(RPP)
A. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli, santun, ramah
lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3 : Memahami,menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,kebangsaan,kenegaraan, dan
peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
KI 4 : Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkrit dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Dari KI 1 Kompetensi Dasar Dari KI 2
1.3 Mensyukuri nilai-nilai dalam sistem 2.3 Bersikap disiplin terhadap aturan
hukum dan peradian di Indonesia sesuai sebagai cerminan sistem hukum dan
degan Undang-Undang Dasar Negara peradilan di Indonesia
Republik Indonesia Tahun1945 sebagai
bentuk Pengabdian kepada Tuhan Yang
Maha Esa
Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi
1.3.1 Membangun nilai-nilai tanggung 2.3.1 Membiasakan sikap disiplin dan
jawab dalam sistem hukum dan responsif terhadap aturan sebagai
peradian di Indonesia sesuai degan cerminan sistem hukum dan
Undang-Undang Dasar Negara peradilan di Indonesia
Republik Indonesia Tahun1945
sebagai bentuk Pengabdian kepada
Tuhan Yang Maha Esa
3.3.1 Menjelaskan pengertian, tujuan dan 4.4.1 Menyajikan hasil penalaran tentang
sumber hukum sistem Hukum dan peradilan di
3.3.2 Menjelaskan sistem hukum dan Indonesia sesuai dengan Undang-
peradilan Undang Dasar Negara Republik
3.3.3 Mencirikan sikap yang sesuai dengan Indonesia Tahun 1945
hukum
3.3.4 Mengklasifikasikan penggolongan
hukum
IPK Kunci :
Ipk Pengayaan
3.3.9 mengkritik penerapan sistem hukum
dan peradilan di Indonesia
C. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui pendekatan saintifik dengan model pembelajaran PBL, dengan bantuan media
tayangan video, slide PPT, peserta didik mampu mengkaji sistem hukum dan peradilan
di Indonesia sesuai dengan UUD 1945.
2. Melalui pendekatan saintifik dengan model pembelajaran PBL, dengan bantuan media
tayangan Video peserta didik mampu Menganalisis peran peradilan dalam penegakan
hukum di indonesia
3. Melalui pendekatan saintifik dengan model pembelajaran PBL, dengan bantuan media
tayangan video peserta didik mampu Mengklasifikasikan contoh kasus-kasus
pelanggaran hukum
4. Melalui pendekatan saintifik dengan model pembelajaran PBL, dengan bantuan media
tayangan video peserta didik mampu menganalisis peran serta masyarakat dalam
penegakan hukum di indonesia
D. Materi
Faktual
Negara Indonesia adalah negara hukum.
Konseptual
Sistem Hukum dan Peradilan di Indonesia
1. Sistem hukum di Indonesia.
a. Makna dan karakteristik hukum.
b. Penggolongan hukum.
c. Tujuan Hukum.
d. Tata Hukum Republik Indonesia.
2. Sistem Peradilan di Indonesia.
a. Makna Lembaga Peradilan.
b. Dasar Hukum Lembaga Peradilan.
c. Klasifikasi Lembaga Peradilan.
d. Perangkat Lembaga Peradilan.
e. Tingkatan Lembaga Peradilan.
f. Peran Lembaga Peradilan.
3. Peran serta masyarakat dalam penegakan hukum di indonesia
Prosedural
prosedur penegakan hukum di Indonesia.
Metakognitif
Peran masyarakat dalam mengembangkan sikap yang sesuai dengan hukum:
a. Perilaku yang sesuai dengan hukum.
b. Perilaku yang bertentangan dengan hukum beserta sanksinya.
PERTEMUAN I
Tahapan Alokasi
No Deskripsi Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran waktu
1. ORIENTASI
Guru
Melakukan pembukaan dengan salam
pembuka dan berdoa untuk memulai
pembelajaran
Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai
sikap disiplin
Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik
dalam mengawali kegiatan pembelajaran.
2. APERSEPSI
PENDAHULUAN
Mengaitkan materi/tema/kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan dengan 15
1
pengalaman peserta didik dengan Menit
materi/tema/kegiatan sebelumnya, yaitu :
demokrasi pancasila
Mengingatkan kembali materi prasyarat
dengan bertanya.
Mengajukan pertanyaan yang ada
keterkaitannya dengan pelajaran yang akan
dilakukan.
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
hari ini
TAHAP 1 :
Orientasi Masalah
1. Guru menjelaskan sekilas materi
INTI pembelajaran
SINTAK 2. Guru menyajikan suatu masalah kepada
MODEL peserta didik dengan media Audiovisual
PEMBELAJA tentang Kasus-Kasus pelanggaran hukum
60
2 RAN tentang pembunuhan Menit
PROBLEM https://youtu.be/2yJdQijqpfo
BASED
3. Guru meminta peserta didik untuk
LEARNING
(PBL) memperhatikan dan mengamati dari video
yang disajikan
4. Guru meminta peserta didik
menyampaikan hal apa yang
didapatkannya dari video tersebut.
TAHAP 2 :
Pengorganisasian
1. Guru membentuk kelompok dan membagi
siswa kedalam 4 kelompok dan peserta
didik mendiskusikan terkait dengan
masalah yang disajikan guru.
2. Guru bersama siswa menyiapkan berbagai
media dan alat yang akan digunakan dalam
pembelajaran hari ini. (Kolaboratif)
(Gotong royong-PPK)
3. Setiap masing-masing kelompok dibagikan
lembar kerja (LKPD)
Pembimbingan Diskusi
1. Guru memonitoring kegiatan diskusi
kelompok peserta didik dan memastikan
peserta didik dapat memecahkan masalah
yang disajikan.
2. Peserta didik melakukan penyelidikan (Mencari
data/referensi/sumber untuk bahan diskusi
kelompok dengan Membaca sumber lain selain
buku teks Dan Sumeber Belajar Dari Internet
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi
dengan mencari dan membaca berbagai
referensi dari berbagai sumber guna menambah
pengetahuan dan pemahaman sebagai bahan
diskusi pemecahan masalah tentang materi
Kasus-Kasus pelanggaran hukum dan
peradilan di dindonesia
Menyajikan Hasil Diskusi
1. Guru memantau diskusi dan membimbing
pembuatan laporan sehingga karya setiap
kelompok siap untuk dipresentasikan
2. Guru memfasilitasi siswa agar dapat
menunjukkan hasil diskusi atas kasus
yang dianalisis dengan kritis dan dapat
mempresentasikanya dihadapan siswa-
siswa yang lain
3. Peserta didik mempersentasilkan hasil
diskusi dan guru berperan sebagai
fasilitator (pengawas) (HOTS)
4. Guru dan kelompok lainnya memberi
umpan balik dan apresiasi mengenai
pertanyaan yang telah disampaikan.
COLLABORATION dan CRITICAL
THINKING (BERPIKIR KRITIK),
COMUNICATION
Konklusi
1. Guru mengulas kembali materi yang
dipelajari bersama sama oleh siswa dan
guru memberikan kesimpulan atas
informasi yang disampaikan pesrta didik
dan peserta didik memperhatikan apayang
disampaikan oleh guru.
Refleksi
2. Guru memberikan refleksi kepada peserta 15
3
Menit
PENUTUP
a. MATERI
b. LKPD
c. MEDIA
d. PENILAIAN
Kompetensi Dasar : 3.3 Mendeskripsikan Sistem Hukum Dan Peradilan Di Indonesia Sesuai
Dengan Undang-Undang Dasara Negara Republik Indinesia Tahun 1945
Ipk pengetahuan :
B. PENGANTAR
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, ada aturan hukum yang di patuhi. Hukum
di tegakkan melalui lembaga peradilan sebagai bagian dari lembaga kekuasaan negara untuk
memaksa warganya untuk menaati undang-undang. Tujuannya adalah agar semua warga negara
dapat hidup sesuai aturan yang berlaku. Karna itu tegaknya hukum dalam sebuah negara akan
berdamak langsung pada keamanan, ketertiban dan ketentraman di negara yang bersangkutan.
Sebagai makluk sosial manusia perlu saling berhubungan dalam rangka memenuhi keburuhan
hidupnya. Karna kebutuhan manusia sifatnya tidak terbatas baik jumlah maupun jenisnya maka
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya terkadang manusia melakukan dengan berbagai cara atau
yang di prgunakan berbenturan atau bersinggungan dengan kepentingan manusia lain. Dalam
kondisi seperti itulah di perlukan adanya hukum sebagai tatanan hukum yang mengatur agar
upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya bisa terjamin dan tidak melanggar hukum
C. MATERI AJAR
b. Fungsi Hukum
Hukum pada dsarnya mempunya fungsi sebagai perlindungan, keadilan, dan
pembangunan.
Fungsi hukum sebagai perlindungan artinya hukum mempunyai fungsi untuk
melindungi masyarakat dari ancaman bahayadan tindakkan yang datang dari
sesama dan kelompok masyarakat termasuk yang dilakukan pemegang
kekuasaan (pemerintah) dan yang datang dari luar yang di tunjukkan terhadap
fisik, jiwa, kesehatan, nilai-nilai dan Hak Asasi Manusia
Fungsi hukum sebagai keadilan artinya hukum berfungsi sebagai penjaga
pelindung dan memberikan keadilan bagi manusia. Hukum yang tidak adil
adalah apabila hukum yang besangkutan di pandang melanggar nilai-nilai dan
hak-hak yang kita percatyai harus di ajaga dan di lindungi bagi semua pihak.
Funsi hukum sebagai pembanginan artinya hukum di pergunakan sebagai
acuan penetu arah tujuan dan pelaksanaan pembangunan serta sebagai upaya
untuk meningkatakan kesejatraan masyarakat di segala aspek kehidupan.
Hukum di pergunakan sebagai alat pembangunan dapat dilaksanakan dengan
adil.
Peradilan Umum
Pada awalnya peradilan umum diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1986.
Setelah dinilai tidak sesuai lagi dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat
dan kehidupan ketatanegaraan menurut Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, undang-undang ini diubah dengan Undang-Undang RI Nomor 8 tahun 2004
tentang perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 2 tahun 1986 tentang Peradilan Umum
dan Undang-Undang RI Nomor 49 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum. Berdasarkan undang-undang ini,
kekuasaan kehakiman di lingkungan Peradilan Umum dilaksanakan oleh Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung.
1) Pengadilan Negeri
Pengadilan Negeri mempunyai daerah hukum yang meliputi wilayah kabupaten atau
kota dan berkedudukan di ibu kota kabupaten kota. Pengadilan Negeri dibentuk
berdasarkan keputusan presiden. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, Pengadilan
negeri mempunyai perangkat yang terdiri atas: pimpinan (yang terdiri dari seorang ketua
dan seorang wakil ketua), hakim (yang merupakan pejabat pelaksana kekuasaan
kehakiman), panitera (yang dibantu oleh wakil panitera, panitera muda dan panitera
muda penganti), sekretaris dan jurusita (yang dibantu oleh juru sita pengganti)
2) Pengadilan Tinggi
Pengadilan tinggi merupakan pengadilan tingkat banding. Perangkat Pengadilan
Tinggi terdiri atas pimpinan, hakim anggota, panitera dan sekretaris. Pimpinan pengadilan
tinggi terdiri atas seorang ketua ketua dan seorang wakil ketua. Hakim anggota anggota
Pengadilan Tinggi adalah hakim tinggi. Pengadilan tinggi dibentuk dengan undang-
undang.
3) Mahkamah Agung
Mahkamah Agung merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman
sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945. Mahkamah Agung diatur oleh Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 2004
tentang perubahan atas Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 1985 tentang Mahkamah
Agung dan Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang Mahkamah Agung.
Berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 5 tahun 2004, perangkat atau kelengkapan
Mahkmah Agung terdiri atas pimpinan, hakim anggota, panitera dan sekretaris.
Pimpinan hakim anggota Mahkamah Agung adalah hakim agung. Pimpinan Mahkamah
Agung terdiri atas seorang ketua, dua orang wakil ketua dan beberapa orang ketua
muda. Wakil ketua mahkamah Agung terdiri atas wakil ketua bidang yudisial dan wakil
ketua bidang non yudisial.
Peradilan Agama
Peradilan agama di atur dalam Undang-Undang RI Nomor 7 tahun 1989 tentang
Peradilan Agama dan Undang-Undang RI Nomor 3 tahun 2006 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, serta Undang-Undang RI
Nomor 50 tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1989
Tentang Peradilan Agama. Kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan agama
dilaksanakan oleh Pengadilan agama dan Pengadilan Tinggi Agama. Kekuasaan kehakiman
pada peradilan agama berpuncak pada Mahkamah Agung.
1) Pengadilan Agama
Pengadilan agama berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota dan daerah
hukumnya meliputi wilayah kabupaten atau kota. Pengadilan agama merupakan
pengadilan tingkat pertama dan dibentuk berdasarkan keputusan presiden (kepres).
Perangkat atau alat kelengkapan pengadilan Agama terdiri atas pimpinan, hakim
anggota, panitera, sekretaris dan juru sita. Pimpinan Pengadilan Agama terdiri atas
seorang ketua dan seorang wakil ketua. Hakim dalam pengadilan agama diangkat dan
diberhentikan oleh presiden selaku kepala negara atas usul menteri agama berdasarkan
persetujuan ketu Mahkamah agung. Ketua dan wakil ketua Pengadilan agama diangkat
dan diberhentikan oleh menteri agama berdasarkan persetujuan ketua mahkamah
agung. Wakil ketua dan hakim Pengadilan agama diangkat sumpahnya oleh ketua
Pengadilan Agama.
2) Pengadilan Tinggi Agama
Pengadilan Tinggi Agama berkedudukan di ibu kota provinsi dan daerah hukumnya
meliputi wilayah provinsi. Pengadilan tinggi agama merupakan pengadilan tingkat
banding. Perangkat atau alat kelengkapan Pengadilan Tinggi Agama terdiri atas
pimpinan, hakim anggota, panitera dan sekretaris. Pimpinan Pengadilan Tinggi Agama
terdiri atas seorang ketua dan seorang wakil ketua. Ketua Pengadilan Tinggi Agama
diambil sumpahnya oleh oleh ketua Mahkamah Agung. Hakim anggota Pengadilan Tinggi
Agama adalah hakim tinggi. Wakil ketua dan hakim Pengadilan Tinggi Agama diambil
sumpahnya oleh ketua Pengadilan Tinggi Agama.
Peradilan Militer
Peradilan Militer diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 31 tahun 1997. Dalam
undang-undang tersebut, yang dimaksud dengan pengadilan adalah badan yang
melaksanakan kekuasan kehakiman di lingkungan peradilan militer yang meliputi
Pengadilan Militer, Pengadilan Militer Tinggi, Pengadilan Militer Utama dan Pengadilan
Militer Pertempuran.
Dalam peradilan militer dikenal adanya oditurat, yaitu badan di lingkungan TNI yang
melakukan kekuasaan pemerintahan negara negara di bidang penuntutan dan penyidikan
berdasarkan pelimpahan dari Panglima TNI. Oditurat terdiri atas oditurat militer, oditurat
militer tinggi, oditurat jenderal dan oditurat militer pertempuran
Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi keberadaanya merupakan perwujudan dari pasal 24 C
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Lebih lanjut Mahkamah
Konstitusi diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 24 tahun 2003 tentang Mahkamah
Konstitusi.
Mahkamah Konstitusi terdiri dari 9 (sembilan) orang hakim konstitusi yang diajukan
masing-masing 3 (tiga) orang oleh DPR, Presiden dan Mahkamah Agung, dan ditetepkan
dengan Keputusan Presiden. Susunan organisasinya terdiri atas seorang Ketua merangkap
anggota, seorang Wakil Ketua merangkap anggota, dan 7 (tujuh) anggota hakim konstitusi.
Untuk kelancaran tugas dan wewenangnya Mahkamah Konstitusi dibantu oleh sebuah
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan, yang susunan organisasi, fungsi, tugas, dan
wewenangnya diatur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden atas usul Mahkamah
Konstitusi.
Masa jabatan hakim konstitusi adalah 5 (lima) tahun dan dapat dipilih kembali hanya
untuk satu kali masa jabatan. Sedangkan Ketua dan Wakil ketua dipilih dari dan oleh
hakim konstitusi untuk masa jabatan 3 (tiga) tahun. Hakim konstitusi adalah pejabat
negara.
v. Mahkamah Konstitusi
Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan
kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan
hukum dan keadilan. Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia mempunyai 4 (empat)
kewenangan dan 1 (satu) kewajiban sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Dasar
1945.
Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang
putusannya bersifat final untuk:
1) Menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
2) Memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
3) Memutus pembubaran partai politik; dan
4) Memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
Mahkamah Konstitusi wajib memberikan putusan atas pendapat DPR bahwa Presiden
dan/atau Wakil Presiden diduga:
1) Telah melakukan pelanggaran hukum berupa:
1. pengkhianatan terhadap Negara
2. korupsi
3. penyuapan
4. tindak pidana berat lainnya
2) Perbuatan tercela, dan/atau;
3) Tidak lagi memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana
dimaksud dalam undang-undang Dasar Negara Repbulik Indonesia Tahun 1945.
Hukum mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Mengingat aspek kehidupan manusia
sangat luas, sudah barang tentu ruang lingkup atau cakupan hukum pun begitu luas.
Sehingga perlu dilakukan penggolongan atau pengklasifikasian.
Berdasarkan kepustakaan ilmu hukum, hukum dapat digolongkan sebagai berikut:
a. Berdasarkan sumbernya, hukum dapat dibagi dalam:
1) Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-
undangan.
2) Hukum kebiasaan, yaitu hukum yang terletak dalam peraturan-peraturan kebiasaan.
3) Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara-negara di dalam suatu
perjanjian antar negara (traktat).
4) Hukum yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Paket Pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan untuk SMA/MA kelas XI
Edisi Revisi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Buku penunjang kurikulum 2013 mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas XI, Kemendikbud, tahun 2013 revisi 2016
LAMPIRAN 2 LKPD
PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah petunjuk dalam LKPD ini dengan seksama dan kerjakan tugasnya.
2. Bacalah materi mengenai sistem hukum dan peradilan di Indonesia sesuai
dengan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesiaTahun1945.
3. Dalam mengisi LKPD ini siswa melakukan penelitian mandiri/literasi
terhadap sumber informasi bisa berupa buku, koran, atau website di
internet yang valid informasinya.
5. Catat sumber literasi buku,koran atau website yang dijadikan sumber data
sebagai daftar pustaka.
Tujuan pembelajaran
1. Melalui pendekatan saintifik dengan model pembelajaran PBL,
dengan bantuan media tayangan video, slide PPT, peserta didik
mampu mampu mengkaji sistem hukum dan peradilan di
Indonesia sesuai dengan UUD 1945.
2. Melalui pendekatan saintifik dengan model pembelajaran PBL,
dengan bantuan media tayangan Video peserta didik mampu
Menganalisis peran peradilan dalam penegakan hukum di
indonesia
3. Melalui pendekatan saintifik dengan model pembelajaran PBL,
dengan bantuan media tayangan video peserta didik mampu
Mengklasifikasikan contoh kasus-kasus pelanggaran hukum di
indonesia
4. Melalui pendekatan saintifik dengan model pembelajaran PBL,
dengan bantuan media tayangan video peserta didik peran serta
masyarakat dalam penegakan hukum di indonesia
Materi
Pertemuan 1
A. SISTEM HUKUM DI
INDONESIA
Penggolongan Hukum
Pengadilan Militer
PELANGGARAN HUKUM
Tugas :
Keterangan :
• BS : Bekerja Sama
• JJ : Jujur
• TJ : Tanggun Jawab
• DS : Disiplin
Catatan :
1. Aspek perilaku dinilai dengan kriteria:
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Cukup
25 = Kurang
2. Skor maksimal = jumlah sikap yang dinilai dikalikan jumlah kriteria = 100 x
4 = 400
3. Skor sikap = jumlah skor dibagi jumlah sikap yang dinilai = 275 : 4 = 68,75
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat diubah sesuai dengan aspek perilaku yang ingin dinilai
- Penilaian Diri
Seiring dengan bergesernya pusat pembelajaran dari guru kepada peserta didik,
maka peserta didik diberikan kesempatan untuk menilai kemampuan dirinya
sendiri. Namun agar penilaian tetap bersifat objektif, maka guru hendaknya
menjelaskan terlebih dahulu tujuan dari penilaian diri ini, menentukan
kompetensi yang akan dinilai, kemudian menentukan kriteria penilaian yang akan
digunakan, dan merumuskan format penilaiannya Jadi, singkatnya format
penilaiannya disiapkan oleh guru terlebih dahulu. Berikut Contoh format penilaian
:
Jumlah Skor Kode
No Pernyataan Ya Tidak
Skor Sikap Nilai
Selama diskusi, saya
ikut serta
1 50
mengusulkan
ide/gagasan.
Ketika kami
berdiskusi, setiap
2 anggota mendapatkan 50
250 62,50 C
kesempatan untuk
berbicara.
Saya ikut serta dalam
membuat kesimpulan
3 50
hasil diskusi
kelompok.
4 ... 100
Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 4 x 100 =
400
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (250 : 400) x
100 = 62,50
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
5. Format di atas dapat juga digunakan untuk menilai kompetensi
pengetahuan dan keterampilan
Catatan :
1. Skor penilaian Ya = 100 dan Tidak = 50 untuk pernyataan yang positif,
sedangkan untuk pernyataan yang negatif, Ya = 50 dan Tidak = 100
2. Skor maksimal = jumlah pernyataan dikalikan jumlah kriteria = 5 x 100 =
500
3. Skor sikap = (jumlah skor dibagi skor maksimal dikali 100) = (450 : 500) x
100 = 90,00
4. Kode nilai / predikat :
75,01 – 100,00 = Sangat Baik (SB)
50,01 – 75,00 = Baik (B)
25,01 – 50,00 = Cukup (C)
00,00 – 25,00 = Kurang (K)
Penugasan(Lihat Lampiran)
Tugas Rumah
a. Peserta didik menjawab pertanyaan yang terdapat pada buku peserta didik
b. Peserta didik memnta tanda tangan orangtua sebagai bukti bahwa mereka
telah mengerjakan tugas rumah dengan baik
c. Peserta didik mengumpulkan jawaban dari tugas rumah yang telah
dikerjakan untuk mendapatkan penilaian.
c. Keterampilan
- Penilaian Unjuk Kerja
Contoh instrumen penilaian unjuk kerja dapat dilihat pada instrumen penilaian
ujian keterampilan berbicara sebagai berikut:
Instrumen Penilaian
Sangat Kurang Tidak
Baik
No Aspek yang Dinilai Baik Baik Baik
(75)
(100) (50) (25)
Kesesuaian respon dengan
1
pertanyaan
2 Keserasian pemilihan kata
Kesesuaian penggunaan tata
3
bahasa
4 Pelafalan
Keterangan :
100 = Sangat Baik
75 = Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik