Anda di halaman 1dari 4

Nama Kelompok :

1. Niswatin Ulya (51153211011/TPH)


2. Nur Hafizah (51153211012/TPH)
3. Nurmia (51153211013/TPH)
4. Nuzulia (51153211014/TPH)
5. Puput Asriati (51153211015/TPH)
6. Ragil Satria (51153111017/TPH)
7. Rahmalia F (51153211014/TPH)
8. Rani Tri A (51153211019/TPH)
9. Ranu Rezqia (51153111020/TPH)
10. Septina ningsih (51153211023/TPH)
11. Siti Hardianti (51153211024/TPH)
12. Susanti (51153211026/TPH)
13. Tri Otavia Dalle (51153211027/TPH)

ANALISIS NERACA PEMBAYARAN SEKTOR PERIKANAN TAHUN 2012-2016


Neraca perdagangan sektor perikanan Indonesia dengan luar negeri periode Januari
Juni per 2016 mencatatkan nilai US$ 1,89 miliar. Jumlah ini naik lima persen dibanding periode
yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,8 miliar. Naiknya neraca perdagangan ini didukung oleh
kenaikan volume eskpor sebesar 7,3 persen dan nilai ekspor yang naik 4,3 persen. Sedangkan
untuk volume impor justru tercatat turun 14,8 persen.

KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL


Industri Perikanan Nasional Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat
signifikan di bawah kepemimpinan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sejak tahun
2014. Namun, industry tersebut masih menghadapi berbagai permasalahan dari segi ekonomi
maupun tata kelola, seperti tingkat produksi yang belum maksimal, ketersediaan infrastruktur
yang belum memadai, ekspor yang masih didominasi oleh bahan baku, serta tata kelola
pemerintahan yang belum sepenuhnya terinntegrasi. Ringkasan kebijakan ini
merekomendasikan agar kelanjutan instruksi presiden nomor 7 Tahun 2016 menitikberatkan
peninjauan atas kebijakan terkait industry perikanan lintas Lembaga, diperkuatnya system rantai
dingin, reformasi pelayanan usaha yang ramah investasi, serta mendorong investasi yang
berkelanjutan.

Keberadaan instruksi presiden (Inpres) Nomor 7 Tahun 2016 tentang percepatan


pembangunan industry perikanan Indonesia, menjadi titik tolak upaya pemerintah guna
mewujudkan sector perikanan Indonesia yang mandiri, maju, kuat, dan berbasis kepentingan
nasional. Kebijakan ini memiliki 3 tujuan mendasar yakni :

1. Meningkatkan kesejahteraan nelayan, pengolah, dan pemasar hasil perikanan.


2. Menyerap tenaga kerja dan
3. Meningkatkan devisa negara
Secara khusus presiden menginstruksikan 13 langkah percepatan kepada Menteri
Kelautan dan Perikanan, termasuk mengevaluasi peraturan perundang-undangan yang
menghambat pengembangan perikanan tangkap, budidaya, pengolahan, pemasaran dalam
negeri, ekspor hasil perikanan, dan tambak garam nasional serta menyusun peta jalan (rotmap)
insustri perikanan nasional.
Untuk menjawab instruksi tersebut, KKP menargetkan kenaikan nilai ekspor sebesar
11,79% per tahun, serta peningkatan volume produk olahan sebesar 4,85% pertahun. Dalam
mencapai target tersebut KKP menyasar 3 hal yaitu :
1. Perluasan unit pengolahan ikan (UPI) skala mikro, kecil dan menengah
2. Optimalisasi kapasitas terpasang industry perikanan dan
3. Perluasan Industri Perikanan.

Rekomendasi efektivitas pelaksanaan Inpres Nomor 7 Tahun 2016 tentang Percepatan


pembangunan industry perikanan nasional akan terwujud bila pemerintah mampu
mengkonsolidasikan sumber daya, terutama terkait regulasi, finansial, SDM, informasi dan
teknologi untuk melakukan 6 kegiatan strategis, yakni :

1. Peningkatan produksi
2. Perbaikan distribusi dan logistic
3. Penataan pengelolaan ruang laut
4. Penyediaan sarana dan prasarana
5. Pengembangan kompetensi SDM dan Inovasi IPTEK
6. Perbaikan kualitas pelayanan perizinan.

Untuk melakukan upaya-upaya di atas aada 4 opsi kebijakan yang dapat dilakukan oleh
pemerintah yaitu :

1. Peninjauan Kebijakan
Fokus evaluasi kebijakan terutama diarahkan pada :
a. Harmonisasi regulasi, menghilangkan tumpang tindih peraturan perundang-
undangan di tingkat pusat
b. Merevisi peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang usaha perikanan
tangkap dan usaha pengolah ikan.
c. Merevisi Undang-undang perikanan
d. Penyelesaian deregulasi paket kebijakan terkait perizinan usaha perikanan
tangkap dan kapal perikanan, serta penyelenggaraan pelayanan terpadu satu
pintu di sector kelautan dan perikanan
e. Meningkatkan kapasitas dan peran aktif pemerintah provinsi dalam menyusun
seperangkat regulasi teknis dan program yang mendukung percepatan
pembangunan industry.
2. Memperkuat system rantai dingin
Langkah-langkah untuk mewujudkannya antara lain melalui :
a. Pemberian kemudahan akses bagi para nelayan untuk memperoleh es dan air
bersih
b. Penyediaan sarana dan prasarana
3. Reformasi pelayanan usaha yang ramah investasi
Reformasi pelayanan public di bidang perizinan usaha perikanan perlu dilakukan
strategi berikut :
a. Penyusunan dan penerapan standar pelayan sesuai amanat undnag-undang
Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik
b. Optimalisasi fungsi BUMDes dimana keberadaaan BUMDes sesuai amanat
undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dapat dimanfaatkan sebagai
buffer stock bagi penyediaan bahan baku industry perikanan nasional.
4. Mendorong investasi yang berkelanjutan
Pemerintah dapat membuat dan menyosialisasikan pedoman teknis tentang investasi
yang berkelanjutan, berkerjasama dengan pelaku industry, penyedia jasa keuangan,
pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya. Selain itu, perlu adanya
insentif bagi pelaku usaha perikanan yang menjalankan usahanya secara produktif
dan bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai