Anda di halaman 1dari 6

f.

Uji biuret
Pada percobaan uji biuret ini, hasil yang kami dapatkan berbeda. Albumin yang
dicampurkan dengan beberapa larutan menghasilkan larutan yang berwarna ungu pada bagian
atas dan ada endapan. Gelatin dan kasein larutannya menjadi menjadi warna ungu dan ada
endapan. Sedangkan glisin larutannya menjadi warna biru muda. Pereaksi biuret dalam suasa
basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptide yang menyusun protein
membentuk senyawa kompleks berwarna ungu, berarti albumin, gelatin termasuk dalam
polipeptida atau ikatan-ikatan peptide.
g. Uji ninhidrin
Pada percobaan kali ini kita membukyikan adanya asam amino bebas dalam protein.
Hasil yang kami dapatkan bebeda dengan yang ada pada literatur. Pada literatur dikatakan
bahwa peptide yang mengandung asam amino bebas bereaksi dengan ninhidrin akan
membentuk senyawa komplek berwarna biru. Sedangkan hasil yang kami dapatkan tidak ada
satupun yang berwarna ungu albumin, gelatin dan kasein larutannya menjadi warna ungu dan
pepton tetap tidak berwarna. Hasil yang kami dapatkan mengalami kesalahan mungkin
dikarenakan kurang sterinya kami dalam menggunakan alat untuk pengujian dan mungkin
juga kurangnya ketelitian kami dalam melakukan percobaan.
h. Uji xantoprotein
Hasil yang kami dapatkan dari percobaan ini yaitu terbentuknya endapan putih setelah
dicampurkan dengan HNO3 pekat kemudian setelah dipanaskan terbentuk endapan kuning
dan ada bidang batas tapi disini tidak terjadi perubahan warna menjadi jingga.
i. Uji penentuan titik iso elektrik
Kasein yang di uji dengan buffer yang mempunyai pH yang berbeda mengahsilkan
titik kekeruhan yang berbeda dan ada pula yang menjadi bening saat diamati 10 menit dan 30
menit setelah pencampuran. Dalam percobaan ini kami tidak dapat memastikan larutan mana
tingkat kekeruhannya yang paling tinggi karena ada beberapa larutan yang memiliki tingkat
kekeruhan yang sama jika dilihat dengan mata.

VI. KESIMPULAN
Dari hasil yang telah kita dapatkan. Dapat kita simpulkan bahwa
1. Dalam albumin telur terdapat unsure karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan belerang.
2. Semakin tinggi persentase larutan garam yang diberikan kepada protein maka semakin cepat
pula garam tersebut mengendapkan protein tersebut.
3. Pereaksi biuret dalam suasa basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptide
yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu.
4. Titik isoelektrik protein berbeda-beda tegantung dengan pH buffer yang digunakan dan lama
waktu yang dibutuhkan larutan menjadi keruh.

http://mozaicofthelife.blogspot.co.id/2013/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_2240.html

Tabel 4. Uji biuret

Perlakuan Hasil uji Ket (+) / (-)


Larutan albumin 2 % + 1 ml NaOH 10% Berwrna ungu di permukaan dan ada
(+)
+ 3 tetes CuSO4 0,2% endapan

Gelatin 2 % + 1 ml NaOH 10% + 3 tetes


Berwarna ungu dan ada endapan (+)
CuSO4 0,2%

Kasein 2 % + 1 ml NaOH 10% + 3 tetes


Berwarna ungu muda dan ada endapan (+)
CuSO4 0,2%

Glisin 2 % + 1 ml NaOH 10% + 3 tetes


Berwarna biru muda (+)
CuSO4 0,2%

Tabel 5. Uji ninhidrin

Perlakuan Hasil uji Ket (+) / (-)

Larutan albumin 2 % + pereaksi


Berubah menjadi warna ungu (+)
ninhidrin 0,1%

Gelatin 2 % + pereaksi ninhidrin


Berubah menjadi warna ungu (+)
0,1%

Kasein 2 % + pereaksi ninhidrin


Berubah menjadi warna ungu (+)
0,1%

Pepton 2% + pereaksi ninhidrin


Tidak berubah warna (-)
0,1%

Tabel 6. Uji xantoprotein

Perlakuan Hasil uji Ket (+) / (-)

Larutan albumin 2 % + 1 ml HNO3 lalu


Kuning mengental,
dipanaskan kemudian didinginkan + NaOH (+)
terbentuk pembatas
10%
Gelatin 2 % + 1 ml HNO3 lalu dipanaskan Kuning, terbentuk endapan ada
(+)
kemudian didinginkan + NaOH 10% pembatas

Kasein 2 % + 1 ml HNO3 lalu dipanaskan Kuning, ada sedikit endapan dan


(+)
kemudian didinginkan + NaOH 10% ada pembatas

tirosin 2% + 1 ml HNO3 lalu dipanaskan Kuning, banyak endapan dan ada


(-)
kemudian didinginkan + NaOH 10% pembatas

Tabel 7. Kromatografi kertas asam amino

Hasil uji
Perlakuan Ket (+) / (-)
Dikocok 10 menit Dikocok 30 menit

1 ml kasein + 1 ml buffer 3,8 Keruh Agak keruh


(-)
Setelah dipanaskan tidak terjadi endapan

1 ml kasein + 1 ml buffer 4,7 Keruh Agak keruh


(-)
Setelah dipanaskan tidak terjadi endapan

1 ml kasein + 1 ml buffer 5,0 Agak keruh Agak keruh


(-)
Setelah dipanaskan tidak terjadi endapan

1 ml kasein + 1 ml buffer 5,3 Bening Bening


(-)
Setelah dipanaskan tidak terjadi endapan

1 ml kasein + 1 ml buffer 5,9 Agak keruh bening


(-)
Setelah dipanaskan tidak terjadi endapan

. Uji Biuret
Pada percobaan ini, kita ingin membuktikan adanya molekul-molekul peptida dari
protein. Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini ialah hanya zat uji glisin yang tidak
mengalami perubahan warna (tetap bening) setelah penambahan pereaksi Biuret.
Diperkirakan glisin merupakan dipeptida, bukan polipeptida. Sedangkan ketiga zat uji lainnya
(albumin, gelatin, dan kasein) mengalami perubahan warna yakni menjadi warna ungu.
Adapun yang menyebabkan glisin bereaksi negatif terhadap pereaksi Biuret karena glisin
tidak memiliki ikatan peptida. Berdasarkan teori yang ada, reaksi biuret merupakan reaksi
warna untuk peptida dan protein. Peptida dibentuk oleh dua molekul asam amino disebut
dipeptida. Polipeptida ialah peptida yang milekulnya terdiri dari banyak molekul asam amino.
Protein adalah suatu polipeptida yang terdiri atas lebih dari seratus asam amino. Glisin adalah
salah satu asam amino esensial dengan rumus bangun NH2-CH2CO2H. Sedangkan pada
albumin, gelatin dan kasein rumus bangunnya lebih kompleks dan mengikat dua atau lebih
asam amino esensial, sehingga terbentuk ikatan peptida.
6. Uji Ninhidrin
Pada percobaan ini, kita ingin membuktikan adanya asam amino bebas dalam protein.
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini ialah pada kasein, reaksi berlangsung negatif
yaitu tidak terjadi perubahan warna (tetap bening) sedangkan pada gelatin terbentuk warna
yang agak kekuning-kuningan. Ini menunjukkan bahwa pada kedua zat uji tersebut, hanya
gelatin yang mengandung asam amino bebas meski tidak terlalu mencolok warna yang
seharusnya ditampilkan, yaitu ungu. Sedangkan pada kedua zat uji lainnya, yakni albumin
dan pepton mengalami reaksi positif terhadap pereaksi Ninhidrin, yakni terjadi perubahan
warna (biru kehitaman pada albumin dan ungu kebiruan pada pepton).
Adapun fungsi dari pereaksi Ninhidrin pada uji ini ialah sebagai oksidator yang
mereduksi asam amino sehingga menghasilkan senyawa kompleks berwarna biru. Sebelum
menghasilkan senyawa berwarna biru, dihasilkan dulu hasil antara yakni hidridantin. Setelah
mengalami oksidasi, gugus –COOH (karboksil) dan –NH2 (amina) terpecah menghasilkan
NH3 dan asam karboksilat. Dengan pemanasan, Ninhidrin ditambah hidridantin menghasilkan
warna biru, dan ada juga yang lepas yaitu asam karboksilat dan CO2.
Menurut teori yang ada, asam amino bebas adalah asam amino di mana gugus aminonya
tidak terikat. Semakin banyak Ninhidrin pada zat uji yang dapat bereaksi, semakin pekat
warnanya. Hal ini juga mendasari bahwa uji Ninhidrin dapat digunakan untuk menentukan
asam amino secara kuantitatif. Pada praktikum di atas, albumin dan pepton mengalami
perubahan warna karena dapat bereaksi dengan Ninhidrin. Hal ini menandakan kedua zat uji
tersebut mempunyai gugus asam amino bebas. Tapi, hasil yang diperoleh ini tidak sesuai
dengan teori. Seharusnya, pepton tidak bereaksi positif terhadap Ninhidrin. Hasil yang sesuai
dengan teori adalah pada gelatin. Gelatin bereaksi positif terhadap Ninhidrin. Kasein memang
tidak dapat bereaksi dengan Ninhidrin karena pada kasein tidak mengandung sedikitnya satu
gugus karboksil dan amino yang terbuka. Adapun hal yang menyebabkan ketidaksesuaian
hasil praktikum dengan teori yang ada ialah kemungkinan karena ketidaktelitian praktikan
pada saat pemipetan zat uji, sehingga takarannya tidak sesuai dengan yang semestinya. Atau
kemungkinan gelatin yang seharusnya menjadi ungu, mengalami denaturasi karena terlalu
lama dipanaskan, sehingga susah diidentifikasi. Mungkin juga bahannya sudah kadaluarsa.
7. Uji Xantroprotein
Pada percobaan ini, kita ingin membuktikan adanya asam amino tirosin, triptofan, atau
fenilalanin yang terdapat dalam protein. Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini ialah
pada zat uji albumin 2%, terjadi perubahan warna menjadi jingga disertai terbentuknya
endapan. Ini menunjukkan bahwa terdapat asam amino pada albumin. Pada gelatin 2%, tidak
terjadi perubahan warna (tetap bening). Ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kandungan
asam amino pada gelatin. Sedangkan pada kasein 0,5% tidak terjadi perubahan warna (tetap
bening). Pada tiroin 2% terjadi perubahan warna menjadi jingga disertai terbentuknya
endapan. Ini menunjukkan bahwa terdapat asam amino pada tirosin.
Berdasarkan teori, ada sebagian peptida dan protein yang mempunyai gugus asam amino
berinti benzena. Seperti fenilanalin, tirosin, albumin, triptofan dan lain sebagainya. Reaksi
yang terjadi pada uji Xantoprotein ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul
protein. Reaksi ini positif untuk protein yang mengandung tirosin, fenilalanin dan triptofan.
Reaksi positif ditandai dengan terbentuknya endapan berwarna putih yang dapat berubah
menjadi kuning apabila dipanaskan. Pada percobaan yang telah dilakukan, hasil positif pada
uji Xantoprotein terhadap albumin menunjukkan bahwa terdapat inti benzena, yaitu dengan
indikasi terbentuknya lapisan jingga atau kuning jingga. Dan hasil yang diperoleh ini sudah
sesuai dengan teori yang ada.
8. Uji Penentuan Titik Isoelektrik
Pada percobaan ini, kita ingin mengetahui titik isoelektrik (pH isoelektrik) dari protein
secara kualitatif. Pada percobaan ini, digunakan larutan kasein netral agar larutannya tidak
terlalu asam dan tidak terlalu basa. Jenis buffer yang digunakan pada uji ini ialah buffer asam
karena salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya denaturasi ialah penambahan asam.
Pengaruh asam terhadap denaturasi ialah adanya ion H+ menyebabkan sebagian
jembatan atau ikatan peptida putus. Ion H+ akan bereaksi dengan gugus COO– membentuk
COOH sedangkan sisanya (asam) akan berikatan dengan gugus amino membentuk ikatan,
sehingga apabila larutan peptida dalam keadaan isoelektris diberi asam akan menyebabkan
bertambahnya gugus bermuatan yang membentuk afinitas terhadap air dan kelarutan air
meningkat meskipun tidak selamanya begitu. Titik isoelektrik juga ada hubungannya dengan
denaturasi, pembentukan endapan, dan muatan ion-ion.
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah setelah didiamkan selama 0
menit, pada pH 3,8 terbentuk endapan yang banyak, pada pH 5,0 terbentuk sedikit endapan,
pada pH 5,3 lebih sedikit endapan yang terbentuk, dan pada pH 5,9 sangat sedikit endapan
yang terbentuk. Hasil ini sama dengan hasil setelah dilakukan pemanasan.
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini adalah setelah didiamkan selama 30
menit, pada pH 3,8 terbentuk lebih sedikit endapan, pada pH 5,0 terbentuk sedikit endapan,
pada pH 5,3 banyak endapan yang terbentuk, dan pada pH 5,9 sangat sedikit endapan yang
terbentuk. Hasil ini sama dengan hasil setelah dilakukan pemanasan.
Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa yang merupakan pH isoelektrik (pI)
pada protein yang diujikan ialah pada pH 3,8 karena paling banyak membentuk endapan.
Semakin mendekati titik isoelektrik, maka endapan yang terbentuk pun semestinya semakin
banyak. Inilah hubungan antara TI dengan endapan.
Endapan menjadi indikator penentuan titik isoelektrik karena proses pengendapan protein
salah satu caranya dapat dilakukan dengan penyesuaian pH titik isoelektrik protein yang
diinginkan. Pada titik isoelektrik, kelarutan protein berkurang hingga minimum dan akan
terbentuk endapan. Berdasarkan teori yang ada, pada titik isoelektrik, kasein bersifat
hidrofobik, kasein akan berikatan antar muatannya sendiri membentuk lipatan ke dalam
sehingga terjadi pengendapan yang relatif cepat. Protein yang terdenaturasi makin berkurang
kelarutannya, karena pada protein yang terdenaturasi asam amino yang berbentuk ion
dwikutub mempunyai muatan netral, pada asam amino yang bergugus dipolar, gugus amino
mendapatkan tambahan sebuah proton, gugus karboksil terdisosiasi sehingga asam amino
dalam kondisi netral.

DAFTAR PUSTAKA

Murray, Robert, dkk.. 2009. Biokimia Harper. Jakarta: EGC.


Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2009. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Pratiwi, Sri Maryati, dkk.. 2007. Biologi untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
Tim Dosen Biologi UPT-MKU. 2012. Biologi Manusia. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Wirahadikusumah, Muhammad. 1989. Biokimia Protein, Enzim, dan Asam
Nukleat. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Anda mungkin juga menyukai