Anda di halaman 1dari 4

Asas adalah dasar atau sesuatu yang dijadikan tumpuan berpikir, berpendapat

dan bertindak1 Asas-asas pembentuk peraturan perundang-undangan berarti dasar atau


sesuatu yang dijadikan tumpuan dalam menyusun peraturan perundang-undangan.

Asas-asas pembentukan peraturan perundang- undangan dapat dibagi menjadi


dua asas, yaitu asas formal dan asas materiil. Asas-asas formal mencakup asas tujuan
yang jelas demi keadilan, asas lembaga yang tepat untuk membentuk undang-undang,
asas perlu pen aturan, asas dapat dilaksanakan, dan asas konsensus. Sedangkan yang
masuk asas materiil adalah asas terminologi dan sistematika yang benar, asas dapat
dikenali, asas perlakuan yang sama dalam hukum, asas kepastian hukum, dan asas
pelaksanaan hukum sesuai dengan keadaan individual.2

Dalam membentuk peraturan perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan


asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik meliputi: kejelasan tujuan,
kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat dan kesesuaian antara jenis, hierarki
serta materi muatan yang dapat dilaksanakan dan kedayagunaan serta kehasilgunaan,
kejelasan rumusan dan keterbukaan.3.

Menurut A. Hamid S. Attamimi pembentukan peraturan peraturan perundang-


undangan adalah pembentukan norma hukum yang berlaku keluar dan mengikat secara
umum yang dituangkan dalam jenis-jenis peraturan perundang-undangan sesuai
hierarkinya.4 Untuk dapat menuangkan norma hukum tersebut dalam berbagai jenis
peraturan perundang-undangan, penting memperhatikan materi muatannya. Pentingnya
pemahaman dan ketentuan tentang jenis, hierarki, dan materi muatan peraturan
perundang-undangan ditunjukkan pula dengan adanya salah satu asas pembentukan
peraturan perundang-undangan yang baik, yakni asas “kesesuaian antara jenis, hierarki,
dan materi muatan”.

Ketentuan tentang Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan


diatur dalam Pasal 5 dan 6 UU No. 12/2011.Pada Pasal 5 menentukan bahwa Dalam
membentuk Peraturan Perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang baik5 salah satunya adalah “asas
kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan” yang pada Penjelasan Pasal 5
huruf (c) UU No. 12/2011 asas kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan
adalah bahwa dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus benar-benar

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
Edisi III, 2002), hal. 70.
2
Febriansyah, F. I. (2016). Konsep pembentukan peraturan perundang-undangan di
Indonesia. Perspektif, 21(3), 220-229.
3
Hanum, C. (2017). Analisis Yuridis terhadap Asas-Asas Pembentukan dan Asas-Asas Materi Muatan
Peraturan Daerah: Kajian Perda Syariah di Indonesia. IN RIGHT: Jurnal Agama dan Hak Azazi
Manusia, 7(1).
4
A.Hamid S.Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam penyelenggaraaan
Pemerintahan Negara, Suatu studi analisis mengenai Keputusan Presiden yang berfungsi Pengaturan
dalam kurun waktu Pelita I-Pelita IV,untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Hukum pada Fakultas
Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta.
5
AR, A. B. I. (2019). Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan dalam Penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah. Jurnal Restorative Justice, 3(1), 1-13. Hal.7
memperhatikan materi muatan yang tepat sesuai dengan jenis dan hierarki Peraturan
Perundang-undangan.6

Bentuk atau jenis peraturan perundang-undangan sangat penting dalam


perancangan atau penyusunan peraturan perundang-undangan, karena:
Pertama: setiap pembentukkan peraturan perundang-undangan harus mempunyai
landasan atau dasar yuridis yang jelas, dan apabila tidak terdapat landasan tersebut
maka batal demi hukum atau dapat dibatalkan.
Kedua: hanya peraturan perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi
daripada peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk dapat dijadikan landasan
atau dasar yuridis.
Ketiga: pembentukkan peraturan perundang-undangan berlaku prinsip bahwa peraturan
perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi dapat menghapuskan
peraturan perundang-undangan sederajat atau yang lebih rendah.
Prinsip ini mengandung:
1) Pencabutan peraturan perundang-undangan yang ada hanya mungkin
dilakukan oleh peraturan perundang-undangan sederajat atau yang lebih
tinggi.
2) Peraturan perundang-undangan yang sederajat bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan sederajat lainnya, maka berlaku peraturan
perundang-undangan yang dianggap terbaru dan yang lama telah
dikesampingkan (lex posterior derogar priori).
3) Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah,
maka berlaku peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi
tingkatannya.
4) Peraturan perundang-undangan yang mengatur bidang-bidang umum
yang diatur oleh peraturan yang sederajat, maka berlaku peraturan
perundang-undangan yang mengatur bidang khusus tersebut (lex
specialis derogate lex generalis).
Keempat: pengetahuan mengenai seluk beluk peraturan perundang-undangan untuk
menciptakan suatu sistem peraturan peraundang-undangan yang tertib sebagai salah satu
unsur perundang-undangan yang baik.7

Kemudian Dalam Pasal 7 ayat (1) UU N0.12 Tahun 2011 menyebutkan jenis
dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas:
a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d) Peraturan Pemerintah;
e) Peraturan Presiden;
f) Peraturan Daerah Provinsi; dan
g) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

6
Penjelasan Pasal 5 UU No.12 Tahun 2011
7
Perundang, M. F. I. S. I. (2007). Undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan. Yogyakarta, Penerbit
Kanisius. Hal 6-7
Materi muatan peraturan perundangan diperkenalkan oleh A. Hamid
S.Attamimi, yang disampaikan secara lisan dalam Lokakarya mengenai Pengembangan
Ilmu Hukum, di Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tanggal 22 Pebruari 1979.
Naskahnya diselesaikan sesudahnya, dimuat dalam Majalah Hukum dan Pembangunan,
Nomor 3 Tahun 1979.8 A.Hamid S Attamimi secara tidak langsung mengartikan materi
muatan peraturan perundang-undangan sebagai materi yang harus dimuat dalam
masing-masing jenis peraturan perundang-undangan. Sedangkan dalam Pasal 1 angka
13 UU NO.12 Tahun 2011 disebutkan bahwa : Materi Muatan Peraturan Perundang-
undangan adalah materi yang dimuat dalam Peraturan Perundang-undangan sesuai
dengan jenis, fungsi, dan hierarki Peraturan Perundang-undangan. Dengan demikian apa
yang merupakan materi suatu peraturan perundang-undangan adalah berbeda-beda
tergantung jenis, fungsi dan materinya. Dalam menyusun materi muatan peraturan
perundang-undangan ada beberapa asas yang harus dipenuhi yaitu:9
a. pengayoman;
b. kemanusiaan;
c. kebangsaan;
d. kekeluargaan;
e. kenusantaraan;
f. bhinneka tunggal ika;
g. keadilan;
h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan;
i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau
j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan.

8
A. Hamid S. Attamimi, 1982, “Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan”, BPHN, Himpunan
Bahan Penataran Latihan Tenaga Teknis Perancang Peraturan Perundang-undangan Tanggal 1 s/d 20
Juni 1981, Diterbitkan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta,
,hlm.282-292.
9
Pasal 6 UU No.12 Tahun 2011
DAFTAR PUSTAKA

 Hamid S. Attamimi, 1982, “Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan”,


BPHN, Himpunan Bahan Penataran Latihan Tenaga Teknis Perancang Peraturan
Perundang-undangan Tanggal 1 s/d 20 Juni 1981, Diterbitkan oleh Badan
Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, ,hlm.282-292.
 Pasal 6 UU No.12 Tahun 2011
 Perundang, M. F. I. S. I. (2007). Undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan. Yogyakarta,
Penerbit Kanisius.
 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka,Edisi III, 2002),
 Febriansyah, F. I. (2016). Konsep pembentukan peraturan perundang-undangan
di Indonesia. Perspektif, 21(3), 220-229.
 Hanum, C. (2017). Analisis Yuridis terhadap Asas-Asas Pembentukan dan Asas-
Asas Materi Muatan Peraturan Daerah: Kajian Perda Syariah di Indonesia. IN
RIGHT: Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia, 7(1).
 A.Hamid S.Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia
Dalam penyelenggaraaan Pemerintahan Negara, Suatu studi analisis mengenai
Keputusan Presiden yang berfungsi Pengaturan dalam kurun waktu Pelita I-Pelita
IV,untuk memperoleh gelar Doktor dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Pasca Sarjana
Universitas Indonesia, Jakarta.
 A. AR, A. B. I. (2019). Asas-Asas Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan
dalam Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah. Jurnal Restorative Justice, 3(1),
1-13. Hal.7

Anda mungkin juga menyukai