengan demikian maka PP berisi
pengaturan lebih lanjut dari UU.

6) Materi Muatan Peraturan Presiden


Pasal 13 UU No.12 Tahun 2011 menyebutkan bahwa materi muatan Peraturan Presiden
berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan
Pemerintah, atau materi untuk melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.
7) Materi Muatan Peraturan Daerah Propinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten
Dalam Pasal 14 UU No.12 Tahun 2011 disebutkan bahwa Materi muatan Peraturan Daerah
Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka
penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan serta menampung kondisi khusus
daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

Manan, Bagir, Sleten, Perundang-undangan Indonesia, Makalah, Jakarta, 1993.

Manan, Bagir , Pemahaman Mengenai Sistem Hukum Nasional, Makalah, Jakarta,

1994

Trijono, Rahmat , Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan Perundang-undangan, Papas

Sinar Sinanti, Jakarta, 2013

Anda mungkin juga menyukai