Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KELOMPOK 7

KEMENTERIAN NEGARA

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Kelembagaan Negara

Dosen Pengampu : Fathudin, S.H.I, M.A., M.Hum, M.H

Disusun oleh :

Desi Wahyuni 11190453000018


Syarifah Aulia 11190453000033
Adjie Wiria D 11190453000039

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat meyelesaikan makalah yang
berjudul “KEMENTERIAN NEGARA” ini tepat pada waktunya. Rasa terima kasih yang tak
terhingga kepada dosen pembimbing mata kuliah Hukum Kelembagaan Negara yang telah
memberikan kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan makalah dalam mata kuliah ini.
Semoga dengan penulisan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penyusun dan
pembacanya.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Hukum Kelembagaan Negara. Makalah ini membahas mengenai Kementerian Negara. Proses
penulisan makalah ini. Hal ini semata-mata karena keterbatasan kemampuan kami sendiri. Oleh
karena itu, kami harapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari semua pihak agar
makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang.

Ciputat, 16 Juni 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI.................................................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................. 4

A. Latar Belakang....................................................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah................................................................... Error! Bookmark not defined.

C. Tujuan .................................................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................................. 6

A. Pengertian dan Landasan Hukum Kementerian Negara........................................................... 6

B. Pembentukan, Pengubahan, dan Pembubaran ......................................................................... 7

C. Jenis, Kedudukan, dan Kewenangan....................................................................................... 9

D. Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia


Berdasarkan Atas Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Sebelum Amandemen .............................. 14

BAB III PENUTUP ....................................................................................................................... 17

A. Kesimpulan.......................................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................... 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan memegang peranan penting
dalam merumuskan kebijakan negara. Konsep kekuasaan yang dimiliki Presiden
dirumuskan di dalam Pasal 4 Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 yaitu “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan”, yang dimana dalam melakukan
kewajibannya Presiden dibantu oleh satu orang Wakil Presiden. Adapun dalam
menjalankan kekuasaan tersebut Presiden dibantu oleh Menteri-Menteri Negara yang
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden. 1 Menteri-Menteri Negara tersebut membidangi
urusan tertentu dalam pemerintahan yang pembentukan, pengubahan, dan pembubarannya
diatur menurut Undang-Undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 Undang-Undang
Dasar NRI Tahun 1945. Undang-Undang ini memudahkan Presiden dalam menyusun
Kementerian Negara karena secara jelas dan tegas mengatur kedudukan, tugas, fungsi, dan
susunan organisasi Kementerian Negara.

Dalam suatu kelembagaan Kementerian, Menteri diangkat dan diberhentikan oleh


Presiden sebagai kepala Pemerintahan sesuai amanah yang ada di dalam Pasal 22 dan Pasal
24 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Tugas pokok dan
fungsi pengangkatan Menteri sendiri adalah sebagai Pembantu Presiden dalam
menjalankan tugas-tugasnya. Pada makalah ini kelompok kami akan menguraikan materi
Kementerian Negara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan landasan hukum kementerian negara?
2. Bagaimana pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara?
3. Apa jenis, kedudukan dan fungsi kementerian negara?
4. Bagaimana hubungan antar Kementerian negara dengan lembaga negara lainnya?
C. Tujuan

1
Rahmat Gaib, Posisi Wakil Menteri Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial Menurut UUD 1945, Lex et
Societatis, Vol 3 No. 10 Tahun 2015, hal. 5.

4
1. Memahami pengertian dan landasan hukum kementerian negara
2. Memahami pembentukan perubahan dan pembubaran kementerian negara
3. Memahami jenis, kedudukan dan fungsi kementerian negara
4. Memahami hubungan antar kementerian negara dengan lembaga negara lainnya

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Landasan Hukum Kementerian Negara


Sebagaimana yang termaktub dalam Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara “Kementerian
Negara yang selanjutnya disebut Kementerian adalah perangkat pemerintah yang
membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan”.2 Adapun Menteri sebagai
pembantu Presiden yang memimpin setiap kementerian di Pemerintahan pada bidang-
bidang tertentu. Urusan pemerintahan dalam hal ini adalah setiap urusan sebagaimana
dimaksud dalam ketentuan yang ada di Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pertama, urusan pemerintahan yang nomeklatur
kementeriannya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar NRI tahun 1945
meliputi urusan luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan. Kedua urusan pemerintahan
yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang-Undang Dasar NRI tahun 1945
meliputi urusan agama, hukum keuangan, keamanan, hak asasi manusia, pendidikan,
kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri, perdagangan, pertambangan,
energi, pekerjaan umum, transmigrasi, transportasi, informasi, komunikasi, pertanian,
perkebunan, kehutanan, peternakan, kelautan, dan perikanan. Ketiga, urusan
pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program
pemerintah meliputi urusan perencanaan pembangunan nasional, aparatur negara,
kesekretariatan negara, badan usaha milik negara, pertanahan, kependudukan,
lingkungan hidup, ilmu pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan
menengah, pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, perumahan, dan
pembangunan kawasan atau daerah tertinggal. Ketiga hal tersebut telah secara jelas
diatur dalam Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 39 tahun 2008 tentang
Kementerian Negara.3 Landasan hukum kementerian negara adalah Pasal 17 Undang-
Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 disebutkan bahwa:
1) Presiden dibantu oleh menteri-menteri Negara;
2) Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden;

2
Pasal 1 ayat (1) UU No 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara
3
Pasal 4 dan Pasal 5 UU No 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara

6
3) Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan; dan
4) Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur
dalam undang-undang.

Pada BAB II kedudukan dan urusan pemerintah dalam Pasal 3 Undang-Undang


tentang Kementerian Negara menyatakan bahwa: “Kementerian berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Presiden”.4 Dari ketentuan yang tertera pada pasal tersebut
dapat dipahami bahwasannya para menteri adalah pembantu presiden, yang dalam
pengangkatan dan pemberhentiannya dilakukan oleh Presiden. Dimana dalam hal ini
para menteri bertugas sesuai dengan bidang-bidang yang sudah ditentukan dalam
pemerintahan selama periode tertentu. Maka dari itu para menteri bertanggungjawab
secara langsung kepada presiden atas segala tugas dan kewajiban yang diemban oleh
masing-masing menteri sesuai dengan bidangnya masing-masing, mengingat
bahwasanya pada Pasal 7 Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 dinyatakan
bahwa, “Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatannya selama lima tahun, dan
sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama, hanya untuk satu kali
masa jabatan”.5

Dari ketentuan tersebut dapat dipahami bahwa, Presiden dan Wakil Presiden
memangku jabatan selama lima tahun dan dapat dipilih lagi untuk masa jabatan yang
sama hanya untuk satu kali masa jabatan. Jadi Presiden dan Wakil Presiden hanya dapat
memangku jabatan dalam dua kali masa jabatan, dan sesudahnya tidak dapat lagi dipilih
sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Maka dapat dipahami bahwasanya pengangkatan
dan pemberhentian menteri juga dilakukan oleh presiden pada periode masa jabatannya
tersebut.6

B. Pembentukan, Pengubahan, dan Pembubaran


Pembentukan Kementerian adalah pembentukan Kementerian dengan
nomenklatur tertentu setelah Presiden mengucapkan sumpah/janji. 7 Pengubahan
Kementerian adalah pengubahan nomenklatur Kementerian dengan cara
menggabungkan, memisahkan, dan/atau mengganti nomenklatur Kementerian yang

4
Pasal 3 UU No 39 tahun 2008 Tentang Kementerian Negara
5
Pasal 7 UUD NRI 1945
6
Noviantika Tria, Taufiq M. Shofwan, “Eksistensi Kementerian Negara Dalam Sistem Presidensil Berdasarkan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara”, Jurnal Ilmu Hukum Universitas
Muhammadiyah Metro, Vol. 5 No. 1 (Januari, 2021), 3-4.
7
Pasal 1 angka 4 UU No 39 tahun 2008 Tentang Kementerian Negara

7
sudah terbentuk.8 Pembubaran Kementerian adalah menghapus Kementerian yang
sudah terbentuk.9 Presiden membentuk Kementerian luar negeri, dalam negeri, dan
pertahanan, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Presiden membentuk Kementerian sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Kementerian Negara. Dalam
pembentukan Kementerian yang dimaksud dengan mempertimbangkan efisiensi dan
efektivitas; cakupan tugas dan proporsionalitas beban tugas; kesinambungan,
keserasian, dan keterpaduan pelaksanaan tugas; serta perkembangan lingkungnan
global. Presiden dalam melakukan sinkronisasi dan koordinasi urusan kementerian
dapat membentuk kementerian koordinasi. Dalam kementerian juga telah diatur
mengenai jumlah keseluruhan yakni sebanyak 34 (tiga puluh empat) dan pembentukan
kementerian paling lama 14 (empat belas) hari kerja sejak Presiden mengucapkan
sumpah/janji.

Kementerian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 tidak dapat diubah oleh


Presiden. Pengubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
mempertimbangkan: a. efisiensi dan efektivitas; b. perubahan dan/atau perkembangan
tugas dan fungsi; c. cakupan tugas dan proporsionalitas beban tugas; d. kesinambungan,
keserasian, dan keterpaduan pelaksanaan tugas; e. peningkatan kinerja dan beban kerja
pemerintah; f. kebutuhan penanganan urusan tertentu dalam pemerintahan secara
mandiri; dan/atau g. kebutuhan penyesuaian peristilahan yang berkembang.
Pengubahan sebagai akibat pemisahan atau penggabungan Kementerian dilakukan
dengan pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat dalam pertimbangan tersebut Dewan
Perwakilan Rakyat memiliki waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak surat Presiden
diterima, namun jika dalam waktu tersebut Dewan Perwakilan Rakyat belum
menyampaikan pertimbangannya, Dewan Perwakilan Rakyat dianggap sudah
memberikan pertimbangan.

Pembubaran kementerian tidak dapat dilakukan oleh Presiden, melainkan dapat


dibubarkan oleh Presiden dengan meminta pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat,

8
Pasal 1 angka 5 UU No 39 tahun 2008 Tentang Kementerian Negara
9
Pasal 1 angka 6 UU No 39 tahun 2008 Tentang Kementerian Negara

8
kecuali Kementerian yang menangani urusan agama, hukum, keuangan, dan keamanan
harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.10

C. Jenis, Kedudukan, dan Fungsi Kementerian Negara


Saat ini jumlah kementerian di Indonesia memiliki 34 kementerian. Dalam
peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2015 Kementerian Negara di kelompokan menjadi
4 kelompok yaitu: Kementerian kelompok I, kementerian kelompok II. Kementerian
kelompok III, dan kementerian koordinator. kementerian itu memiliki tugas tertentu
dalam pemerintahan negara Indonesia dan bertanggung jawab kepada Presiden.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang Organisasi
Kementerian Negara, kementerian kelompok I adalah kementerian yang menangani
urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara tegas disebutkan dalam
UUD 1945.11 Kelompok kementerian I terdiri dari :
1) Kementerian Dalam Negeri
2) Kementerian Luar Negeri
3) Kementerian Pertahanan

Kementerian Kelompok I berada di bawah dan bertanggung jawab kepada


Presiden dan mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu dalam
pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara yang disesuaikan dengan upaya pencapaian tujuan Kementerian sebagai
bagian dari tujuan pembangunan nasional.

Kementerian kelompok II adalah kementerian yang menangani urusan


pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam UUD 1945. Sebagian besar
kementerian ini dapat diubah nomenklaturnya apabila akan diadakan perombakan
kabinet ataupun pengangkatan menteri baru. Khusus kementerian yang menangani
urusan agama, hukum, keamanan, dan keuangan apabila diubah dan/atau
dibubarkan harus mendapat persetujuan DPR RI. Kementerian kelompok II terdiri
dari:

1) Kementerian Agama
2) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
3) Kementerian Keuangan

10
UU No 39 tahun 2008 Tentang Kementerian Negara
11
Perpres No.68 Tahun 2019

9
4) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
5) Kementerian Kesehatan
6) Kementerian Sosial
7) Kementerian Ketenagakerjaan
8) Kementerian Perindustrian
9) Kementerian Perdagangan
10) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
11) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Masyarakat
12) Kementerian Perhubungan
13) Kementerian Komunikasi dan Informatika
14) Kementerian Pertanian
15) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
16) Kementerian Kelautan dan Perikanan
17) Kementerian Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi
18) Kementerian Agraria dan Tata Ruang

Hal ini sebagaimana dalam BAB II tentang Kementerian Kelompok I dan


Kementerian kelompok II pada paragraph pertama terkait kedudukannya yaitu Pasal 3
Kementerian Kelompok I dan Kementerian Kelompok II sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 ayat (2) dan ayat (3), berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden.

Pada Paragraf 2 terkait tugas dalam Pasal 4 yaitu (1) Kementerian Kelompok I
dan Kementerian Kelompok II mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu
dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan
negara. Tugas kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
upaya pencapaian tujuan Kementerian sebagai bagian dari tujuan pembangunan
nasional.

Kemudian pada paragraph 3 tekait fungsi dari kementerian agama terdapat pada
Pasal 5:

1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1),


Kementerian Kelompok I menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;

10
b. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya;
c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya; dan
d. Pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.
2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1),
Kementerian Kelompok II menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
b. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya;
c. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya;
d. Pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian di daerah; dan
e. Pelaksanaan kegiatan teknis yang berskala nasional.
3) Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2), Kementerian Kelompok I dan Kementerian Kelompok II juga
menyelenggarakan fungsi:
a. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan
Kementerian; dan
b. Pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian.
4) Berdasarkan ketentuan peraturan perundangang-undangan dan/atau tugas lain
yang diberikan oleh Presiden, Kementerian dapat menyelenggarakan fungsi
yang menunjukkan karakteristik tugas dan fungsi masing-masing Kementerian.

Kementerian kelompok III adalah kementerian yang menangani urusan


pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program
pemerintah.12 Kementerian Kelompok III terdiri dari :
1) Kementerian Sekretariat Negara Indonesia
2) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia
3) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

12
Perpres 68/2009 pasal 2 ayat 4

11
4) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokmasi
Indonesia
5) Kementerian Perencanaan Pembangunan Indonesia
6) Kementerian Badan Usaha Milik Negara
7) Kementerian Pemuda dan Olahraga Indonesia
8) Kementerian Parawisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia
9) Kementerian Investasi Indonesia

Hal ini terdapat dalam BAB III Kementerian Kelompok III pada paragraf pertama
terkait kedudukan dalam Pasal 30 yaitu, Kementerian Kelompok III sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4) berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden.

Pada Paragraf 2 terkait tugas dalam Pasal 31 yaitu,

1) Kementerian Kelompok III mempunyai tugas menyelenggarakan urusan


tertentu dalam pemerintahan untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara.
2) Tugas Kementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan
upaya pencapaian tujuan Kementerian sebagai bagian dari tujuan pembangunan
nasional.

Pada Paragraf 3 terkait fungsi dalam pasal 32 yaitu,

1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1),


Kementerian Kelompok III menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan dan penetapan kebijakan di bidangnya;
b. Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan di bidangnya;
c. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung
jawabnya; dan
d. Pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya.
2) Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Kementerian Kelompok III juga menyelenggarakan fungsi koordinasi
pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada
seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian.

12
3) Berdasarkan ketentuan peraturan perundanganundangan dan/atau tugas lain
yang diberikan oleh Presiden, Kementerian dapat menyelenggarakan fungsi
yang menunjukkan karakteristik tugas dan fungsi masing-masing Kementerian.

Kementerian Koordinator adalah Kementerian yang melaksanakan fungsi


sinkronisasi dan koordinasi urusan Kementerian. Kementerian Koordinator berada
di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dan mempunyai tugas
menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan pengendalian urusan Kementerian
dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidangnya. Kementerian Koordinasi
terdiri dari

1) Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan


2) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
3) Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
4) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

Hal ini terdapat dalam BAB IV Kementerian Koordinator pada paragraph


pertama terkait kedudakan yang terdapat pada pasal 47 yaitu Kementerian Koordinator
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden.

Pada paragraf ke 2 terkait tugas yang terdapat pada pasal 48 yaitu Kementerian
Koordinator mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan
pengendalian urusan Kementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di bidangnya.

Pada paragraph 3 terkait fungsi pada pasal 49 Dalam melaksanakan tugas,


Kementerian Koordinator menyelenggarakan fungsi:

a. Koordinasi dan sinkronisasi perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan


Kementerian/Lembaga yang terkait dengan isu di bidangnya;
b. Pengendalian pelaksanaan kebijakan Kementerian/ Lembaga yang terkait dengan isu di
bidangnya;
c. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian Koordinator;
d. Pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; dan
e. Pengawasan atas pelaksanaan fungsi di bidangnya.

13
D. Hubungan Antar kementerian dengan Lembaga Negara Lainnya

1. Struktur Lembaga Negara Sebelum Amandemen


Susunan lembaga negara sebelum diamandemen, diatur bahwa Undang-Undang Dasar
Merupakan hukum tertinggi, kemudian kedaulatan rakyat diberikan seluruhnya kepada
MPR (Lembaga Tertinggi). MPR mendistribusikan kekuasaannya (distribution of power)
kepada 5 Lembaga Tinggi yang sejajar kedudukannya, yaitu MA, Presiden, DPR, DPA dan
BPK.Agar Lebih mudah pemahaman, peneliti sajikan dalam bentuk bagan sebagai berikut:
a. MPR
Kewenangan MPR diatur dalam Pasal 2 UUD Tahun 1945. MPR merupakan lembaga
Tertinggi negara yang diberi kekuasaan tak terbatas (super power) karena “kekuasaan
ada ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnya oleh MPR” dan MPR adalah
“penjelmaan dari Seluruh rakyat Indonesia” yang berwenang menetapkan UUD,
GBHN, mengangkat presiden Dan wakil presiden. Dengan kata lain MPR merupakan
penjelmaan pendapat dari seluruh Warga Indonesia.Susunan keanggotaannya terdiri
dari anggota DPR dan utusan daerah serta Utusan golongan yang diangkat termasuk
didalamnya TNI/Polri.
b. DPR
Kewenangan DPR diatur dalam Pasal 19 UUD Tahun 1945. DPR merupakan lembaga
Perwakilan rakyat yang berkedudukan sebagai lembaga Negara memegang kekuasaan
Legislatif. Anggota DPR berasal dari anggota partai politik peserta pemilu yang dipilih
Berdasarkan hasil pemilu. Oleh karena itu Presiden tidak dapat membubarkan DPR
yang Anggota-anggotanya dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum secara berkala
lima tahun Sekali. Meskipun demikian, Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR.
DPR Berkedudukan di tingkat pusat, sedangkan yang berada di tingkat provinsi disebut
DPRD Provinsi dan yang berada di kabupaten/kota disebut DPRD kabupaten/kota.
c. Presiden
Kewenangan Presiden diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 15 UUD Tahun 1945.
Presiden adalah lembaga negara yang memegang kekuasaan eksekutif. Maksudnya,
presiden Mempunyai kekuasaan untuk menjalankan pemerintahan. Presiden
mempunyai kedudukan Sebagai kepala pemerintahan dan sekaligus sebagai kepala
negara. Sebelum adanya Amandemen UUD 1945, presiden dan wakil presiden diangkat
dan diberhentikan oleh MPR Dan bertanggung jawab kepada MPR.

14
d. Mahkamah Agung (MA)
Kewenangan Mahkamah Agung diatur dalam Pasal 24 UUD Tahun 1945. MA
merupakan Lembaga negara yang memegang kekuasaan kehakiman. Kekuasaan
kehakiman merupakan Kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan
guna menegakkan hukum dan Keadilan. Mahkamah Agung adalah pengadilan tertinggi
di negara Indonesia. Yang Membawahi badan-badan peradilan antara lain: peradilan
umum, peradilan agama, peradilan Militer, dan peradilan tata usaha negara (PTUN).
e. Dewan Pertimbangan Agung ((DPA)
Kewenangan DPA diatur dalam Pasal 16 UUD Tahun 1945. DPA merupakan dewan
yang Dibentuk berdasarkan undang-undang yang ditetapkan, dengan tugas dan fungsi
member Jawab atas pertanyaan Presiden dan berhak memajukan usuk kepada
pemerintah (sering Dikenal dengan Dewan Pertimbangan Agung Presiden.
f. BPK
Kewenangan BPK diatur dalam Pasal 23 Ayat (5) UUD Tahun 1945. BPK merupakan
badan Yang bertugas untuk memeriksa tanggung jawab tentang keuangan Negara, di
mana hasil Pemeriksaan tersebut kemudian diberitahukan kepada DPR.

2. Hubungan Fungsional Kementerian dan Lembaga Pemerintah non Kementerian


Dalam hal mengenai hubungan fungsional kementerian dengan lembaga negara
pemerintah non kementerian telah diatur dalam Undang-Undang nomor 39 tahun 2008
Tentang Kementerian Negara tepatnya pada Bab VI Pasal 25 yang berbunyi:

“(1) Hubungan fungsional antara Kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian


dilaksanakan secara sinergis sebagai satu sistem pemerintahan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(2) Lembaga pemerintah nonkementerian berkedudukan di bawah Presiden dan


bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri yang mengoordinasikan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai hubungan fungsional antara Menteri dan lembaga
pemerintah nonkementerian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan Peraturan Presiden.”

3. Hubungan Kementerian dengan Pemerintah Daerah


Dalam hubungan kementerian dengan pemerintah daerah pun telah diatur pada Bab VII
Pasal 26 dimana hubungan antara Kementerian dan pemerintah daerah dilaksanakan dalam

15
kerangka sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan prinsip-prinsip penyelenggaraan otonomi daerah sesuai peraturan
perundang-undangan.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kementerian adalah perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam


pemerintahan. Adapun Menteri sebagai pembantu Presiden yang memimpin setiap
kementerian di Pemerintahan pada bidang-bidang tertentu. Urusan pemerintahan dalam hal ini
adalah setiap urusan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang ada di Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Pembentukan Kementerian adalah pembentukan Kementerian dengan nomenklatur


tertentu setelah Presiden mengucapkan sumpah/janji. Pengubahan Kementerian adalah
pengubahan nomenklatur Kementerian dengan cara menggabungkan, memisahkan, dan/atau
mengganti nomenklatur Kementerian yang sudah terbentuk. Pembubaran Kementerian adalah
menghapus Kementerian yang sudah terbentuk. Pembubaran kementerian tidak dapat
dilakukan oleh Presiden, melainkan dapat dibubarkan oleh Presiden dengan meminta
pertimbangan Dewan Perwakilan Rakyat, kecuali Kementerian yang menangani urusan agama,
hukum, keuangan, dan keamanan harus dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat

Kementerian negara berjumlah 34 yang dikelompokan menjadi 4 kelompok yaitu


kementerian kelompok I, kementerian kelompok II, kementerian kelompok III, kementerian
koordinasi.kedudukan Menteri dalam sistem presidensial adalah sebagai pihak yang membantu
presiden untuk menjalankan tugasnya sesuai dengan bidang kementerian itu sendiri.

17
DAFTAR PUSTAKA

Noviantika Tria, Taufiq M. Shofwan, “Eksistensi Kementerian Negara Dalam Sistem


Presidensil Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian
Negara”, Jurnal Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Metro, Vol. 5 No. 1 (Januari, 2021)

Perpres 68/2009 pasal 2 ayat 4

Perpres No.68 Tahun 2019

Perpres No.68 Tahun 2019

Rahmat Gaib, Posisi Wakil Menteri Dalam Sistem Pemerintahan Presidensial Menurut UUD
1945, Lex et Societatis, Vol 3 No. 10 Tahun 2015, hal. 5.

Pasal 4 dan Pasal 5 UU No 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara

Pasal 4 dan Pasal 5 UU No 39 tahun 2008 tentang Kementerian Negara

Pasal 3 UU No 39 tahun 2008 Tentang Kementerian Negara

Pasal 7 UUD NRI 1945

Pasal 1 angka 4 UU No 39 tahun 2008 Tentang Kementerian Negara


Pasal 1 angka 5 UU No 39 tahun 2008 Tentang Kementerian Negara
Pasal 1 angka 6 UU No 39 tahun 2008 Tentang Kementerian Negara

18

Anda mungkin juga menyukai