Disusun Oleh :
Amila Nuskiya
26040120140044
Ilmu Kelautan B
1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau
lebih dari 17.000 pulau termasuk pulau-pulau kecil. Dengan jumlah pulau yg
demikian banyak berdampak pada panjang garis pantai Indonesia yaitu mencapai
hampir 81.000 km. Pada wilayah pantai indonesia sering ditemukan aktivitas
pengelolaan sumberdaya perikanan. Salah satu sumberdaya perikanan yang melimpah
di Indonesia adalah sumberdaya ikan pelagis kecil. Sumberdaya ikan pelagis kecil
juga merupakan salah satu sumberdaya perikanan yang paling banyak ditangkap
untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Sumberdaya perikanan ikan pelagis
kecil dikonsumsi oleh masyarakat dari berbagai kalangan dan lebih banyak
dikonsumsi bahkan jika dibandingkan dengan sumberdaya perikanan unggulan
seperti tuna yang lebih banyak diekspor dan hanya banyak dinikmati oleh kalangan
tertentu saja. Sumberdaya perikanan ikan pelagis kecil biasanya ditemukan pada
daerah neritik dan bersifat schooling untuk berperan dalam food chain. Sumberdaya
perikanan pelagis di Indonesia tersebar secara merata pada keseluruhan perairan di
Indonesia (Kusdiantoro et al., 2019).
Pengelolaan perikanan di Indonesia seringkali menimbulkan kerusakan
ekosistem, kerusakan habitat serta rentan terjadinya konflik antar masyarakat bahkan
antar negara. Pengelolaan perikanan yang dilakukan oleh suatu negara tidak terlepas
dari adanya tanggung jawab yang besar dari pemerintahnya untuk melestarikan
ekosistem perairan di sekitarnya. Kenyataannya, pengelolaan perikanan mengalami
ekploitasi secara berlebihan atau yang biasa juga disebut dengan over exploited. Over
exploited ini seringkali menimbulkan dampak negatif secara berkelanjutan. Proses
eksploitasi ini juga tidak memperhatikan kelestarian lingkungan sehingga merugikan
negara serta masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sumberdaya
perikanan. Oleh karena itu, untuk menjaga serta mencegah terjadinya dampak-
dampak negatif yang timbul akibat dari over exploited perlu dilakukan salah satunya
dengan cara menyeimbangkan antara proses eksploitasi dan proses konservasi
(Untung, 2021).
PEMBAHASAN
Kusdiantoro, K., A. Fahrudin, S.H. Wisudo dan B. Juanda. 2019. Perikanan Tangkap
di Indonesia: Potret dan Tantangan Keberlanjutannya. Jurnal Sosial Ekonomi
Kelautan Dan Perikanan., 14(2): 145-162.
Untung, U.A.N. 2021. Perspektif Eksploitasi dan Konservasi dalam Pengelolaan
Sumber Daya Perikanan Indonesia. Majalah Media Perencana., 2(1): 51-67.
Tedjapranata, C. 2021. Museum Garis Waktu Terumbu Karang. Jurnal Sains,
Teknologi, Urban, Perancangan, Arsitektur (Stupa)., 3(2): 1527-1540.
Nursita, L. 2020. Menggagas Pembangunan Blue Economy Terumbu Karang; Sebuah
Pendekatan Sosial Ekonomi. EcceS (Economics, Social, and Development
Studies)., 7(1): 62-86.
de Rooy, O.R., H. Salmon dan R.H. Nendissa. 2021. Hak Atas Tanah Pada Kawasan
Konservasi. PAMALI: Pattimura Magister Law Review., 1(1) 40-54.