Anda di halaman 1dari 7

Nama : GEDE HARY EKA PUTRA

Kelas/Prodi : 002/PGSD

LK 1.3 Penentuan Penyebab Masalah

Hasil eksplorasi penyebab Akar penyebab


No. Analisis akar penyebab masalah
masalah masalah
1 Analisis Eksplorasi Metode pembelajaran Pembelajaran yang kurang
penyebab rendahnya minat yang digunakan bervariatif merupakan akar dari
belajar siswa kelas 2 yaitu : kurang variatif. penyebab rendahnya minat belajar
1) Kurangnya motivasi siswa.
belajar dari siswa. Guru perlu membangkitkan minat
2) Media yang digunakan belajar siswa agar dapat bergairah
guru kurang menarik. untuk menerima pelajaran,
3) Metode Pembelajaran menyadarkan siswa agar terlibat
yang digunakan kurang langsung dalam pembelajaran,
variatif. belajar dengan menyenangkan
4) Kurangnya perhatian dapat menggunakan berbagai
orang tua. metode, strategi, pendekatan dan
5) Pengaruh sosial media model pembelajaran yang
dan penggunaan Hp yang menyenangkan. Cara guru mengajar
berlebihan. akan berkontribusi pada faktor
penyebab lainnya. Cara guru
mengajar yang masih monoton
menyebabkan minat belajar siswa
cenderung rendah.
Simbolon (2014) mengatakan minat
pada dasarnya merupakan perhatian
yang bersifat khusus. Siswa yang
menaruh minat pada suatu mata
pelajaran, perhatiannya akan lebih
tinggi dan minatnya berfungsi
sebagai pendorong yang kuat untuk
terlibat secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Ada tiga faktor yang
mendasari timbulnya minat yaitu 1)
faktor dorongan dalam diri siswa,
2) faktor motivasi sosial, 3) faktor
emosional. Selain itu, Djamarah &
Suryabrata (dalam Lutfiyanti, 2019)
bependapat metode mengajar
adalah suatu cara yang harus dilalui
dalam mengajar. Metode mengajar
juga merupakan faktor yang
mempengaruhi minat belajar siswa.
Jika metode mengajar guru kurang
baik, dalam artian guru kurang
menguasai materi pelajaran, kurang
persiapan, atau guru tidak
menggunakan variasi dalam
menyampaikan palajaran
(monoton), semua ini bisa
berpengaruh tidak baik bagi
semangat belajar siswa.

2 Analisis Eksplorasi Model yang digunakan Model yang digunakan tidak sesuai
penyebab penerapan model tidak sesuai dengan dengan karakteristik siswa
inovatif tidak berjalan karakteristik siswa. merupakan akar dari penyebab
dengan optimal yaitu : penerapan model inovatif tidak
1) Model yang digunakan berjalan dengan optimal.
tidak sesuai dengan Mansyur (2018) mengatakan,
karakteristik siswa. pembelajaran inovatif dapat
2) Guru malas untuk diartikan sebagai pembelajaran
menerapkan model yang dirancang oleh guru, yang
pembelajaran inovatif. sifatnya baru, tidak seperti yang
3) Guru kurang memiliki biasa dilakukan, dan bertujuan
waktu untuk merancang untuk memfasilitasi siswa dalam
pembelajaran karena membangun pengetahuan sendiri
berbagai kesibukan. dalam rangka proses perubahan
4) Guru belum mengemas perilaku ke arah yang lebih baik.
pelajaran dalam setiap Pengetahuan guru terkait model
langkah-langkah model pembelajaran inovatif sangat
pembelajaran inovatif. berpengaruh terhadap keberhasilan
5) Guru jarang mengikuti pembelajaran, pemilihan model
pelatihan-pelatihan yang tepat digunakan untuk
tentang model menyampaikan pelajaran pada
pembelajaran. siswa sekolah dasar sangat erat
kaitanya dengan benda-benda
konkret sehingga model yang
digunakan harus sesuai degan hal
tersebut. Piaget (dalam Haryanti,
2017) menyebutkan bahwa tingkat
perkembangan kognitif siswa
Sekolah Dasar berada pada tahap
operasional konkret dimana siswa
mampu berpikir melalui benda-
nyata maupun masalah nyata.

3 Analisis Eksplorasi Siswa belum bisa Malasah utama dari soal cerita
penyebab siswa kelas 2 mengubah soal cerita matematika adalah cerita yang
sulit untuk menyelesaikan menjadi kalimat disajikan akan memerlukan
soal cerita matematika matematika. pemahaman dari siswa untuk
tentang penjumlahan dan menjabarkannya sampai pada tahap
pengurangan yaitu : penyelesaian, jika siswa belum bisa
1) Siswa belum lancar mengubah soal cerita menjadi
membaca sehingga sulit kalimat matematika maka siswa
memahami isi soal cerita. akan mengalami kesulitan dalam
2) Siswa belum paham menyelesaikannya. Hal tersebut
tentang konsep dasar merupakan akar dari masalah siswa
penjumlahan dan kelas 2 sulit untuk menyelesaikan
pengurangan. soal cerita matematika tentang
3) Siswa belum bisa penjumlahan dan pengurangan.
mengubah soal cerita Menurut Yudharina dalam
menjadi kalimat (Nurdiana, dkk., 2021) soal cerita
matematika. matematika adalah soal
4) Siswa kurang berlatih matematika tetapi disajikan dalam
soal-soal sehingga siswa bentuk cerita yang
tidak mengerti alur menggambarkan permasalahan
penyelesaiannya. sehari-hari yang dalam
5) Guru belum penyelesaiannya diperlukan daya
menggunakan media yang nalar tinggi untuk dapat
menarik. mengartikan soal tersebut ke
dalam bahasa matematika.
Muntaha, dkk., (2020) berpendapat
bahwa siswa mengalami kesulitan
dalam pembuatan model
matematika pada soal cerita.
Kesulitan tersebut disebabkan
karena siswa tersebut tidak
memahami langkah-langkah
pemodelan matematika, belum
mampu dalam mengasumsikan
kalimat verbal khususnya dalam
mengasumsikan dua variabel yang
sama, siswa belum mampu
menjelaskan kembali kenapa
memilih simbol yang tertuang
dalam persamaan matematika atau
model matematika.

4 Analisis Eksplorasi Siswa kurang berlatih Siswa kurang berlatih dalam


penyebab siswa mengalami dalam menyelesaikan menyelesaikan soal HOTS
kesulitan mengerjakan soal soal HOTS. merupakan akar dari penyebab
HOTS yaitu : siswa mengalami kesulitan
1) Siswa masih berpikir mengerjakan soal berbasis HOTS.
dengan tahapan yang Saputra (dalam Sofyan, 2019) Higher
masih rendah atau LOTS. Order Thinking Skills (HOTS)
2) Siswa kurang berlatih merupakan suatu proses berpikir
dalam menyelesaikan soal peserta didik dalam level kognitif
HOTS. yang lebih tinggi yang
3) Guru belum mampu dikembangkan dari berbagai konsep
menyusun perangkat dan metode kognitif dan taksonomi
pembelajaran yang pembelajaran seperti metode problem
berbasis HOTS. solving, taksonomi bloom, dan
4) Kurangnya pelatihan taksonomi pembelajaran. HOTS
mengenai penyusunan memiliki peran penting dalam
soal-soal HOTS. melatih pemikiran logis dan kritis,
sebagai serta keterampilan
penalaran, yang sangat penting
dalam kehidupan sehari-hari.
Penalaran yang logis ini tidak
muncul begitu saja, melainkan
siswa harus dilatih secara
berkelanjutan agar mencapai tahap
berpikir tingkat tinggi, namun
dalam kenyatannya siswa sering
kali mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal HOTS.
Sejalan dengan hal itu, Kusuman
(2021) mengatakan faktor yang
menyebabkan siswa kesulitan
dalam menyelesaikan soal yaitu: 1)
Kurangnya pemahaman konsep
yang digunakan dalam perhitungan,
2) tidak mampu memahami soal
berupa narasi, 3) salah
mendeskripsikan pertanyaan dari
soal, 4) kurangnya berlatih dalam
menyelesaikan soal. Selain itu
Julianto (2022) mengatakan peserta
didik tidak dapat menyelesaikan
soal berbasis HOTS karena
beberapa faktor yang
mempegaruhinya, yaitu : tidak
terbiasa dalam menyelesaikan soal
HOTS, kurangnya pemahaman
materi, kurang memahami kalimat
dalam soal, serta kurang teliti
dalam membaca dan memahami
soal.

5 Analisis Eksplorasi Pemanfaatan media Pemanfaatan media TIK seperti


penyebab guru belum TIK seperti PPT dan PPT dan video dalam proses
optimal dalam video dalam proses pembelajaran belum optimal
memanfaatkan media TIK pembelajaran belum merupakan akar dari permasalahan
dalam pembelajaran : optimal. guru belum optimal
1) Guru malas untuk memanfaatkan media TIK dalam
menerapkan model pembelajaran.
pembelajaran inovatif. Di era yang sudah sangat canggih
2) Guru belum bisa seperti sekarang, guru sangat
merancang pembelajaran dituntut untuk menggunakan media
dengan memanfaatkan yang berbasis TIK dalam proses
media TIK. pembelajaran. Dewi (2018)
3) Guru kurang mendapat mengatakan, Teknologi Informasi
pelatihan mengenai dan Komunikasi (TIK) adalah
pemanfaatan media TIK beragam set alat teknologi dan
sebagai sarana sumber daya yang digunakan untuk
peningkatan keterampilan berkomunikasi dan menciptakan,
mengajar. menyebarkan, menyimpan dan
4) Pemanfaatan media TIK mengelola informasi. Jenis-jenis
seperti PPT dan video sumber dan media pembelajaran
dalam proses berbasis TIK yang dapat
pembelajaran belum dimanfaatkan oleh guru sekolah
optimal. dasar dalam proses pembelajaran
anatara lain: komputer, LCD,
Internet, CD Pembelajaran, email,
presentasi Power Point dan video
pembelajaran.
Kendala dilapangan yang terlihat,
guru masih jarang memanfaatkan
media TIK karena sudah merasa
nyaman dengan cara mengajarnya
sekarang. Hal ini diperkuat oleh
Sri Lestari (2015) mengatakan
kendala pemanfaatan TIK oleh guru
adalah: tidak adanya akses, tidak
adaanya sarana TIK, pembelajaran
tidak mengintegrasikan TIK, guru
tidak memiliki pengetahuan tentang
TIK, dan tidak adanya kemauan
guru untuk memanfaatkan TIK.
Daftar Rujukan

Dewi, S. Z., & Hilman, I. 2019. “Penggunaan TIK sebagai Sumber dan Media Pembelajaran
Inovatif di Sekolah Dasar”. Indonesian Journal of Primary Education. Tersedia pada
https://ejournal.upi.edu/index.php/IJPE/article/view/15100/0#:~:text=Penggunaan
%20TIK%20sebagai%20media%20pembelajaran,pembelajaran%20dapat%20berjalajan
%20dengan%20baik. (diakses pada tanggal 31 Agustus 2022).
Haryanti, Y. D. 2017. “Model problem based learning membangun kemampuan berpikir
kritis siswa sekolah dasar”. Jurnal Cakrawala Pendas. Tersedia pada
https://core.ac.uk/download/pdf/228882753.pdf. (diakses pada tanggal 31 Agustus
2022).
Julianto. 2022. “Analisis Faktor Penyebab Kesulitan Siswa Sekolah Dasar Kelas Iv Dalam
Menyelesaikan Soal Hots (High Order Thinking Skills) Pada Mata Pelajaran Ipa”.
Tersedia pada https://ejournal.unesa.ac.id/index.php/jurnal-penelitian-pgsd/article/
view/44430. (diakses pada tanggal 31 Agustus 2022).
Kusuma, A. P., & Fatih'Adna, S. 2021. “Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Higher Order Thinking Skill (Hots) Sistem Persamaan Linear Dua Variabel”. Jurnal
Saintika Unpam: Jurnal Sains dan Matematika Unpam. Tersedia pada
http://openjournal.unpam.ac.id/index.php/jsmu/article/view/8674. (diakses pada tanggal
31 Agustus 2022).
Lestari, S. 2015. “Faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan TIK oleh guru”.
Kwangsan: Jurnal Teknologi Pendidikan. Tersedia pada
https://jurnalkwangsan.kemdikbud.go.id/index.php/jurnalkwangsan/article/view/29.
(diakses pada tanggal 31 Agustus 2022)
Lutfiyanti, N. 2019. “Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Dan Disiplin Kerja Guru
Terhadap Minat Belajar Siswa (Penelitian Survey terhadap Siswa pada Mata Pelajaran
Ekonomi Kelas Xi Ips Sma/Ma Se-Wilayah Kecamatan Singaparna Tahun Ajaran
2018/2019)” (Doctoral dissertation, Universitas Siliwangi). Tersedia pada
http://repositori.unsil.ac.id/811/5/BAB%20II.pdf. (diakses pada tanggal 31 Agustus
2022).
Mansyur, U. 2018. “Pembelajaran Inovatif Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar”. Jurnal
Fakultas Sastra. Universitas Muslim Indonesia. Tersedia pada
https://www.academia.edu/48406957/Pembelajaran_Inovatif_Bahasa_Indonesia_di_Se
kolah_Dasar. (diakses pada tanggal 31 Agustus 2022).
Muntaha, A., Wibowo, T., & Kurniasih, N. 2020. “Analisis kesulitan siswa dalam
mengonstruksi model matematika pada soal cerita”. MAJU: Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika. Tersedia pada
https://www.ejournal.stkipbbm.ac.id/index.php/mtk/article/view/487. (diakses pada
tanggal 31 Agustus 2022).
Nurdiana, E., Sarjana, K., Turmuzi, M., & Subarinah, S. 2021. “Kemampuan Menyelesaikan
Soal Cerita Matematika Ditinjau Dari Gaya Belajar Siswa Kelas VII”. Griya Journal of
Mathematics Education and Application. Tersedia pada
http://eprints.unram.ac.id/21662/. (diakses pada tanggal 31 Agustus 2022).
Simbolon, N. 2014. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Peserta Didik”.
Elementary School Journal Pgsd Fip Unimed. Tersedia pada
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/elementary/article/view/1323. (diakses pada
tanggal 31 Agustus 2022).
Sofyan, F. A. 2019. “Implementasi HOTS pada kurikulum 2013”. INVENTA: Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar. Tersedia pada
https://jurnal.unipasby.ac.id/index.php/jurnal_inventa/article/view/1803#:~:text=Hasil
%20penelitian%20ini%2C%20kurikulum%202013,masa%20depan%20dan%20dunia
%20internasional. (diakses pada tanggal 31 Agustus 2022)

Anda mungkin juga menyukai