Anda di halaman 1dari 5

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 2/PERMEN-KP/2015 TENTANG LARANGAN PENGGUNAAN ALAT


PENANGKAPAN IKAN PUKAT HELA (TRAWLS) DAN PUKAT TARIK (SEINE
NETS) DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA

Tata struktur koordinasi dalam penegakan hukum sektor kelautan dan perikanan di
kabupaten lamongan serta pihak yang terkait.

Melalui Bidang Pengawasan dan Pemberdayaan Pesisir, Dinas Perikanan dan


Kelautan Kabupaten Lamongan melakukan koordinasi dengan KAMLADU (Keamanan Laut
Terpadu) yang terdiri dari TNI AL, Kepolisian, Dit. Pol Air Resor Lamongan dan PPNS
(Penyidik Pegawai Negeri Sipil).

Dinas Perikanan dan Kelautan bertindak sebagai koordinator dan inisiator apabila akan
melakukan patroli di wilayah laut Kabupaten Lamongan. Dan secara kultural biasa
berkoordinasi juga dengan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cabang Lamongan
dan perwakilan Rukun Nelayan yang ada di Kabupaten Lamongan.

Dampak dari PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2015

Pada contoh study kasus yaitu :

1. DAMPAK IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN


PERIKANAN NOMOR 2/PERMEN-KP/2015 TERHADAP NELAYAN DOGOL
(STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG,
KABUPATEN LAMONGAN)

berpotensi menimbulkan dampak seperti menurunnya jumlah produksi Ikan ± 60.000 (ton),
dengan nilai produksi ± Rp. 785.926.500 (000), nelayan berpotensi mengalami kerugian ±
Rp. 327.365.000 (000), dan ± 6.795 nelayan dogol berpotensi kehilangan pekerjaan.
pemerintah telah melakukan tindakan preventif berupa sosialisasi kepada nelayan terkait
adanya larangan tersebut juga melakukan koordinasi bersama nelayan, namun dalam
koordinasi tersebut nelayan menolak adanya peraturan t
ersebut dengan berbagai alasan, adapun sanksi yang diberikan oleh pemerintah terhadap
nelayan yang masih melakukan pelanggaran adalah
dengan menahan kapal beserta alat tangkapnya.

2. DAMPAK SOSIAL dan EKONOMI ATASPERATURAN MENTERI KELAUTAN


DANPERIKANAN NOMOR 2/PERMEN-KP/2015(Studi Kasus KecamatanJuwana
Kabupaten Pati)

a.peraturan mentri kelautan dan perikanan Perikanan No.2/2015

Peraturan menteri yang terlalu cepa tuntuk dijalankan bagi nelayan merasa sangat
keberatan. Berdasarkan data KKP (2012), jumlah alat tangkap yang digunakan sekitar 1,177
juta unit. Dari data itu, sebanyak 1,66% atau sebanyak 19.544 nit merupakan alat tangkap
pukat (cantrang).

Dari penggunaan alat tangkap yang dilarang ini, produksi perikanan tangkap di wilayah jawa tengah
terus berkurang. Pada tahun 2002, produksi perikanan tangkap dijawa tengah sebesar 281.267 ton, sedangkan
pada tahun 2007 menjadi 153.267 ton.

b. dampak ekonomi fisik dan sosial

Dampak ekonomi terutama terjadi pada peningkatan pendapatan keluarga. Perubahan daerah
pemukiman pasti tidak selalu menjamin kelangsungan profesinya sebagai nelayan karena mungkin kawasan
pemukiman yang baru jauh dari pantai.
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2/PERMEN-KP/2015 TENTANG LARANGAN PENGGUNAAN ALAT
PENANGKAPAN IKAN PUKAT HELA (TRAWLS) DAN PUKAT TARIK (SEINE
NETS) DI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA

Tata struktur koordinasi dalam penegakan hukum sektor kelautan dan perikanan di
kabupaten lamongan serta pihak yang terkait.

Melalui Bidang Pengawasan dan Pemberdayaan Pesisir, Dinas Perikanan dan


Kelautan Kabupaten Lamongan melakukan koordinasi dengan KAMLADU (Keamanan Laut
Terpadu) yang terdiri dari TNI AL, Kepolisian, Dit. Pol Air Resor Lamongan dan PPNS
(Penyidik Pegawai Negeri Sipil).

Dinas Perikanan dan Kelautan bertindak sebagai koordinator dan inisiator apabila akan
melakukan patroli di wilayah laut Kabupaten Lamongan. Dan secara kultural biasa
berkoordinasi juga dengan Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cabang Lamongan
dan perwakilan Rukun Nelayan yang ada di Kabupaten Lamongan.

Dampak dari PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN


REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2015

Pada contoh study kasus yaitu :

1. DAMPAK IMPLEMENTASI PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN


PERIKANAN NOMOR 2/PERMEN-KP/2015 TERHADAP NELAYAN DOGOL
(STUDI KASUS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA BRONDONG,
KABUPATEN LAMONGAN)

berpotensi menimbulkan dampak seperti menurunnya jumlah produksi Ikan ± 60.000 (ton),
dengan nilai produksi ± Rp. 785.926.500 (000), nelayan berpotensi mengalami kerugian ±
Rp. 327.365.000 (000), dan ± 6.795 nelayan dogol berpotensi kehilangan pekerjaan.
pemerintah telah melakukan tindakan preventif berupa sosialisasi kepada nelayan terkait
adanya larangan tersebut juga melakukan koordinasi bersama nelayan, namun dalam
koordinasi tersebut nelayan menolak adanya peraturan t
ersebut dengan berbagai alasan, adapun sanksi yang diberikan oleh pemerintah terhadap
nelayan yang masih melakukan pelanggaran adalah
dengan menahan kapal beserta alat tangkapnya.

2. DAMPAK SOSIAL dan EKONOMI ATASPERATURAN MENTERI KELAUTAN


DANPERIKANAN NOMOR 2/PERMEN-KP/2015(Studi Kasus KecamatanJuwana
Kabupaten Pati)

a.Peraturan mentri kelautan dan perikanan Perikanan No.2/2015

Peraturan menteri yang terlalu cepa tuntuk dijalankan bagi nelayan merasa sangat
keberatan. Berdasarkan data KKP (2012), jumlah alat tangkap yang digunakan sekitar 1,177
juta unit. Dari data itu, sebanyak 1,66% atau sebanyak 19.544 nit merupakan alat tangkap
pukat (cantrang).

Dari penggunaan alat tangkap yang dilarang ini, produksi perikanan tangkap di wilayah jawa tengah
terus berkurang. Pada tahun 2002, produksi perikanan tangkap dijawa tengah sebesar 281.267 ton, sedangkan
pada tahun 2007 menjadi 153.267 ton.

b. Dampak ekonomi fisik dan sosial

Dampak ekonomi terutama terjadi pada peningkatan pendapatan keluarga. Perubahan daerah
pemukiman pasti tidak selalu menjamin kelangsungan profesinya sebagai nelayan karena mungkin kawasan
pemukiman yang baru jauh dari pantai.

Anda mungkin juga menyukai