Anda di halaman 1dari 14

Nama : Farhan Ghifari

NIM : 26040117140059
Kelas : Ilmu Kelautan B
Mata Kuliah : Studi Kelayakan

Analisis Kelayakan Usaha Rumput Laut

Rumput laut atau alga (see weed) merupakan salah satu potensi sumberdaya perairan
yang sudah sejak lama dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai bahan pangan dan obat-obatan.
Saat ini pemanfaatan rumput laut telah mengalami kemajuan yang sangat pesat yaitu dijadikan
agar-agar, algin, karaginan (carrageenan) dan furselaran (furcellaran) yang merupakan bahan
baku penting dalam industri makanan, farmasi, kosmetik dan lain-lain. Peluang pengembangan
usaha rumput laut sangat menjanjikan seiring dengan meningkatnya permintaan pasar sehingga
peluang ini dimanfaatkan oleh masyarakat dengan melakukan usaha budidaya (Ely dan
Darwanto, 2014). Tujuan utama dalam suatu usaha yaitu memperoleh keuntungan. Semakin
banyak keuntungan yang diperoleh, maka usaha akan semakin berkembang. Petani atau
pengusaha dapat mengetahui seberapa besar keuntungan yang akan atau telah diperoleh dengan
membuat suatu analisis usaha. Hasil analisis nantinya dapat digunakan untuk menilai kelayakan
usaha yang dijalankan (Dinda et al., 2016).
Sebagian besar hasil rumput laut di Indonesia masih diekspor dalam bentuk rumput laut
kering. Indonesia juga masih mengimpor hasil olahan rumput laut untuk keperluan industri.
Rumput laut masih mempunyai prospek cerah di masa mendatang mengingat potensi pasar dan
lahan yang masih cukup luas serta usaha budidaya saat ini yang masih rendah (Fathurrazak,
2019). Penanganan dan pengolahan rumput laut pada pasca panen memegang peranan yang
sangat penting dalam industri rumput laut. Kegiatan pasca panen sangat menentukan mutu
rumput laut kering yang dihasilkan sebagai bahan baku industri selanjutnya (Antowijoyo et al.,
2017). Kegiatan penanganan ini harus dilakukansecara seksama baik dari pemanenan, pencucian,
pengeringan bahkan sampai pengepakan dan penyimpanannya. Perlakuan sebelum pengeringan
dilakukan sesuai permintaan pasar, yaitu: langsung dijemur sesudah panen, terlebih dulu dicuci
dengan air tawar atau dilakukan fermentasi terlebih dahulu.
Penanganan hasil panen ini juga harus disesuaikan dengan kegiatan pengolahan
selanjutnya. Kegiatan pengolahan ditujukan untuk menciptakan suatu produk yang lebih
bernilai ekonomis daripada bahan mentahnya. Pengolahan yang akan dilakukan selanjutnya juga
harus memiliki aspek-aspek agar dapat berjalannya bisnis/usaha rumput laut, aspek tersebut
meliputi :
1. aspek pasar
Aspek pasar menempati urutan yang pertama dalam studi kelayakan. Pengembangan
usaha agroindustri rumput laut dikatakan layak bila tidak terdapat masalah pemasaran
yang dapat menghambat jalannya pengembangan usaha rumput laut ini, masih
terbukanya peluang pemasaran hasil produksi olahan rumput laut sehingga seluruh hasil
produksi olahan rumput laut yang dihasilkan dapat diterima oleh pasar. Sebuah
perusahaan sebelum memproduksi sebuah produk harus terlebih dahulu melihat
permintaan yang benar-benar dilakukan oleh konsumen, penawaran yang dilakukan oleh
produsen dalam industri tersebut, market share perusahaan selama ini, serta peluang
market share yang masih bisa ditingkatkan (Lukman, 2019).
2. aspek teknis
Aspek teknis meliputi proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya
setelah bisnis tersebut selesai dibangun sehingga pada pengembangan usaha agroindustri
rumput laut dapat dikatakan layak dalam aspek teknis bila lokasi perusahaan mampu
menunjang pengembangan usaha tersebut, luas produksi sudah optimal, layout
perusahaan sesuai sehingga mampu memperlancar proses produksi, pemilihan teknologi
sudah tepat sehingga tidak menghambat usaha. Ketersediaan sarana produksi dan proses
produksi mulai dari pemilihan lokasi usaha yang dekat dengan ketersediaan bahan baku,
dan tersedianya tenaga listrik dan air, tenaga kerja dan fasilitas transportasi sangat
mendukung perusahaan dalam menjalankan proses produksinya agar berjalan baik dan
lancar. Beberapa hal yang paling mendasar dalam menentukan lokasi usaha adalah
kedekatan dengan sumber bahan baku, kondisi air dan listrik yang baik, akses jalan, luas
tanah yang sesuai dan harga tanah yang terjangkau. Usaha pengolahan rumput laut
umumnya menggunakan peralatan yang sama. Adapun sebagian peralatan yang
digunakan dapat diperoleh di toko peralatan rumah tangga seperti ember, penyaring tipis,
baskom, selang, pisau, telenan, serbet, keranjang plastik, gayung, timbangan dacin, kursi
duduk kecil dan lainlain. Peralatan yang menggunakan tenaga listrik/ mesin diperoleh
dari produsen dan toko alat-alat elektronik/alat pertanian seperti mesin pemotong
kerupuk, blender, oven pengukus, mesin pembuat adonan, mesin penghalus adonan,
mesin press sealer, timbangan dacin, sedangkan alat untuk pengolahan rumput laut
menjadi chip atau tepung diperoleh dengan jalan dipesan di pabrik besar di Jawa. Dengan
demikian usaha pengembangan agroindustri rumput laut secara teknis memiliki prospek
yang baik untuk dikembangkan.. (Nuryanto et al., 2016).
3. aspek manajemen dan hukum
Aspek manajemen pada pengembangan usaha agroindustri rumput laut dapat dikatakan
layak bila manajemen sumberdaya manusia yang terdapat pada usaha tersebut telah
dikelola dengan baik, pemberian gaji telah sesuai, memiliki laporan keuangan. Pada
aspek legalitas sebuah usaha pengolahan kerupuk layak dilaksanakan bila telah memiliki
izin persetujuan lingkungan dari pihak Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), atau
pihak Desa, izin dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan Maluku Tenggara
(Setyaningsih et al., 2012).
4. aspek sosial, ekonomi, dan budaya,
Pengembangan usaha agroindustri rumput laut dikatakan layak pada aspek sosial,
ekonomi, dan budaya bila mampu meningkatkan kesempatan kerja, pendapatan
masyarakat, serta pendapatan asli daerah. Selain itu, pengembangan usaha agroindustri
rumput laut ini juga diharapkan tidak bertentangan dengan budaya masyarakat. Beberapa
pertimbangan sosial yang harus dipikirkan secara cermat agar dapat menentukan apakah
suatu proyek yang diusulkan tanggap terhadap keadaan sosial seperti penciptaan
kesempatan kerja yang merupakan masalah terdekat dari suatu wilayah (Gittinger, 1986)
dalam Kusrina (2011). Pengembangan usaha pengolahan rumput laut memberikan
berbagai dampak, baik dari aspek sosial, ekonomi, dan budaya. Dari aspek sosial, usaha
pengolahan rumput laut ini dikatakan memberikan dampak yang positif jika terjadi
peningkatan peluang kerja dan dapat mengurangi pengangguran. Tenaga kerja yang
direkrut umumnya berasal dari desa setempat. (Wantasen dan Tamrin, 2012).
5. aspek lingkungan
Pada aspek lingkungan, pengembangan usaha agroindustri rumput laut dikatakan layak
bila bisnis tidak memberikan dampak yang merugikan misalnya dengan pengelolaan
limbah perusahaan yang kurang baik sehingga dapat mengganggu kehidupan masyarakat
sekitar (Ferdiansyah, 2014).
DAFTAR PUSTAKA
Antowijoyo T., Yuliyanto, R. R. Y. Prihatiningrum, F. Swandari. 2017. Kelayakan Usaha
Budidaya Rumput Laut Euchema cotonii dengan Metode Long Line. Jurnal Wawasan
Manajemen, 5 (1) : 73-85.
Dinda, H. S. A., E. Danakusumah, dan U. Rachman. 2016. Analisis Usaha Budidaya Rumput
Laut Euchema cotonii di Pulau Pari Kepulauan Seribu. Jurnal Ilmiah Satya Mina
Bahari, 1 (1) : 22-31.
Ely, A. dan D. H. Darwanto. 2014. Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembangan
Budidaya Rumput Laut di Kabupaten Seram bagian Barat. Jurnal Agro Ekonomi, 25
(2) : 169-178.
Fatahurrazak. 2019. Analisis Kelayakan Usaha Industri Rumput Laut bagi Industri Kecil
Menengah di Kecamatan Moro Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau.
Jurnal Bahtera Inovasi, 3 (1) : 94-103.
Ferdiansyah, D. 2014. Studi Kelayakan Lahan Budidaya Rumput Laut Euchema cotonii di
Kecamatan Bluto Sumenep Madura Jawa Timur. Jurnal Pertanian, 2 (1) : 79-86.
Lukman, H. 2019. Studi Kelayakan Usaha Budidaya Rumput Laut (Gracillaria SP.) di Desa
Paria Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang. Jurnal Pendidikan Teknologi
Pertanian, 5 (2) : 43-54.
Nuryanto, L. A. Sasongko, dan E. D. Nurjayanti. 2016. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya
Rumput Laut. Mediagro, 12 (2) : 56-64.
Setyaningsih, H., K. Sumantadinata, dan N. S. Palupi. 2012. Kelayakan Usaha Budi Daya
Rumput Laut Kappaphycus alvarezii dengan Metode Longline dan Strategi
Pengembangannya di Perairan Karlmunjawa. Jurnal Manajemen Perikanan, 7 (2) :
131-142.
Wahyuni, A. P. 2018. Analisis Kelayakan Rumput Laut Euchema cotonii untuk Ekspor di
Desa Salemba Kecamatan Ujung Loe Kabupaten Bulukumba. Jurnal Agrominansia,
3 (2) : 172-180.
Wantasen, A. S. dan Tamrin. 2012. Analisis Kelayakan Lokasi Budidaya Rumput Laut di
Perairan Teluk Dodinga Kabupaten Halmahera Barat. Jurnal Perikanan dan
Kelautan Tropis, 8 (1) : 23-27.

Anda mungkin juga menyukai