Anda di halaman 1dari 78

MODUL PEMBELAJARAN

PPKN KELAS X

OLEH

ENDANG MARIA BOIMAU

SMA NEGERI KABOLA

2023
DAFTAR ISI

Halaman Judul ..................................................................................


Kegiatan Pembelajaran 1 .................................................................
Kegiatan Pembelajaran 2 .................................................................
Kegiatan Pembelajaran 3 .................................................................
Kegiatan Pembelajaran 4 .................................................................
Evaluasi .............................................................................................
Daftar Pustaka ..................................................................................
NILAI-NILAI
PANCASILA DALAM
KERANGKA PRAKTEK
PENYELENGGARAAN
PEMERINTAHAN
NEGARA
A. KEGIATAN PEMBELAJARAN 1
Mata Pelajaran : PPKn
Kelas :X
Alokasi Waktu : 2 x 45 menit / 1 kali pertemuan
Judul Modul : Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik
Indonesia

Kompetensi Dasar Keterampilan


Kompetensi Dasar Pengetahuan
4.1. Mengambil keputusan
3.1. Menganalisis nilai-nilai
bersama sesuai nilai-nilai
Pancasila dalam kerangka
Pancasila dalam kerangka praktik
praktik penyelenggaraan
penyelenggaraan pemerintahan
pemerintahan Negara
Negara
B. URAIAN MATERI
Sistem Pembagian Kekuasaan Negara Republik Indonesia
1. Macam-Macam Kekuasaan Negara
Menurut John Locke kekuasaan negara dapat dibagi menjadi tiga
kekuasaan yaitu:
a. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau
membentuk undang-undang
b. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-
undang, termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran
terhadap undang- undang
c. Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan
hubungan luar negeri.
Sedangkan menurut Montesquieu kekuasaan negara dibagi :
a. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau
membentuk undang-undang
b. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang- undang
c. Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang-undang,
termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-
undang.
2. Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia
Menurut UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, penerapan pembagian
kekuasaan di Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu pembagian kekuasaan secara
horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal
a. Pembagian kekuasaan secara horizontal
1) Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar. Kekuasaan ini dijalankan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (1) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
1) Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undang dan
penyelenggaraan pemerintahan Negara. Kekuasaan ini dipegang oleh
Presiden sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (1) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
2) Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk undang- undang.
Kekuasaan ini dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 20 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945
3) Kekuasaan yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman yaitu kekuasaan
untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
4) Kekuasaan eksaminatif atau inspektif, yaitu kekuasaan yang berhubungan
dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab
tentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
b. Pembagian Kekuasaan Secara Vertikal
Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan
menurut tingkat nya, yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa
tingkatan pemerintahan. Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul
sebagai konsekuensi dari diterapkannya asas desentralisasi di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dengan asas tersebut, pemerintah pusat
menyerahkan wewenang pemerintahan kepada pemerintah daerah otonom
(provinsi dan kabupaten/kota) untuk mengurus dan mengatur sendiri
urusan pemerintahan di daerahnya, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan pemerintah pusat, yaitu kewena ngan yang berkaitan
dengan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter
dan fiskal. Hal tersebut ditegaskan dalam Pasal 18 ayat (5) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945
K E G I ATA N P E M B E L A J A R A N 2

A. Tujuan Pembelajaran
Kedudukan dan Setelah kegiatan pembelajaran 2 ini diharapkan :
fungsi  Peserta didik diharapkan mampu mengidentifikasi
kedudukan dan fungsi Kementerian Negara
Kementerian
Republik Indonesia dan lembaga pemerintahan
negara Republik non departemen (C4)
Indonesia dan  Peserta didik diharapkan mampu menyajikan
hasil analisis tentang pengambilan keputusan
lembaga
bersama sesuai nilai-nilai Pancasila dalam
pemerintahan non kerangka praktik penyelenggaraan pemerintahan
departemen Negara (C5)
B. URAIAN MATERI

1. Tugas Kementerian Negara Republik Indonesia


Keberadaan Kementerian Negara Republik Indonesia diatur secara tegas dalam
Pasal 17 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
sebagai berikut :
a. Presiden dibantu oleh menteri-menteri negara.
b. Menteri-menteri itu diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
c. Setiap menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.
d. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran kementerian negara diatur
dalam undang-undang.
Pasal 17 ayat (3) UUD NRI tahun 1945 menyebutkan bahwa “setiap
menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan.” Dengan
kata lain, setiap kementerian negara masing-masing mempunyai tugas
sendiri. Adapun urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawab
kementerian negara adalah sebagai berikut :
a. Urusan pemerintahan yang nomenklatur kementeriannya secara
tegas disebutkan dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, meliputi urusan luar negeri, dalam negeri, dan pertahanan
b. Urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan dalam
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, meliputi urusan
agama, hukum, keuangan, keamanan, hak asasi manusia, pendidikan,
kebudayaan, kesehatan, sosial, ketenagakerjaan, industri,
perdagangan, pertambangan, energi, pekerjaan umum, transmigrasi,
transportasi, informasi, komunikasi, pertanian, perkebunan,
kehutanan, peternakan, kelautan, dan perikanan.
c. Urusan pemerintahan dalam rangka penajaman, koordinasi, dan
sinkronisasi program pemerintah, meliputi urusan perencanaan
pembangunan nasional, aparatur negara, kesekretariatan negara, badan
usaha milik negara, pertanahan, kependudukan, lingkungan hidup, ilmu
pengetahuan, teknologi, investasi, koperasi, usaha kecil dan menengah,
pariwisata, pemberdayaan perempuan, pemuda, olahraga, perumahan, dan
pembangunan kawasan atau daerah tertingg
2. Klasifikasi Kementerian Negara Republik Indonesia
Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2015
tentang Organisasi Kementerian Negara. Kementerian Negara Republik
Indonesia dapat diklasifi kasikan berdasarkan urusan pemerintahan yang
ditanganinya.
a. Kementerian yang menangani urusan pemerintahan yang nomenklatur/
nama kementeriannya secara tegas disebutkan dalam UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sebagai berikut :
1) Kementerian Dalam Negeri
2) Kementerian Luar Negeri
3) Kementerian Pertahanan
b. Kementerian yang mempunyai tugas penyelenggarakan urusan tertentu
dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara dengan upaya pencapaian tujuan kementerian
sebagai bagian dari tujuan pembangunan nasional. Kementerian yang
menangani urusan pemerintahan yang ruang lingkupnya disebutkan
dalam UUD Tahun 1945 adalah sebagai berikut :
1) Kementerian Agama
2) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
3) Kementerian Keuangan
4) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
5) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
6) Kementerian Kesehatan
7) Kementerian Sosial
8) Kementerian Ketenagakerjaan
9) Kementerian Perindustrian
10) Kementerian Perdagangan
11) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
12) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
13) Kementerian Perhubungan
14) Kementerian Komunikasi dan Informatika
15) Kementerian Pertanian
16) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
18) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi
19) Kementerian Agraria dan Tata Ruang
c. Kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tertentu
dalam pemerintahan untuk membantu presiden dalam menyelenggarakan
pemerintahan negara serta menjalankan fungsi perumusan dan penetapan
kebijakan di bidangnya, koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan
di bidangnya, pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi
tanggung jawabnya, dan pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya.
Kementerian ini yang menangani urusan pemerintahan dalam rangka
penajaman, koordinasi, dan sinkronisasi program pemerintah.
1) Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional
2) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
3) Kementerian Badan Usaha Milik Negara
4) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
5) Kementerian Pariwisata
6) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
7) Kementerian Pemuda dan Olahraga
8) Kementerian Sekretariat Negara
Selain kementerian yang menangani urusan pemerintahan di atas, ada juga
kementerian koordinator yang bertugas melakukan sinkronisasi dan
koordinasi urusan kementerian-kementerian yang berada di dalam
lingkup tugasnya. Kementerian koordinator, terdiri atas beberapa
kementerian sebagai berikut.
1) Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan.
a) Kementerian Dalam Negeri
b) Kementerian Hukum dan HAM
c) Kementerian Luar Negeri
d) Kementerian Pertahanan
e) Kementerian Komunikasi dan Informatika
f) Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
2) Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
a) Kementerian Keuangan
b) Kementerian Ketenagakerjaan
c) Kementerian Perindustrian
d) Kementerian Perdagangan
e) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
f) Kementerian Pertanian
g) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
h) Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
i) Kementerian Badan Usaha Milik Negara
j) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
3) Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan
a) Kementerian Agama
b) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
c) Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi
d) Kementerian Kesehatan
e) Kementerian Sosial;
f) Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan
Transmigrasi;
g) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak
h) Kementerian Pemuda dan Olahraga.
4) Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman.
a) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
b) Kementerian Perhubungan
c) Kementerian Kelautan dan Perikanan
d) Kementerian Pariwisata
3. Lembaga Pemerintah Non-Kementerian
Selain memiliki Kementerian Negara, Republik Indonesia juga memiliki
Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK) yang dahulu namanya
Lembaga Pemerintah Non-Departemen. Lembaga Pemerintah Non-
Kementerian merupakan lembaga negara yang dibentuk untuk membantu
presiden dalam melaksanakan tugas pemerintahan tertentu. Lembaga
Pemerintah Non-Kementerian berada di bawah presiden dan bertanggung
jawab langsung kepada presiden melalui menteri atau pejabat setingkat
menteri yang terkait.
Keberadaan LPNK diatur oleh Peraturan Presiden Republik Indonesia,
yaitu Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2001
tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan
Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non-Departemen. Diantaranya adalah;
Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Badan Informasi Geospasial
(BIG); Badan Intelijen Negara (BIN); Badan Kepegawaian Negara (BKN),
di bawah koordinasi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi; dan lain-lain.
K E G I A TA N P E M B E L A J A R A N 3
Nilai-nilai Pancasila Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan

A.Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan ini peserta didik diharapkan :
 Mampu menganalisis Nilai-nilai Pancasila dalam
penyelenggaraan pemerintahan (C4)
 Mampu menyajikan hasil analisis tentang
implementasi nilai-nilai Pancasila dalam
penyelenggaraan pemerintahan (C5)
Nilai-nilai Pancasila dalam penyelenggaraan pemerintahan
Sistem nilai adalah konsep atau gagasan yang menyeluruh mengenai sesuatu
yang hidup dalam pikiran seseorang atau sebagian besar anggota masyarakat
tentang apa yang dipandang baik
Pancasila yang termuat dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945
merupakan landasan bangsa Indonesia yang mengandung tiga tata nilai
utama, yaitu dimensi spiritual, dimensi kultural, dan dimensi institusional.
a. Dimensi spiritual mengandung makna bahwa Pancasila mengandung
nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
sebagai landasan keseluruhan nilai dalam falsafah negara
b. Dimensi kultural mengandung makna bahwa Pancasila merupakan
landasan falsafah negara, pandangan hidup bernegara, dan sebagai dasar
negara
c. Dimensi institusional mengandung makna bahwa Pancasila harus sebagai
landasan utama untuk mencapai cita-cita dan tujuan bernegara, dan
dalam penyelenggaraan pemerintahan
Aktualisasi nilai spiritual dalam Pancasila tergambar dalam Sila Ketuhanan Yang
Maha Esa. Hal ini berarti bahwa dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan
tidak boleh meninggalkan prinsip keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Nilai ini menunjukkan adanya pengakuan bahwa manusia, terutama
penyelenggara negara memiliki keterpautan hubungan dengan Sang Penciptanya.
Artinya, di dalam menjalankan tugas sebagai penyelenggara negara tidak hanya
dituntut patuh terhadap peraturan yang berkaitan dengan tugasnya, tetapi juga
harus dilandasi oleh satu pertanggungjawaban kelak kepada Tuhannya di dalam
pelaksanaan tugasnya.
Hubungan antara manusia dan Tuhan yang tercermin dalam sila pertama
sesungguhnya dapat memberikan rambu-rambu agar tidak melakukan
pelanggaran-pelanggaran, terutama ketika seseorang harus melakukan korupsi
atau penyelewengan harta negara lainnya dan perilaku negatif lainnya. Nilai
spiritual inilah yang tidak ada dalam doktrin good governance yang selama ini
menjadi panduan dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan di Indonesia.
Nilai spiritual dalam Pancasila ini sekaligus menjadi nilai yang seharusnya dapat
teraktualisasi dalam tata kelola pemerintahan
Dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan, nilai falsafah
termanifestasikan di setiap proses perumusan kebijakan dan
implementasinya. Nilai Pancasila harus dipandang sebagai satu
kesatuan utuh di setiap praktik penyelenggaraan pemerintahan
khususnya dalam memberikan pelayanan lepada masyarakat agar tidak
terjadi perlakuan yang sewenang dan diskriminatif.
Selain itu, nilai spiritualitas menjadi pemandu bagi penyelenggaraan
pemerintahan agar tidak melakukan aktivitas-aktivitas di luar
kewenangan dan ketentuan yang sudah digariskan
Nilai-Nilai Ketuhanan Yang Maha Esa

Adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan


sebagai pencipta alam semesta
1. Bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis
2. Adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama,
menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta
tidak berlaku diskriminatif antarumat beragama
Nilai-Nilai Kemanusiaan yang Adil
dan Beradab
Nilai Sila Persatuan Indonesia
Nilai Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan
Nilai-nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh
Rakyat Indonesia
K E G I ATA N P E M B E L A J A R A N 4
Wilayah NKRI dan Batas -Batasnya

A. Tujuan Pembelajaran
Setelah kegiatan pembelajaran 4 ini peserta didik diharapkan :
 Mampu menganalisis batas-batas wilayah NKRI (C4)

 Mampu menyajikan hasil analisis tentang batas-batas wilayah


NKRI dalam bentuk karya tulis (makalah) (C5)
KEGIATAN PEMBELAJARAN 5
K e d u d u k a n Wa r g a N e g a r a D a n P e n d u d u k
Indonesia

URAIAN MATERI
Secara umum, pengertian warga negara adalah anggota suatu
negara yang mempunyai keterikatan timbal balik dengan
negaranya. Warga negara dalam bahasa Inggris dikenal dengan
kata citizens. Seseorang dapat menjadi warga negara setelah
memenuhi persyaratan yang telah ditentu an oleh suatu negara.
1. Penduduk dan Bukan Penduduk
Penduduk adalah orang yang bertempat tinggal atau
menetap dalam suatu negara, sedangkan yang bukan
penduduk adalah orang yang berada di suatu wilayah
suatu negara dan tidak bertujuan tinggal atau
menetap di wilayah negara tersebut.
2. Warga Negara dan Bukan Warga Negara
Warga negara ialah orang yang secara hukum
merupakan anggota dari suatu negara, sedangkan
bukan warga negara disebut orang asing atau warga
negara asing.
3. Rakyat
Rakyat sebagai penghuni negara, mempunyai
peranan penting dalam merencanakan, mengelola
dan mewujudkan tujuan negara. Keberadaan rakyat
yang menjadi penduduk maupun warga negara,
KEGIATAN PEMBELAJARAN 6
Kemerdekaan Beragama Dan Berkepercayaan Di
Indonesia

Uraian Materi
Pengertian Kemerdekaan Beragama dan Berkepercayaan

Kemerdekaan beragama dan berkepercayaan mengandung makna bahwa


setiap manusia bebas memilih dan melaksanakan ajaran agama menurut
keyakinan dan kepercayaannya (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 56).
Artinya, seluruh manusia tidak boleh dipaksa oleh siapa pun, baik itu
pejabat agama, pemerintah, masyarakat, maupun orang tua sendiri.
Kemerdekaan beragama dan berkepercayaan muncul
dikarenakan secara prinsip tidak ada tuntunan dalam agama apa
pun yang mengandung paksaan agar penganutnya memaksakan
agamanya kepada orang lain, terutama terhadap orang yang telah
menganut salah satu agama lain. Selain itu kemerdekaan
beragama juga tidak diartikan sebagai kebebasan untuk
beribadah yang tidak sesuai dengan tuntunan dan ajaran agama
masing-masing. Manusia juga tidak diperbolehkan untuk
menistakan agama dengan melakukan peribadatan yang
menyimpang dari ajaran agama yang dianutnya.
Landasan Hukum Kemerdekaan Beragama Di
Indonesia

Kemerdekaan beragama dan kepercayaan di Indonesia dijamin oleh UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 28 E ayat (1) dan (2) sebagai berikut.
 Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan
dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah
negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
 Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap,
sesuai dengan hati nuraninya.
Selain itu, dalam Pasal 29 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ayat (2) disebutkan,
bahwa “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-
masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.”
Ketentuan-ketentuan di atas semakin
menunjukkan bahwa negara telah menjamin
seluruh warganya berhak atas kemerdekaan
beragama dan berkepercayaan di indonesia secara
utuh, tanpa harus khawatir negara akan
mengurangi atau mengekang kemerdekaan itu.Hal
itu karena negara juga telah mengaturnya dalam
pasal 28 i ayat (1) uud negara republik indonesia
tahun 1945 yang menyebutkan bahwa “hak untuk
h id up, h a k un t u k t id a k d is ik s a , h a k kem er d e k a a n
pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut
adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apa pun.”
Oleh karena itu, untuk mewujudkan ketentuan tersebut,
diperlukan hal-hal sebagai berikut :
1. Adanya pengakuan yang sama oleh pemerintah terhadap
agama-agama yang dipeluk oleh warga negara
2. Tiap pemeluk agama mempunyai kewajiban, hak dan
kedudukan yang sama dalam negara dan pemerintahan
3. Adanya kebebasan yang otonom bagi setiap penganut
agama dengan agamanya itu, apabila terjadi perubahan
agama, yang bersangkutan mempunyai kebebasan untuk
menetapkan dan menentukan agama yang ia kehendaki
4. Adanya kebebasan yang otonom bagi tiap golongan umat
beragama serta perlindungan hukum dalam pelaksanaan
kegiatan peribadatan dan kegiatan keagamaan lainnya
yang berhubungan dengan eksistensi agama masing-
masing.
Membangun Kerukunan Umat Beragama
Kemerdekaan beragama di Indonesia menyebabkan
Indonesia mempunyai agama yang beraneka ragam.
Keberagaman itu tidak boleh dijadikan hambatan. Justru
sudah seharusnya menjadi pengokoh persatuan dan
kesatuan bangsa. Cara mewujudkannya adalah dengan
membangun kerukunan umat beragama.
Kerukunan umat beragama adalah sikap mental umat
beragama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang
serasi dengan tidak membedakan keyakinan, pangkat,
kedudukan sosial dan tingkat kekayaan, dan tentunya
agama itu sendiri (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 60).
Kerukunan umat beragama ditujukkan agar terbina dan
terpelihara hubungan baik dalam pergaulan antara warga
yang seagama maupun yang berlainan agama.
Bentuk Kerukunan Beragama
Apa saja bentuk kerukunan beragama itu? Di Negara
Indonesia, kita mengenal konsep Tri Kerukunan Umat
Beragama, yang terdiri atas:
1.kerukunan internal umat seagama,
2.kerukunan antar umat berbeda agama, serta
3.kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.
Bagaimana perwujudan dari tiga konsep kerukunan itu?
Berikut adalah pemaparan dari masing-masing bentuk
kerukunan beragama.
Kerukunan antar umat seagama
Kerukunan antar umat seagama adalah adanya
kesepahaman dan kesatuan untuk melakukan amalan dan
ajaran agama yang dipeluk dengan menghormati adanya
perbedaan yang masih bisa ditolerir. Artinya, sesama umat
seagama tidak diperkenankan untuk saling bermusuhan,
saling menghina, saling menjatuhkan, tetapi harus
mengembangkan sikap saling menghargai, menghomati
dan toleransi apabila terdapat perbedaan, asalkan
perbedaan tersebut tidak menyimpang dari ajaran agama
yang dianut.
Kerukunan antar umat berbeda agama
Kerukunan antar umat beragama maksudnya adalah cara atau
sarana untuk mempersatukan dan mempererat hubungan
antara orang-orang yang tidak seagama dalam proses
pergaulan pergaulan di masyarakat, tetapi bukan ditujukan
untuk mencampuradukkan ajaran agama. Ini perlu dilakukan
untuk menghindari terbentuknya fanatisme ekstrem yang
membahayakan keamanan, dan ketertiban umum.
Contoh nyata yang bisa dilakukan adalah dengan adanya dialog
antar umat beragama yang di dalamnya bukan membahas
perbedaan, akan tetapi memperbincangkan kerukunan, dan
perdamaian hidup dalam bermasyarakat. Intinya adalah bahwa
masing-masing agama mengajarkan manusia untuk hidup
dalam kedamaian dan ketenteraman. Tidak mencampuradukan
agama namun tidak mempermasalahkan perbedaannya.
Kerukunan antar umat beragama dengan
pemerintah
Kerukunan antar umat beragama dengan
pemerintah berarti dalam hidup beragama,
masyarakat tidak lepas dari adanya aturan
pemerintah setempat yang mengatur tentang
kehidupan bermasyarakat. Masyarakat tidak
boleh hanya menaati aturan dalam agamanya
masing-masing, akan tetapi juga harus menaati
hukum yang berlaku di negara Indonesia
Contoh Kerukunan Beragama
Berikut adalah contoh perilaku masyarakat
di lingkungan sekitar yang mencerminkan
perwujudan upaya membangun kerukunan
beragama.
Komponen
No Kerukunan Contoh Perilaku
Beragama
1.Mengikuti kegiatan keagamaan.
2.Menghormati perbedaan mazhab sesama agama.
Kerukunan
3.Tidak membeda-bedakan orang dari lembaga keagamaan tertentu.
1. internal umat
4.Tidak memaksakan pemikiran religius pribadi terhadap orang seagama.
seagama
5.Hanya mengingatkan dan tidak memaksakan kemauan orang lain yang seagama dalam
beribadah.
1.Bergotong royong membersihkan lingkungan.
2.Membantu kelancaran peribadatan agama lain tanpa mengikutinya.
Kerukunan antar 3.Tidak membeda-bedakan orang yang tidak seagama.
2. umat berbeda 4.Ikut membantu menciptakan suasana yang kondusif pada pelaksanaan hari raya agama
agama lain.
5.Menghargai orang lain yang sedang melaksanakan ibadah agamanya, misalnya tidak makan
di depan umat islam yang sedang berkewajiban puasa.
1.Merayakan hari besar keagamaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
2.Mengikuti anjuran pemerintah terkait pada kondisi-kondisi khusus seperti “dilarang
mudik” pada masa pandemi.
Kerukunan antar
3.Ikut menyukseskan jalannya pemerintahan tanpa memaksakan ideologi unik dari salah
umat beragama
3. satu agama yang belum tentu sesuai dengan agama lain.
dengan
4.Melaksanakan pendamping dan penyokong ajaran agama dari pemerintah seperti
pemerintah
ketentuan negara dalam pernikahan.
5.Menjunjung hukum negara yang disesuaikan bagi seluruh umat beragama yang beragam di
Indonesia.
EVALUASI
1. Pancasila sebagai ideologi terbuka bersifat aktual, dinamis, antisipatif
dan senantiasa mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman,
ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi
masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila dapat dilihat dari nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya, meliputi nilai dasar, instrumental dan
praksis. Makna dari nilai praksis adalah ...
A. Nilai yang terkandung dalam berbagai peraturan perundang-
undangan
B. Nilai yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari
C. Nilai yang diterima sebagai dalil yang berasal dari nilai kultural
D. Nilai yang diambil dari kepribadian bangsa dan negara Indonesia
E. Nilai yang dapat dipraktikkan untuk kemajuan di bidang budaya
bangsa
2. Salah satu kebijakan pemerintah di bidang pendidikan adalah
menetapkan konsep merdeka belajar, salah satunya dengan menghapus
Ujian Nasional (UN) tahun 2021. Kebijakan tersebut bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada masing-masing sekolah khususnya dalam
menentukan kelulusan siswanya. Selain itu, kegiatan belajar bisa dilakukan
secara eksploratif bukan hanya di dalam ruangan kelas namun
menyesuaikan dengan materi dan kondisi yang ada. Harapannya, sekolah
bisa menjadi ruang belajar yang merdeka dan proses memanusiakan
manusia. Kebijakan pemerintah tersebut dilandasi oleh nilai Pancasila
yaitu nilai ...
A. Ketuhanan dan kemanusian
B. Persatuan dan kemanusian
C. Kemanusian dan keadilan
D. Kerakyatan dan persatuan
E. Persatuan dan keadilan
3. Komponen sistem pertahanan dan keamanan Republik Indonesia
berdasarkan ketentuan Pasal 30 Ayat (2) UUD NRI 1945 adalah ...
A. Tentara Nasional Indonesia merupakan komponen utama bidang
pertahanan
B. Kepolisian Republik Indonesia merupakan komponen pendukung
bidang pertahanan
C. Tentara Nasional Indonesia bersama rakyat merupakan komponen
pendukung bidang pertahanan
D. Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Republik Indonesia
merupakan komponen cadangan sistem pertahanan
E. Kepolisian Republik Indonesia merupakan komponen utama
bidang keamanan dan pertahanan
4. Salah satu bentuk pembagian kekuasaan secara vertikal adalah
pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintahan
daerah provinsi. Pemerintahan daerah provinsi dilaksanakan oleh...
A. Gubernur/Wakil Gubernur dan DPRD Provinsi
B. Gubernur dan Wakil Gubernur
C. Gubernur dan Sekretariat Daerah
D. Gubernur/Wakil Gubernur dan Dewan Perwakilan Daerah
E. Gubernur/Wakil Gubernur dan Organisasi Perangkat Daerah
5. Wakil Gubernur Jawa Barat, Uu Ruzhanul Ulum baru saja
meluncurkan program pendidikan karakter berupa Ajengan Masuk
Sekolah (AMS) yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan peserta didik agar memiliki moral, akhlak yang baik serta
mampu untuk menciptakan kerukunan dan sikap toleran. Program ini
sejalan dengan instruksi pemerintah pusat khususnya dalam fokus
pendidikan karakter generasi muda bangsa Indonesia.
Kebijakan pemerintah tersebut dilandasi oleh nilai Pancasila yaitu
nilai...
A. Ketuhanan dan kemanusian
B. Persatuan dan kerakyatan
C. Kemanusian dan keadilan
D. Ketuhanan dan persatuan
E. Persatuan dan keadilan
6. Pancasila sebagai ideologi terbuka bersifat aktual, dinamis, antisipatif
dan senantiasa mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman,
ilmu pengetahuan dan teknologi serta dinamika perkembangan aspirasi
masyarakat. Keterbukaan ideologi Pancasila dapat dilihat dari nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya, meliputi nilai dasar, instrumental dan
praksis. Makna dari nilai dasar adalah ...
A. Nilai yang terkandung dalam berbagai peraturan perundang-
undangan
B. Nilai yang dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari
C. Nilai yang diterima sebagai dalil yang berasal dari nilai kultural
D. Nilai yang diambil dari kepribadian bangsa dan negara Indonesia
E. Nilai yang esensial dari Pancasila dan memiliki tujuan, cita-cita, dan
perjuangan bangsa
7. Sebagai warga negara sudah sepatutnya kita wajib mendukung
penyelenggaraan negara berorientasi kepada kepentingan rakyat dan
merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi terbuka.
Bersikap positif terhadap Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah,
kecuali ….
A. Menyaring budaya-budaya asing yang masuk baik secara langsung
maupun tidak langsung
B. Bersikap terbuka terhadap perubahan yang berdampak pada
kemakmuran bangsa
C. Mengembangkan prinsip toleransi, bekerja sama dan kekeluargaan
dalam setiap perikehidupan
D. Mengembangkan kehidupan demokrasi yang disesuaikan dengan
kebutuhan bangsa dewasa ini
E. Menyerap semua nilai-nilai yang masuk demi kemajuan bangsa pada
era globalisasi sekarang ini
8. Apabila presiden dan wakil presiden tidak dapat
melakukan kewajiban dalam masa jabatannya secara
bersamaan, pelaksanaan tugas kepresidenan adalah ...
A. Menteri luar negeri, menteri dalam negeri, dan
menteri pertahanan
B. Menteri luar negeri, menteri pertahanan, dan
menteri sekretariat negara
C. Menteri dalam negeri, menteri hukum dan HAM,
serta menteri luar negeri
D. Menteri pertahanan, menteri hukum dan HAM,
serta menteri sekretariat negara
E. Menteri dalam negeri, menteri pertahanan, serta
menteri koordinator politik, hukum dan keamanan
9. Pengelolaan kekuasaan negara dilakukan oleh
lembaga-lembaga negara, pengelolaan kekuasaan
negara tidak hanya dilakukan oleh presiden
beserta para menteri negara selaku pemegang ….
A. Kekuasaan legislatif
B. Kekuasaan eksekutif
C. Kekuasaan yudikatif
D. Kekuasaan federatif
E. Kekuasaan koordinatif
10. Sikap positif yang perlu dikembangkan warga
negara sebagai implementasi nilai-nilai Pancasila
adalah sebagai berikut, kecuali ….
A. Mendukung kebijakan pemerintah dalam
penyelenggaraan negara yang
B. Berpartisipasi dalam rangka pelaksanaan
pembangunan nasional
C. Mengembangkan prinsip toleransi, bekerja
sama dalam setiap perikehidupan
D. Memajukan kesejahteraan umum serta
mencerdaskan kehidupan bangsa
E. Bersikap terbuka terhadap perubahan yang
berdampak pada kemaslahatan bangsa
11. Asas yang menentukan kewarganegaraan
seseorang menurut pertalian darah atau yang
menentukan kewarganegaraan seseorang ialah
kewarganegaraan orang tuanya, dengan tidak
mengindahkan di mana ia sendiri dan orang
tuanya berada dan dilahirkan adalah ...
A. Hak opsi
B. Ius soli
C. Hak repudiasi
D. Naturalisasi
E. Ius sanguinis
12. Seorang keturunan bangsa B (ius sanguinis)
lahir di negara A (ius soli). Oleh karena ia
keturunan bangsa B maka dianggap sebagai
warga negara B. Akan tetapi, negara A juga
menganggap warga negaranya karena
berdasarkan tempat lahirnya ...
A. Ius Soli
B. Apatride
C. Bipatride
D. Ius Sanguinis
E. Naturalisasi
13. Contoh keikutsertaan siswa di sekolah dalam
pelatihan dasar kemiliteran dapat dilakukan
melalui kegiatan ...
A. Menjadi prajurit TNI/Polri
B. Mengikuti pertandingan olahraga di tingkat
internasional
C. Mengikuti kegiatan kepramukaan dengan
penuh kesadaran
D. Mengikuti olimpiade fisika, matematika dan
kimia di luar negeri
E. Pengabdian warga negara dalam
menanggulangi korban bencana alam
14. Sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai
kecintaannya terhadap negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD
Negara RI tahun 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup hidup bangsa dan negara.
Pernyataan tersebut merupakan makna ....
A. Bela negara
B. Sistem bela negara
C. Pertahanan negara
D. Sistem keamanan nasional
E. Sistem pertahanan keamanan rakyat semesta
15. Mereka yang secara hukum sebagai anggota negara dan mengakui
bahwa pemerintahan negara itu adalah pemerintahan yang sah disebut...
A. Warga negara
B. Bukan warga negara
C. Rakyat
D. Penduduk
E. Bukan penduduk

16. Wilayah NKRI adalah sebuah negara kepulauan yang berciri nusantara
dengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang merupakan ... pasal UUD 1945
A. 24
B. 25A
C. 25B
D. 25C
E. 26
17. Konferensi hukum laut internasional III diselenggarakan pada
tahun ...
A. 1980
B. 1981
C. 1982
D. 1983
E. 1984

18. Wilayah suatu negara yang berada di luar wilayah negara itu
disebut ...
A. Wilayah daratan
B. Wilayah lautan
C. Wilayah udara
D. Wilayah ekstrateritorial
E. Wilayah negara
19. Penyelenggaraan negara dalam arti sempit, yaitu ...
A. Eksekutif
B. Legislatif
C. Yudikatif
D. Konstitutif
E. Eksaminatif

20. Batas wilayah Indonesia sebelah timur berbatasan langsung dengan ...
A. Pulau Kalimantan
B. Timor Leste
C. Samudera Hindia
D. Samudera Atlantik
E. Papua Nugini
Kunci Jawaban

1. B 6. D 11. E 16. B
2. C 7. E 12. C 17. C
3. A 8. A 13. C 18. D
4. A 9. B 14. A 19. A
5. D 10. D 15. A 20. E
D A F TA R P U S TA K A

1. Nuryadi dab Tolib 2017. Pendidikan Pancasila dan


Kewarganegaraan Kelas X. Jakart : Pusat Kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud
2. https://www.slideshare.net/MuhammadFikriPratama1/wilayah-
negara-kesatuan-republik-indonesia

Anda mungkin juga menyukai