Disusun Oleh
Nama : Ahmad Bilal Saputra 0020655466
: Arsya Azlya Hasibuan 0022133117
SMA CENDERAWASIH 1
JAKARTA SELATAN
2019
Kata Pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan tentang Kedudukan dan fungsi kementrian NKRI dan lembaga pemerintah non
kementrian
Makalah PPKN ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
sumber-sumber tertentu sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua sumber yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah Ppkn ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah PPKN tentang Kedudukan dan fungsi kementrian
NKRI dan lembaga pemerintahan non kementrian untuk Negara ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
Bab 1……………………………………………………………………… 1
- 1.3 Tujuan
- 1.4 Manfaat
Bab 2………………………………………………………………………2
Bab 3……………………………………………………………………....8
- 3.1 Simpulan
- 3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.4. Manfaat
Manfaat yang diharapkan dalam pembahasan ini ada dua yaitu, manfaat teoretis dan manfaat
praktis.
1.4.1. Manfaat teoretis
PEMBAHASAN
Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan, yang terdiri atas:
Setiap urusan pemerintahan, kecuali urusan luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan, tidak
harus dibentuk dalam satu Kementerian tersendiri.
Dalam menjalankan tugasnya Presiden dapat membentuk Menteri Koordinasi dan Menteri
dengan mempertimbangkan efisiensi, efektivitas, cakupan tugas dan proporsionalitas beban
tugas, kesinambungan, keserasian, dan keterpaduan pelaksanaan tugas serta perkembangan
lingkungan global dengan jumlah keseluruhan paling banyak tiga puluh empat kementerian
dalam tenggang waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja sejak Presiden
mengucapkan sumpah/janji.
Selain memiliki kementerian negara, Republik Indonesia juga memiliki lembaga Pemerintah
Non-Kementerian (LPNK) yang dahulu namanya Lembaga pemerintah Non-Departemen.
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian merupakan lembaga negara yang dibentuk untuk
membantu presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahan tertentu. Lembaga Pemerintah
Non-Kementerian berada di bawah presiden dan bertanggung jawab langsung kepada presiden
melalui menteri atau pejabat setingkat menteri yang terkait.
Sebagai konsekuensi amandemen UUD 1945, terdapat beberapa perubahan signifikan terhadap
kewenangan lembaga-lembaga negara dalam struktur Ketatanegaraan Republik Indonesia.
Perubahan ini tidak hanya membutuhkan penyesuaian terhadap kewenangan setiap lembaga
negara, yang ditentukan dalam UUD 1945, akan tetapi juga kewenangan lembaga negara lain
yang kewenangannya diberikan oleh peraturan lain, seperti Peraturan Pemerintah dan Keputusan
Presiden atau Peraturan Presiden, juga perlu disesuaikan. Hal ini merupakan suatu keharusan
sebagai konsekuensi hukum hirarki peraturan perundang-undangan. Salah satu prinsip dalam
hirarki peraturan perundang-undangan menentukan bahwa peraturan yang lebih rendah
tingkatannya tidak boleh bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi, jika bertentangan
maka peraturan yang lebih rendah tidak berlaku. Hirarki peraturan perundang-undangan itu
sendiri ditentukan dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-undang No.10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Melalui proses amandemen UUD 1945, Lembaga
Kepresidenan ada salah satu lembaga negara yang mengalami banyak perubahan pada
kewenangannya, seperti kekuasaan untuk menunjuk Duta Besar yang harus mendapat
pertimbangan dari Dewan Perwakilan Rakyat. Meskipun demikian, kewenangan presiden
sebagai kepala pemerintahan, sebagaimana diatribusikan oleh Pasal 4 ayat (1) UUD 1945, tetap
dipertahankan. Bahkan dengan proses rekruitmen lembaga kepresidenan yang baru: dipilih
secara langsung, kedudukan konstitusional lembaga kepresidenan menjadi semakin kuat jika
dibandingkan dengan kedudukan konstitusional yang dimiliki sebelumnya.
Dalam melaksanakan kewenangannya, presiden dibantu oleh seorang wakil presiden dan
kementerian negara. Di samping wakil presiden dan kementerian negara, presiden juga dapat
dibantu oleh lembaga pemerintah yang lain, seperti Lembaga Pemerintah Non-Departemen
(selanjutnya LPND), dalam melaksanakan kewenangannya. LPND didirikan dengan tujuan
untuk melaksanakan tugas khusus yang didelegasikan kepadanya oleh presiden3. Oleh karena
itu, LPND terletak dalam lingkup kekuasaan eksekutif, yang dipimpin oleh presiden. Selain itu,
pembentukan dan pembubarannya tergantung pada keinginan presiden; presiden dapat
membentuk yang baru atau membubarkan yang lain semata-mata tergantung pada keinginannya
saja.
Pada umumnya, pembentukan sebuah LPND dahulunya dilakukan dengan sebuah keputusan
presiden tersendiri. Meskipun, sejak pemerintahan Megawati Soekarnoputri, pembentukan
seluruh LPND dilakukan dengan sebuah keputusan presiden saja, seperti Keputusan Presiden
No. 103 Tahun 2001 (selanjutnya Keppres No.103 Tahun 2001). Selanjutnya, setelah
pengundangan UU No.10 Tahun 2004 pada 24 Juni 2004, seluruh keputusan presiden yang
bersifat mengatur harus dikategorikan dan harus berbentuk Peraturan Presiden4. Oleh karena
itulah, pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono menggunakan peraturan presiden dalam
melakukan perubahan terhadap Keppres No.103 Tahun 2001. Dengan menggunakan keputusan
presiden atau peraturan presiden dalam pembentukan atau pembubaran sebuah LPND, presiden
harus mendasarkan pembentukan peraturan presiden atau keputusan presiden itu pada perintah
pembentukan, baik secara tegas maupun tidak, dari UUD 1945, undang-undang, atau peraturan
pemerintah5. Alasan hukum mengapa peraturan presiden membutuhkan perintah
pembentukannya karena peraturan presiden terletak di bawah UUD 1945, undang-undang, dan
peraturan pemerintah dalam hirarki peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu
pembentukan peraturan presiden tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi derajatnya.
12. Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI)
13. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), di bawah koordinasi Menteri Kesehatan
14. Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), di bawah koordinasi Menteri Riset dan
Teknologi
17. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), di bawah koordinasi Menteri Riset
dan Teknologi.
19. Badan Pertanahan Nasional (BPN), di bawah koordinasi Menteri Dalam Negeri
20. Badan Pusat Statistik (BPS), di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian
22. Badan Standardisasi Nasional (BSN), di bawah koordinasi Menteri Riset dan Teknologi
23. Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), di bawah koordinasi Menteri Riset dan
Teknologi
24. Badan Urusan Logistik (Bulog), di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian
26. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), di bawah koordinasi MenteriRiset dan
Teknologi
29. Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), di bawah koordinasi Menteri
Riset dan Teknologi
30. Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg), di bawah koordinasi Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum dan, Keamanan
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Selain memiliki kementerian negara, Republik Indonesia juga memiliki lembaga Pemerintah
Non-Kementerian (LPNK) yang dahulu namanya Lembaga pemerintah Non-Departemen.
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian merupakan lembaga negara yang dibentuk untuk
membantu presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahan tertentu. Lembaga Pemerintah
Non-Kementerian berada di bawah presiden dan bertanggung jawab langsung kepada presiden
melalui menteri atau pejabat setingkat menteri yang terkait.
3.2 Saran
Berdasarkan pembahasan diatas dan simpulan yang telah di kemukakan sebelumnya, pada bagian
ini penulis mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:
Penulis berharap dari adanya tugas ini dapat memberikan banyak manfaat bagi para pembaca
terutama siswa sebagai generasi muda.
Penulis berharap agar siswa mengerti dan memahami kementrian.
Penulis menyadari bahwa masih banyak siswa yang belum memahami tentang demokrasi, maka
dalam hal ini perlu mendapatkan perhatian dari para guru terutama para ahli