Anda di halaman 1dari 4

BAB IX

Peradilan administrasi negara

Peradilan Administrasi Negara adalah setiap bentuk penyelesaian daripada suatu perbuatan
(pejabat, instansi, badan) Administrasi Negara yang dipersoalkan oleh warga masyarakat,
instansi masyarakat (perusahaan, yayasan, perhimpunan, dan sebagainya) atau sesama instansi
pemerintah. Dengan adnya Peradilan Tata Usaha Negara akan membuat sistematika Peradilan
Administrasi Negara kita menjadi seperti berikut :
1)   Oleh Badan Pengadilan Umum, yakni:
Pengadilan Negeri Bagian Perdata, terutama mengenai gugatan ganti rugi eks Pasal 1365, Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, oleh warga masyarakat yang merasa dirugikan oleh suatu
perbuatan pejabat atau instansi Administrasi Negara yang melawan hukum.
2)   Oleh Badan Pengadilan Administrasi, di suatu badan pengadilan pejabat yang mengambil
keputusan berstatus hakim.
3)   Oleh Badan Pengadilan Tata Usaha Negara, berdasarkan Undang-Undang nomor 5 Tahun 1986,
yang akan merupakan badan pengadilan administrasi, karena pejabat-pejabat yang bersangkutan
berstatus sebagai hakim.
4)   Oleh Badan Pengadilan Administrasi Semu, oleh Tata Caranya sama dengan suatu badan
pengadilan, namun pejabat-pejabatnya mengambil keputusan tidak berstatus sebagai hakim.
5)   Oleh Suatu Badan Arbitrase, misalnya: BANI (Badan Abritase Nasional Indonesia), atau oleh
badan atau panitia arbitase yang lain yang dibentuk oleh suatu departemen atau instansi
pemerintah yang lain.
6)   Oleh suatu Badan Tehnis, yang dibentuk oleh suatu Departemen atau Instansi Pemerintah lain,
atas permintaan dari pihak-pihak yang bersangkutan.
7)   Oleh atasan atau instansi yang lebih tinggi pada garis hierarki daripada pejabat yang mengambil
keputusan.

BAB X
MASALAH PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Usaha penegembangna dan pemantapan Hukum Administrasi Negara dapat dilakaukan


bilamana kita membuat sistematik tentang materi daripada Hukum Administrasi Negara
sebagai berikut dibawah ini.
1)   Hukum tentang Dasar-dasar Hukum Administrasi Negara yang baik,
2)   Hukum tentang kegiatan-kegiatan fungsional Administrasi Negara, tentang prosedur dan daya
laku di dalam pengambilan keputusan-keputusan administratif dan tata cara penunaian tugas
dan kewajiban,
3)   Hukum tentang Organisasi, Sistem dan Metodologi Administrasi Negara,
4)   Hukum tentang Penguasaan, pemilikan, dan penggunaan daripada Harta Kekayaan Negara,
beserta tata cara pertanggungjawabannya,
5)   Hukum tentang usaha-usaha dan badan-badan usaha Negara,
6)   Hukum tentang Administrasi Personil (termasuk Kepegawaian) Negara,
7)   Hukum tentang Peradilan Administrasi Negara.

Dalam proses pengembangan sistem Hukum Administrasi Negara terdapat beberapa


faktor-faktor yang ikut menentukan pola dan sistem Pemerintahan Negara dan Administrasi
Negara tersebut adalah;
1)      Wawasan Nusantara,
2)      Ketahanan Nasional,
3)      Perkembangan Ekonomi,
4)      Perkembangan Sosial Budaya,
5)      Perkembangan Teknologi.

BAB XI
Peradilan Administrasi Negara pertama kali dituangkan dalam Ketetapan MPRS No.
II/MPRS/1960. Kemudian ditegaskan dalam Undang-undang No. 14 Tahun 1970 tentang
Kekuasaan Kehakiman. Akhirnya, pada 20 Desember 1986, DPR secara aklamasi menerima
Rancangan Undang-undang tentang Peradilan TUN menjadi undang-undang. Undang-undang
tersebut adalah UU No. 5 Tahun 1986.

Perubahan Undang-undang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-undang tentang Mahkamah


Agung menyebabkan perlu dilakukan penyesuaian terhadap Undang-undang No. 5 Tahun 1986
tentang PTUN yang mengatur lingkungan peradilan di bawah Mahkamah Agung. Perubahan
Undang-undang Kekuasaan Kehakiman menjadi Undang-undang No. 4 Tahun 2004 itu dilakukan
dalam usaha memperkuat prinsip kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari
pengaruh kekuasaan lainnya untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan
keadilan.

Hukum acara PTUN diatur dalam Bab IV UU PTUN. Ia mengatur mulai dari gugatan.
Pemeriksaan gugatan di tingkat pertama terdiri dari pemeriksaan dengan acara biasa dan
pemeriksaan dengan acara cepat. Ada pula pengaturan tentang pemeriksaan saksi dan alat
bukti, penyerahan kesimpulan, putusan pengadilan, serta pelaksanaan putusan pengadilan.
PTUN mengenal upaya hukum banding, kasasi dan peninjauan kembali. Upaya hukum banding
ditangani oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara. Pemeriksaannya bersifat devolutif, artinya
seluruh pemeriksaan perkara dipindahkan dan diulang oleh pengadilan tinggi yang
bersangkutan.

Sedangkan kasasi dan peninjauan kembali diajukan kepada Mahkamah Agung.  Acara
pemeriksaan upaya hukum kasasi diatur dalam Pasal 55 Ayat (1) Undang-undang No. 14 Tahun
1985 tentang Mahkamah Agung, sedangkan acara pemeriksaan upaya hukum peninjauan
kembali diatur pada Pasal 77 Ayat (1) undang-undang yang sama.

BAB XII
HTP yang merupakan hasil terjemahan dari Administratiefrecht mempunyai banyak
peristilahan. Namun demikian banyaknya perbedaan dalam penamaan peristilahan studi
Administratiefrecht tersebut tidaklah perlu untuk diperdebatkan karena perbedaan tersebut
tidak membawa pengaruh baik pada isi maupun lingkupnya. Sebagaimana ilmu-ilmu sosial
lainnya yang dapat memberikan banyak perumusan definisi terhadap satu fenomena, hal
demikian juga terjadi pada studi HTP ini. Faktor penyebab dari kondisi ini tidak lain karena
banyaknya perbedaan sudut pandang atau pendekatan yang digunakan oleh para ilmuwan
sosial.
Di Indonesia, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan administrasi diselenggarakan dalam satu
tangan, yaitu presiden. Oleh sebab itu, pengertian HTP (pendapat lain menyebutnya sebagai
pengertian HAN yang luas) terdiri atas 3 unsur, yaitu: a. Hukum Tata Pemerintahan, yakni
Hukum Eksekutif atau Hukum Tata Pelaksanaan Undang-Undang; yang merupakan hukum tata
penggunaan dan penegakan serta kewibawaan negara atau hukum mengenai aktivitasaktivitas
kekuasaan eksekutif, kekuasaan dalam melaksanakan undangundang. b. Hukum Administrasi
Negara dalam arti sempit, yaitu hukum tata pengurusan rumah tangga negara. Termasuk dalam
urusan rumah tangga negara adalah urusan atau tugas-tugas yang telah ditetapkan dengan
undang-undang sebagai urusan negara. c. Hukum Tata Usaha Negara adalah merupakan
hukum tentang birokrasi negara, seperti hukum mengenai surat menyurat, rahasia dinas dan
jabatan, kearsipan dan dokumentasi, pelaporan dan statistik, tata cara penyimpanan berita
acara, pencatatan sipil, pencatatan nikah, talak dan rujuk, sertifikat-sertifikat dan surat-surat
keterangan lainnya dalam pekerjaan kantor pemerintah sehari-hari yang dipublikasikan oleh
Negara
bidang kajian Hukum Tata Pemerintahan adalah meliputi: a. kajian mengenai hubungan hukum
istimewa; b. kajian tentang aktivitas dari aparatur pemerintah sebagai pelaku/subjek HTP; c.
kajian tentang tugas pemerintah yang khusus (bestuurszorg).
HTP mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: 1. peraturan perundangan yang pembuatannya
tidak berada dalam satu tangan; 2. peraturan perundangan dalam HTP adalah beraneka warna
dan tidak seragam; 3. peraturan perundangan dalam HTP berkembang pesat melebihi
peraturan perundangan yang lain; 4. peraturan-peraturan dalam HTP sukar atau tidak mungkin
dimodifikasikan.

HTP sebagai keseluruhan aturan hukum yang memungkinkan para pejabat pemerintah
melaksanakan tugasnya yang khusus, yaitu kesejahteraan umum (bestuurszorg). Dalam kajian
objek HTP ini, Faried Ali, SH (1996) membagi 2 macam pengertian HTP, yaitu:
1. HTP Heterogen HTP Heterogen mengartikan HTP (HAN) sebagai bagian dari HTN. Hal ini
karena HTN sebagai Hukum Konstitusi Negara di samping membahas tentang Legislasi,
Yudikasi, dan Eksaminasi juga membahas tentang administrasi, walaupun di Indonesia
bidang administrasi ini berada dalam satu bagian dengan eksaminasi (berada dalam satu
tangan, yaitu presiden - Eksekutif). Dan berdasarkan pada pengertian bahwa HTP
sebagai hukum yang menentukan organisasi, kekuasaan dan tugas-tugas daripada
pejabatpejabat pemerintah, maka HTP dalam kajian konteks ini merupakan keseluruhan
aturan yang dibentuk oleh organisasi pemerintahan negara hingga organisasi
pemerintahan daerah (meliputi organisasi pemerintah propinsi, kabupaten/kota desa
dan kelurahan) melalui proses dan teknik tertentu.
2. HTP Otonom HTP merupakan keseluruhan aturan hukum tentang cara-cara bagaimana
kekuasaan itu dijalankan oleh orang tertentu atau golongan tertentu dari masyarakat
yang ditentukan oleh HTN, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Berdasarkan
pengertian ini maka HTP Otonom merupakan keseluruhan aturan hukum yang dibuat
oleh pejabat pemerintahan negara yang berwenang yang dilakukan oleh mereka yang
digolongkan sebagai para subjek atau pelaku HTP melalui syarat-syarat yuridis yang
diperlakukan. Dengan demikian maka yang termasuk dalam pengertian HTP Otonom ini
adalah meliputi seluruh aturan hukum yang termuat dalam Keputusankeputusan yang
ditetapkan oleh Presiden, Menteri, Gubernur, Bupati/Walikotamadya, Camat dan Kepala
Desa dan Lurah.

Anda mungkin juga menyukai