Anda di halaman 1dari 16

Subscribe to DeepL Pro to translate larger documents.

Visit www.DeepL.com/pro for more information.

1Meningkatkan Pengambilan Keputusan untuk Pembangunan


Pertanian dan Pariwisata Berkelanjutan melalui Sistem Dinamik
dan Integrasi SIG: Studi di Kabupaten Jenawi
G.L Wungo-1a , Nurini Nurini-2b , Rico Ardian-3c , Fika Franestia-4d

¹Departemen Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas Diponegoro

Email: grandywungo@live.undip.ac.id

Abstrak. Sebagai salah satu kecamatan yang memiliki peran penting bagi Kabupaten
Karanganyar di bidang pertanian dan pariwisata, Kecamatan Jenawi merupakan penghasil 18
dari 22 komoditas pertanian yang ada di Kabupaten Karanganyar, Indonesia. Selain itu,
Kecamatan Jenawi juga memiliki berbagai objek wisata alam seperti goa, lembah, air terjun,
mata air, dan objek wisata lainnya. Namun, potensi pertanian dan pariwisata tersebut belum
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena belum adanya kebijakan yang
mendorong sektor pertanian dan pariwisata di Kecamatan Jenawi. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk merumuskan alternatif model kebijakan di sektor pertanian dan pariwisata
di Kecamatan Jenawi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan jenis
data primer dan sekunder, dimana teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, FGD, studi literatur, dan analisis SIG. Analisis SIG memungkinkan integrasi dan
visualisasi data spasial, sehingga memudahkan identifikasi pola, hubungan, dan area potensial
untuk pengembangan pertanian dan pariwisata. Metode analisis yang digunakan adalah metode
sistem dinamik yang menggunakan teknik analisis causal loop diagram. Hasil analisis
menemukan bahwa model sistem dinamik di Kecamatan Jenawi yang telah dirancang mampu
bekerja dengan baik dengan tingkat akurasi yang tinggi. Terdapat perbedaan antara dengan dan
tanpa kebijakan terutama pada insentif yang digunakan memiliki perbedaan yang cukup
signifikan. Dengan adanya penerapan kebijakan di Kecamatan Jenawi, terdapat perbedaan
hasil pendapatan pada sektor pertanian mencapai 20%-27%, dan pada sektor pariwisata
mencapai 80%.
Kata kunci: Pertanian dan Pariwisata, Sistem Informasi Geografis, Kecamatan Jenawi, Model
Kebijakan, Sistem Dinamik

1. Pendahuluan
Perubahan kebijakan pembangunan publik akan berdampak pada perubahan sosial (kesejahteraan
masyarakat)
[Sebagai contoh, fenomena di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia seperti pengangguran,
kemiskinan, kesenjangan sosial, kelangkaan pelayanan sosial merupakan masalah sosial yang utama
dari dulu hingga sekarang. Salah satu bentuk kebijakan yang efektif untuk mengurangi dan
menanggulangi fenomena tersebut adalah dengan adanya implementasi kebijakan penanggulangan
kemiskinan yang tercantum dalam peraturan daerah Kabupaten Karanganyar No. 11 tahun 2017
tentang penanggulangan kemiskinan yang meliputi program Penanggulangan Kemiskinan berbasis
keluarga; program Penanggulangan Kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat; program
Penanggulangan Kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan program-program
lainnya. Kebijakan dan program-program tersebut pada praktiknya mampu menurunkan angka
kemiskinan yang menurut data Badan Pusat Statistik Karanganyar pada tahun 2021 terjadi penurunan
17% jumlah penduduk miskin di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa dalam konteks pembangunan nasional, kebijakan publik merupakan alat,
mekanisme, dan sistem yang dapat mengarahkan dan menterjemahkan tujuan pembangunan dan
kesejahteraan publik atau masyarakat (Dunn, 2008).

Intanpari merupakan akronim dari sebuah kawasan yang memiliki konsep pengembangan di
tiga sektor, yaitu industri, pertanian, dan pariwisata. Ketiga sektor tersebut merupakan sektor
penggerak perekonomian daerah yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan sektor industri berupa
industri besar maupun kecil, daerah dengan hasil pertanian unggulan, dan keberadaan pariwisata di
suatu tempat dapat menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik. Salah satu daerah dengan konsep
intanpari di Indonesia adalah Kabupaten Karanganyar. Kebijakan yang diterapkan dalam
mengoptimalkan kegiatan intanpari di Kabupaten Karanganyar tertuang dalam pasal 5 poin (10) pada
[3], yaitu berupa penetapan kawasan strategis yang memfasilitasi kebutuhan spasial ketiga sektor
tersebut, yaitu menetapkan kawasan yang diprioritaskan sebagai pengembangan kawasan peruntukan
industri, kawasan agropolitan, serta menetapkan obyek wisata strategis di bagian timur dan
meningkatkan kegiatan wisata buatan dan wisata sejarah di bagian barat wilayah. Salah satu
kecamatan yang memiliki potensi kegiatan intanpari di Kabupaten Karanganyar adalah
Kecamatan Jenawi. Kecamatan Jenawi merupakan penghasil 18 dari 22 produk pertanian di
Kabupaten Karanganyar. Kecamatan Jenawi menghasilkan padi sawah, ubi jalar, ketela pohon,
jagung, 13 jenis tanaman sayuran, dan 17 tanaman buah-buahan, dengan komoditi pertanian terbesar
menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar pada tahun 2021 adalah ubi jalar
(31.523,64 ton) dan komoditi perkebunan terbesar adalah pisang (29.993 ton), kemudian pada sektor
pariwisata, objek wisata di Kecamatan Jenawi didominasi oleh wisata alam seperti goa, lembah, air
terjun, sendang, dan wisata lainnya. Pada tahun 2018, Candi Cetho menjadi destinasi dengan jumlah
pengunjung terbanyak kedua di Kabupaten Karanganyar dengan jumlah 87.465 pengunjung,
sedangkan wisata air terjun Jati Jumog berada di posisi ke-5 dengan jumlah 47.265 pengunjung.
Namun, dengan potensi alam yang begitu besar, Kecamatan Jenawi masih memiliki masalah dalam
hal kesejahteraan masyarakat. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah data penduduk pra sejahtera dan
sejahtera 1 di Kecamatan Jenawi sebanyak 1.070 jiwa atau 12,7% dari total jumlah penduduk
Kecamatan Jenawi dan pendapatan penduduk Kecamatan Jenawi pada umumnya berada pada kisaran
Rp 1.500.000 - Rp 2.000.000 atau di bawah UMK Kabupaten Karanganyar yaitu Rp 2.207.483,64 [4].
Adanya permasalahan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Jenawi disebabkan oleh
kurang tepatnya perumusan kebijakan dalam memanfaatkan potensi yang ada di kecamatan tersebut.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Karanganyar 2012-2032 pasal 31, 33, dan 38, disebutkan bahwa
Kecamatan Jenawi masuk dalam kategori pengembangan kawasan tanaman pangan, tanaman
hortikultura, dan kawasan pariwisata. Namun, dalam matriks program revisi RTRW Kabupaten
Karanganyar 2012-2032, hanya ditemukan 2 kebijakan yang terkait dengan pariwisata dan tidak
ditemukan program yang mendorong sektor pertanian di Kecamatan Jenawi. Padahal, masih banyak
permasalahan terkait pariwisata dan pertanian di Kecamatan Jenawi yang belum mendapat perhatian
dari pemerintah daerah. Misalnya, adanya masalah keamanan pada rute atau jalan menuju objek
wisata Candi Cetho yang dapat membahayakan pengunjung objek wisata tersebut dan masalah rantai
distribusi hasil pertanian yang terlalu panjang, sehingga berdampak pada rendahnya harga yang
diterima petani saat musim panen.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan model kebijakan
alternatif di sektor pertanian dan pariwisata di Kecamatan Jenawi. Salah satu alat untuk menentukan
kebijakan yang baik adalah dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik. Sistem dinamik
merupakan suatu metode yang dapat berfungsi sebagai pembentuk struktur dan mengestimasi perilaku
dan umpan balik dari sistem secara terpadu (Gupta, 2015). Penerapan model sistem dinamik telah
dilakukan oleh beberapa peneliti untuk merumuskan suatu rekomendasi kebijakan, yang dapat dilihat
pada simulasi perumusan kebijakan publik yang bertujuan untuk memonitoring berbagai struktur yang
kompleks berdasarkan fenomena yang teridentifikasi dan dapat melihat perubahan perilaku kebijakan
serta memberikan aliran umpan balik untuk merancang formulasi kebijakan (Gupta, 2015). Dengan
demikian, penerapan model sistem dinamik cocok diterapkan sebagai alat bantu pengambilan
keputusan untuk menentukan kebijakan yang dapat memandu dan menterjemahkan tujuan
pembangunan serta memberikan dampak yang maksimal bagi pengembangan sektor pertanian dan
pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Jenawi.
Salah satu alat untuk merumuskan model kebijakan yang baik adalah dengan menggunakan
pendekatan sistem dinamik. Sistem dinamik merupakan suatu metode yang dapat berfungsi sebagai
pembentuk struktur dan mengestimasi perilaku sistem dan umpan balik secara terintegrasi [5].
Penerapan model sistem dinamik telah dilakukan oleh beberapa peneliti untuk merumuskan
rekomendasi kebijakan yang dapat dilihat pada simulasi perumusan kebijakan publik karena bertujuan
untuk memonitoring berbagai struktur yang kompleks berdasarkan fenomena yang teridentifikasi dan
dapat melihat perubahan perilaku kebijakan serta memberikan aliran umpan balik untuk merancang
perumusan kebijakan [6]. Dengan demikian, penyusunan model sistem dinamik cocok diterapkan
sebagai alat bantu pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan yang mampu memandu dan
menerjemahkan tujuan pembangunan serta memberikan dampak yang maksimal.
pada pengembangan sektor pertanian dan pariwisata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Jenawi.

2. Data & Metode


Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa
Tengah. Kecamatan Jenawi memiliki luas wilayah 5.608.275 hektar dan memiliki potensi di sektor
pertanian dan pariwisata. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif untuk
menganalisis potensi dan permasalahan sektor pertanian dan sektor pariwisata di Kecamatan Jenawi
serta merumuskan alternatif model kebijakan di sektor pertanian dan sektor pariwisata di Kecamatan
Jenawi. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang dikumpulkan melalui
observasi, wawancara, Focus Group Discussion (FGD), studi literatur, dan analisis SIG. Data-data
tersebut terdiri dari peta penggunaan lahan Kecamatan Jenawi tahun 2010 dan 2020 yang bersumber
dari KLHK dan hasil digitasi, peta lokasi pariwisata di Kecamatan Jenawi yang bersumber dari
Google MyMaps, data luas lahan pertanian Kecamatan Jenawi data harga jual komoditas pertanian,
data harga beli benih dan pupuk pertanian, data jumlah pengunjung wisata di Kecamatan Jenawi,
harga tiket wisata di Kecamatan Jenawi, Upah Minimum Kabupaten Karanganyar tahun 2021, serta
data pajak di Kabupaten Karanganyar.
Metode analisis data yang digunakan adalah metode sistem dinamik yang memfokuskan pada
tujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang bagaimana perilaku muncul dari struktur kebijakan di
dalam sistem. Pemahaman ini sangat penting dalam mendesain kebijakan yang efektif. Teknik analisis
yang digunakan dalam metode sistem dinamik yaitu teknik analisis causal loop diagram yang
dilakukan dengan aplikasi Vensim untuk menganalisis keterkaitan kebijakan dengan potensi dan
permasalahan sektor pertanian dan pariwisata di Kecamatan Jenawi dan untuk merumuskan alternatif
model kebijakan dalam pengembangan sektor pertanian dan pariwisata di Kecamatan Jenawi.
Langkah-langkah analisis dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Langkah Analisis (Hasil Analisis, 2023)

3. Hasil dan Analisis


3.1 Profil Distrik Jenawi
Kecamatan Jenawi adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, yang
terletak di kaki Gunung Lawu dengan ketinggian antara 407-1.100 meter di atas permukaan laut.
Wilayah ini terbagi menjadi 9 desa, yaitu Desa Balong, Seloromo, Menjing, Lempong, Gumeng,
Sidomukti, Trengguli, Lempong, dan Jenawi, dengan pusat pemerintahan kecamatan berada di Desa
Balong.

Gambar 2. Peta Administrasi Kecamatan Jenawi (Hasil Analisis, 2023)


Kecamatan Jenawi memiliki luas wilayah 5.608.275 hektar, desa yang memiliki wilayah
terluas yaitu Desa Gumeng dengan luas wilayah 1.501.667 hektar dan Desa Anggrasmanis dengan
luas wilayah 818.978 hektar. Sementara itu, desa dengan luas wilayah terkecil adalah Desa Menjing
dengan luas wilayah 378.251 hektar. Wilayah Kecamatan Jenawi berbatasan dengan Kabupaten
Sragen di sebelah utara, Kabupaten Sragen di sebelah selatan, Kabupaten Ngargoyoso di sebelah
timur, Provinsi Jawa Timur di sebelah barat, dan Kecamatan Kerjo di sebelah barat.

Penggunaan Lahan di Kecamatan Jenawi


Aktivitas masyarakat yang semakin meningkat dari waktu ke waktu mendorong kebutuhan
akan lahan. Sejalan dengan hal tersebut, dibutuhkan ruang yang dapat mengakomodasi aktivitas
masyarakat. Perubahan penggunaan lahan dari non-terbangun menjadi terbangun juga terjadi di
Kecamatan Jenawi. Hal ini dapat dilihat pada peta perubahan penggunaan lahan tahun 2010 dan 2020

di bawah ini.
Gambar 3. Peta Area Terbangun dan Area Tidak Terbangun pada tahun 2010 dan 2020 (Hasil
Analisis, 2023)
Berdasarkan peta di atas, penggunaan lahan di Kecamatan Jenawi pada tahun 2010 dan 2020
mengalami perubahan. Terutama jika kita melihat pada area terbangun yang mengalami peningkatan
pada tahun 2020 jika dibandingkan dengan tahun 2010. Perubahan ini terjadi secara merata di seluruh
desa dengan peningkatan sebesar 2,5 kali lipat selama sepuluh tahun dari luas lahan terbangun pada
tahun 2010 yang semula 313 hektar menjadi 802 hektar pada tahun 2010-2020. Salah satu penyebab
peningkatan tersebut adalah bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan permintaan lahan
untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal, sarana, dan prasarana semakin meningkat setiap tahunnya.
Hal ini dapat mengancam lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi lahan nonpertanian berupa
permukiman. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengendalikan alih fungsi lahan dan
melindungi lahan pertanian di Kecamatan Jenawi.

Ketersediaan Atraksi dan Fasilitas Pendukung


Kecamatan Jenawi memiliki berbagai potensi, salah satu potensinya adalah pada sektor
pariwisata, karena letaknya yang berada di dataran tinggi, objek wisata yang ada memanfaatkan
kondisi tersebut, sehingga objek wisata yang ada didominasi oleh wisata alam seperti air terjun, goa,
lembah, sendang, dan salah satu wisata budaya yaitu candi. Dalam penyelenggaraan kegiatan
kepariwisataan diperlukan sarana dan prasarana di Kecamatan Jenawi untuk mendukung kegiatan
tersebut. Unsur-unsur yang terkait dalam penyelenggaraan kegiatan pariwisata, yaitu 4A (Atraksi,
Aksesibilitas, Akomodasi, Amenitas) [9]. Peta sebaran objek wisata dan fasilitas pendukung
pariwisata dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Peta Pariwisata dan Fasilitas Pendukung (Hasil Analisis, 2023)


Berbagai obyek wisata dan fasilitas pendukung kegiatan pariwisata tersebar di setiap desa di
Kecamatan Jenawi. Obyek wisata sebagai unsur daya tarik dalam kegiatan pariwisata di Kecamatan
Jenawi berjumlah delapan wisata, yaitu empat wisata yang berada di Desa Gumeng seperti Air Terjun
Pengantin, Candi Cetho, Lembah Katresnan, dan Sendang Pundishari. Sementara itu wisata lainnya
seperti Air Terjun Grenjengan yang berada di Desa Menjing, Air Terjun Jumog Jati di Desa Balong,
Air Terjun Sewawar Sedinding di Desa Trengguli, dan Goa Tlorong di Desa Lempong. Keberadaan
kedelapan objek wisata tersebut dapat menarik minat wisatawan yang menawarkan wisata alam
sehingga menjadi alasan utama bagi wisatawan untuk berkunjung ke objek-objek wisata tersebut.
Sedangkan fasilitas pendukungnya berupa aksesibilitas, akomodasi, dan amenitas. Unsur
aksesibilitas di Kecamatan Jenawi ditunjukkan dengan adanya Terminal Bus yang terletak di Desa
Balong. Terminal ini memiliki satu trayek aktif yaitu ke Kabupaten Sragen yang melewati beberapa
desa di Kecamatan Jenawi dan kecamatan lain di Kabupaten Sragen. Objek wisata ini berada di jalan
lingkungan dengan lebar jalan yang sempit sehingga kendaraan besar seperti bus tidak dapat
melewatinya. Keberadaan trayek bus ini dapat memberikan layanan transportasi bagi wisatawan untuk
mencapai objek wisata. Namun, keterbatasan rute, armada, dan kondisi akses jalan yang rusak dan
curam di beberapa lokasi menjadi kendala aksesibilitas pariwisata. Elemen akomodasi di Kecamatan
Jenawi berupa villa, homestay, dan hotel
yang hanya berada di dua desa, yaitu Desa Gumeng dan Desa Anggrasmani dan kapasitas akomodasi
penginapan yang masih rendah. Saat ini setidaknya terdapat 10 penginapan. Dengan adanya fasilitas
tersebut, dapat menunjang pariwisata dan meningkatkan pendapatan warga sekitar karena
memanfaatkan rumah-rumah warga untuk dijadikan penginapan.
Kecamatan Jenawi telah memiliki cukup banyak fasilitas perdagangan dan jasa yang dapat
menjadi sarana dalam kegiatan pariwisata, seperti 92 warung makan, 195 toko, dan 2 pasar. Dilihat
dari persebarannya, fasilitas-fasilitas tersebut tersebar merata di seluruh desa yang ada di Kecamatan
Jenawi. Lokasinya yang tersebar memudahkan pengunjung untuk menjangkau fasilitas-fasilitas
tersebut. Sedangkan fasilitas swalayan, restoran, dan kafe belum tersedia di Kecamatan Jenawi,
sehingga diperlukan penambahan fasilitas perdagangan dan jasa untuk memperpanjang waktu
kunjungan wisatawan. Dari keempat elemen tersebut, masih terdapat kekurangan dan belum
tersedianya fasilitas pendukung kegiatan pariwisata. Sehingga perlu adanya pengembangan kegiatan
baru dan penambahan fasilitas di Kecamatan Jenawi, seperti penginapan, perdagangan dan jasa, dan
juga transportasi.

3.2 Pemodelan Sistem Dinamis


Menurut Heinz Ealau dan Kenneth Prewitt (1973) dalam (Agustino, 2008) kebijakan adalah suatu
ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik dari pihak
yang membuatnya maupun pihak yang mematuhinya (Agustino, 2008). Begitu juga dengan model
sistem dinamik yang bersifat kontinu dan memungkinkan kita untuk memahami perilaku dan evolusi
sistem secara lebih mendalam, memberikan wawasan tentang prediksi, stabilitas, dan keteraturan
dalam sistem [6]. Oleh karena itu, penerapan sistem dinamik dalam merumuskan sebuah kebijakan
dinilai sejalan dan dapat menghasilkan sebuah keputusan yang optimal [12].
Dalam hal ini, model Causal Loop Diagram (CLD) yang merupakan salah satu model sistem
dinamik akan lebih tepat digunakan daripada model input-proses-output yang biasa digunakan dalam
memecahkan masalah organisasi dan manajemen. Melalui model CLD, semua komponen atau
variabel yang terlibat baik internal maupun eksternal dari sistem yang bersangkutan diidentifikasi.

Gambar 5. Diagram Lingkaran Kausal Pariwisata (Hasil Analisis, 2023)


Semakin banyak wisatawan yang mengunjungi sebuah destinasi, maka semakin tinggi pula
potensi pendapatan dari industri pariwisata di lokasi tersebut. Wisatawan membelanjakan uangnya
untuk akomodasi, makanan, transportasi, tiket masuk objek wisata, dan berbagai kegiatan lainnya,
yang berkontribusi pada pendapatan lokal.
Dalam konteks perumusan kebijakan dalam meningkatkan pariwisata di Kecamatan Jenawi dengan
menggunakan causal loop diagram, beberapa variabel yang paling berpengaruh dan membentuk
hubungan sebab akibat terhadap pendapatan pariwisata di Kecamatan Jenawi yang diambil dari [13]
dan disesuaikan antara lain akomodasi, amenitas, atraksi dan aksesibilitas.
Gambar 6. Diagram Lingkaran Kausal Pertanian (Hasil Analisis, 2023)
Selanjutnya, dalam konteks pertanian di Kecamatan Jenawi, variabel yang membangun
hubungan berkelanjutan dalam mempengaruhi dan dipengaruhi oleh keuntungan petani, terdiri dari
pendapatan dan pengeluaran. Dari sisi pendapatan, terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi
pendapatan pada sektor pertanian di Kecamatan Jenawi, pertanian di Kecamatan Jenawi terdiri dari
sayuran, buah-buahan, dan biofarmaka. Ketiga jenis pertanian tersebut dipengaruhi lagi oleh beberapa
sub variabel seperti produktivitas yang akan sangat dipengaruhi oleh hasil panen dan ketersediaan
lahan, kemudian ada juga saluran distribusi yang akan sangat berpengaruh terhadap keuntungan
petani. Pada variabel pengeluaran terdapat beberapa sub variabel yang berpengaruh yaitu pengeluaran
berupa modal operasional petani dalam bercocok tanam seperti peralatan pertanian, pupuk, dan harga
benih untuk menjaga kualitas hasil pertanian, serta biaya tenaga kerja pertanian atau honor dari buruh
tani.

3.3 Simulasi Sistem Dinamis

Gambar 7. Diagram Aliran Stok Pariwisata (Hasil Analisis, 2023)


Simulasi dilakukan dengan mengambil titik awal tahun 2023. Interval tahun 2024-2043
merupakan prediksi dengan menggunakan tingkat pengunjung pariwisata di Kecamatan Jenawi, maka
mulai tahun 2024 simulasi akan
dilakukan dengan menerapkan berbagai skenario kebijakan yang sesuai dan mempengaruhi sub-
variabel yang ada. Berikut ini adalah skenario penelitian yang digunakan dalam studi ini: Peningkatan
elemen 5A
1. Penambahan atraksi wisata dan pembangunan 2 unit restoran di wisata Goa Tlorong.
2. Integrasi transportasi umum ke titik-titik wisata, pembangunan villa/homestay dan pembangunan
restoran di wisata Air Terjun Jumog.
3. Pengadaan akses baru/alternatif, pembangunan hotel/homestay, pembangunan restoran, dan
integrasi dengan kendaraan umum di kawasan wisata Candi Cetho.
4. Penambahan atraksi wisata, penambahan jalur alternatif, dan integrasi dengan kendaraan umum
pada pariwisata di Pundisari.
5. Integrasi dengan kendaraan umum dan pengembangan restoran di Wisata Lembah Katresnan.
6. Peningkatan aksesibilitas wisata, penambahan rute wisata, pembangunan restoran/rumah makan
dan pembangunan hotel/homestay di kawasan wisata Air Terjun Sewawar Sedinding.
Dengan kebijakan ini, dalam simulasi akan didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Peningkatan pengunjung wisata sebanyak 5.000 pengunjung di wisata Goa Tlorong.
2. Peningkatan pengunjung wisata sebanyak 69.681 pengunjung di wisata Air Terjun Jumog.
3. Peningkatan pengunjung wisata sebanyak 76.097 pengunjung di Wisata Candi Cetho.
4. Peningkatan pengunjung wisata sebesar 16.544 pengunjung di Sendang Pundisari.
5. Peningkatan pengunjung pariwisata sebesar 4.950 pengunjung di Lembah Katresnan.
6. Peningkatan pengunjung wisata sebanyak 29.800 pengunjung di Air Terjun Sewawar Sedinding.

Gambar 8. Diagram Aliran Stok Pertanian (Hasil Analisis, 2023)


Simulasi pada sektor pertanian ini dilakukan dengan mengambil titik awal tahun 2023.
Interval tahun 2024-2043 merupakan data yang diperoleh dengan menggunakan sebaran dan asumsi
sektor pertanian di Kecamatan Jenawi, kemudian mulai tahun 2024 akan dilakukan simulasi dengan
menerapkan berbagai skenario kebijakan yang sesuai dan berpengaruh terhadap sub variabel yang ada.
Berikut ini adalah skenario penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B di Indonesia) adalah bidang lahan pertanian yang
ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan
pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Dalam model ini, lahan
pertanian harus ditetapkan sebagai fungsi lindung atau jika terjadi konversi lahan seluas 1 ha,
maka perlu dilakukan pembukaan lahan pertanian baru seluas 1 ha.
2. Kebijakan strategi aliran distribusi, menurut [14], pembentukan rantai saluran distribusi sangat
penting karena hal ini dapat mempengaruhi kelancaran penjualan, tingkat keuntungan, modal,
risiko dan
dan seterusnya. Saluran distribusi umumnya untuk hasil produksi manufaktur, dalam simulasi
sifat sistem yang dinamis ini, untuk mencapai hasil yang optimal didapatkan bahwa alur
pemasaran adalah distribusi ke tengkulak 50%, pasar 30%, dan pengolahan peningkatan nilai
tambah sebesar 20%.
3. Kebijakan insentif subsidi pembelian benih, benih yang berkualitas akan menentukan hasil
produktivitas pertanian, dalam hal ini penyediaan pupuk yang berkualitas oleh pemerintah sangat
dibutuhkan oleh petani, yang menurut hasil simulasi subsidi sebelum 10% akan mengoptimalkan
dan meningkatkan pendapatan petani.
4. Menurut Kepmen Perindag nomor 70/MPP/Kep/2/2003 tanggal 11 Februari 2003 [15] bahwa
yang dimaksud dengan pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya
mendapat subsidi dari Pemerintah untuk kebutuhan petani yang dilaksanakan atas dasar program
pemerintah. Pada model ini, pendapatan optimal jika harga pupuk mendapatkan subsidi dari
pemerintah sebesar 10%.

3.4 Diskusi
Perubahan kebijakan pembangunan publik akan berdampak pada perubahan sosial
(kesejahteraan masyarakat) [1]. Hal ini dibuktikan dengan pemodelan sistem dinamik pada Gambar 9.
Dalam penelitian ini, kami mencoba memasukkan kebijakan sebagai input dari stock flow diagram
pada sektor pertanian dan juga sektor pariwisata di Kecamatan Jenawi.

Gambar 9. Analisis Diagram Perbandingan (Hasil Analisis, 2023)


Setelah dilakukan simulasi sistem dinamik, didapatkan perbedaan jika sektor pertanian dan
sektor pariwisata dijalankan secara alamiah dan dengan intervensi berupa kebijakan-kebijakan yang
telah dirumuskan. Pada sektor pariwisata, dengan kebijakan yang diterapkan sesuai dengan sub-bab
sebelumnya, maka akan terjadi peningkatan pendapatan pariwisata di Kecamatan Jenawi pada kisaran
20-27% secara fluktuatif setiap tahunnya hingga tahun 2043. Pada sektor pertanian, peningkatan
pendapatan yang stabil akan dimulai pada tahun 2024 sebesar 20% dan akan terus meningkat hingga
80% pada tahun 2043.
Peningkatan sektor pariwisata tidak lepas dari elemen-elemen penyusunnya, yaitu akomodasi,
amenitas, atraksi, aksesibilitas, dan pendukung. Pada unsur Akomodasi dibutuhkan oleh wisatawan
yang sedang berkunjung ke tempat wisata untuk tempat tinggal sementara agar dapat beristirahat
sebelum melakukan kegiatan wisata lebih lanjut. dengan demikian, dapat meningkatkan nilai tambah
dan pendapatan pariwisata. Dengan menambah fasilitas akomodasi dapat menahan wisatawan untuk
berkunjung lebih lama, dan membelanjakan uangnya lebih banyak. Dari skenario yang telah dibuat,
pembangunan villa/homestay di sekitar obyek wisata Air Terjun Jumog, Air Terjun Sewawar
Sedinding, dan Candi Cetho dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang berkunjung ke
180.578 pengunjung di ketiga objek tersebut. Adanya pengaruh tersebut, sejalan dengan penelitian yang
dilakukan
dimana pariwisata di Kota Manado semakin berkembang yang ditandai dengan banyaknya
pembangunan hotel atau penginapan lainnya sebanyak 67 buah yang berdampak pada jumlah
kunjungan pariwisata di Kota Manado[16].
Amenitas, menurut (Damanik et al., 2006) amenitas adalah infrastruktur yang tidak
berhubungan langsung dengan pariwisata. dengan kebutuhan wisatawan seperti restoran, tempat
perbelanjaan, dan tempat hiburan [17]. Amenities akan membuat wisatawan mengeluarkan dana lebih
dan dapat menjadi wisatawan
atraksi. Skenario yang telah disusun untuk meningkatkan sektor pariwisata pada elemen amenitas
adalah pembangunan rumah makan di sekitar objek wisata seperti Goa Tlorong, Air Terjun Jumog,
Candi Cetho, Sendang Pundisari, Wisata Lembah Katresnan, dan Air Terjun Sewawar Sedinding.
Pembangunan rumah makan sebagai fasilitas perdagangan berdampak pada peningkatan jumlah
wisatawan. Hal ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh (I Gusti Ayu, 2019). yaitu dengan
adanya penambahan fasilitas di sekitar objek wisata Air Panas Angeri di Tabanan, jumlah wisatawan
meningkat dari 1.335 orang menjadi 1.600 orang dalam waktu tiga bulan.
Sedangkan atraksi, atraksi wisata adalah sesuatu yang memiliki keanekaragaman kekayaan,
keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia
yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan, atraksi wisata merupakan sesuatu yang dapat
menimbulkan daya tarik bagi wisatawan dan menjadi alasan utama untuk berkunjung ke tempat
wisata. Peningkatan atraksi wisata dengan dibukanya objek baru dapat meningkatkan jumlah
kunjungan wisatawan, berdasarkan skenario yang telah dibuat yaitu pengembangan wisata Goa
Tlorong berdampak pada peningkatan kunjungan wisatawan menjadi 5.000 pengunjung dan
pengembangan Pundisari meningkatkan wisatawan menjadi 16.544 pengunjung. Hal ini mendukung
penelitian oleh (Novia, 2018) dimana di Desa Tulungrejo terdapat pembangunan dan pengembangan
pada empat daya tarik wisata yang mempengaruhi jumlah wisatawan selama 9 tahun dengan
peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 3 kali lipat.
Aksesibilitas, menurut (Susantono, 2014) bahwa aksesibilitas adalah hak untuk mendapatkan
akses yang merupakan pelayanan kebutuhan dasar perjalanan[20]. Dalam hal ini, aksesibilitas harus
disediakan oleh pemerintah terlepas dari penggunaan moda transportasi yang disediakan oleh
masyarakat. Aksesibilitas merupakan salah satu faktor yang membantu dan mempermudah perjalanan
wisatawan yang akan berkunjung ke tempat wisata. Dengan meningkatkan aksesibilitas yaitu integrasi
transportasi umum menuju tempat wisata di Air Terjun Jumog, membuat akses alternatif dan integrasi
dengan transportasi umum di Candi Cetho, Pundisari, dan Lembah Katresnan, serta peningkatan
aksesibilitas dan penambahan rute wisata di Air Terjun Sewawar Sedinding yang merupakan skenario
pengembangan elemen pariwisata yang berdampak pada peningkatan jumlah wisatawan di tempat
wisata tersebut. Dimana hal ini sejalan dengan penelitian oleh (Ahmad Syaiful, Fafurida, 2019)
dimana jumlah pengunjung di Desa Wisata Lerep sangat ditentukan oleh kondisi aksesibilitas menuju
objek dan berpengaruh terhadap kondisi usaha dan pelayanan[21].
Alih fungsi lahan memiliki dampak jangka panjang bagi petani dan masyarakat. Menyusutnya
luas lahan pertanian akan mengurangi kesempatan kerja bagi petani dan buruh tani serta akan
mengurangi peluang untuk memperoleh pendapatan dari kegiatan usaha di lahan pertanian, sebagai
contoh disahkannya Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 27 Tahun 2010 tentang
Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) memiliki semangat positif yang kuat
untuk dapat meningkatkan ketersediaan pangan dan meningkatkan ketahanan pangan penduduk di
Jawa Barat dengan cara mengendalikan laju konversi lahan pertanian dan ekstensifikasi lahan
pertanian di wilayah tersebut dengan penurunan laju konversi mencapai 1,25% (22). Hal ini sejalan
dengan apa yang terjadi pada penelitian kami dimana dengan adanya kebijakan LP2B, maka akan
terjadi penurunan alih fungsi lahan pertanian yang akan mengurangi konversi dan meningkatkan hasil
pertanian.
Pertanian dalam arti luas selalu dihadapkan pada masalah klasik: hasil panen yang melimpah
jatuh harganya dan harga meningkat mahal saat tidak panen. Hal ini sangat wajar dan sesuai dengan
hukum permintaan dan penawaran. Pembeli pada dasarnya memiliki karakteristik kebutuhan yang
berbeda sesuai dengan kelompoknya. Pembeli eceran dalam jumlah kecil menginginkan pilihan
produk yang banyak disertai dengan display produk yang baik karena segmen pembeli ini sangat
intensif dalam membandingkan satu produk dengan produk lainnya. Distributor harus dapat
mengalirkan produk ke segmen konsumen tertentu secara efisien. Langkah pertama yang perlu
dilakukan adalah mengidentifikasi karakteristik setiap segmen konsumen [23], khususnya dalam
konteks pertanian, penjualan dan juga rantai penjualan harus menguntungkan bagi petani agar
keuntungan yang diperoleh maksimal, dalam model yang kami buat distribusi optimal hasil pertanian
adalah dalam jumlah distribusi ke tengkulak 50%, pasar 30%, dan pengolahan nilai tambah sebesar
20%.
Kebijakan pemberian subsidi khususnya subsidi pupuk dan benih yang selama ini ditujukan
untuk membantu petani dalam menyediakan pupuk dan benih dengan kualitas yang unggul namun
dengan harga yang terjangkau. Pemerintah terus berusaha memenuhi kebutuhan pupuk dan benih
kepada petani, serta memberikan harga yang terjangkau pada saat musim tanam. Dengan demikian,
petani berharap harga jual hasil produksinya dapat dibeli dengan harga yang tinggi sehingga tingkat
pendapatan dan kesejahteraannya meningkat [24]. Dalam memenuhi upaya tersebut, Pemerintah
dituntut untuk menyesuaikan skema subsidi pupuk dan benih serta mendistribusikannya secara tepat
sasaran. Namun dalam pelaksanaannya, penyelewengan kebijakan ini masih saja terjadi seperti adanya
oknum yang tidak bertanggung jawab dalam penjualan kembali, dalam penelitian kami kebijakan
subsidi pupuk dan benih akan berkontribusi secara langsung terhadap pengeluaran dan produktivitas
pertanian, sehingga pelaksanaan kebijakan ini dan juga evaluasi serta peningkatan efektifitasnya juga
harus didukung oleh pemerintah.
Secara umum, penelitian kami memiliki kekuatan dalam memberikan rekomendasi kebijakan
karena dilakukan dengan metode yang terukur dan memiliki data kuantitatif, sehingga akan sangat
baik jika dapat diimplementasikan, khususnya di sektor pertanian dan pariwisata di Kecamatan
Jenawi.
4. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat menjawab tujuan dari penelitian ini. Seperti yang
diketahui, tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan kebijakan bagi suatu wilayah
dengan menggunakan sistem dinamik untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
Kecamatan Jenawi yang dilihat dari potensi pariwisata dan pertanian. Kemajuan sektor
pariwisata tidak dapat dilepaskan dari elemen-elemen penyusunnya, yaitu akomodasi,
amenitas, atraksi, aksesibilitas, dan pendukung. Selain itu, kemajuan pertanian dapat dilihat
dari penawaran dan permintaan.
2. Dari beberapa simulasi yang telah dicoba di atas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara
dengan dan tanpa adanya kebijakan terutama untuk insentif yang digunakan, akan terjadi
perbedaan yang cukup signifikan terutama pada hasil pendapatan pertanian dan pariwisata di
Kecamatan Jenawi. Dengan diterapkannya kebijakan tersebut, maka akan terjadi peningkatan
pendapatan untuk sektor pertanian pada kisaran 20%-27% dan untuk sektor pariwisata
mencapai 80%.
3. Kebijakan yang diadopsi juga akan memberikan dampak tidak langsung terhadap pajak,
pendapatan pekerja lokal, dan kemampuan untuk meningkatkan operasional, yang dalam
model dan simulasi di atas dapat meningkatkan pengeluaran pajak sebesar 15%,
meningkatkan pendapatan pekerja sebesar 10%, dan meningkatkan pengeluaran biaya
operasional sebesar 10%. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan kebijakan tersebut akan
sangat bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Ucapan Terima Kasih

Kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada individu dan organisasi
berikut ini atas kontribusi dan dukungan mereka yang tak ternilai selama penyelesaian proyek ini:
1. Dosen pembimbing dan juga dosen pengajar kami, Bapak Grandy Loranessa Wungo dan Ibu
Nurini, atas bimbingannya yang sangat berharga;
2. RKAT Fakultas Teknik Undip, atas sumber dana penelitian;
3. Semua peserta atas keterlibatan mereka.

6. Referensi

[1] A. Suryono, "Kebijakan Publik Untuk Kesejahteraan Rakyat," Transparansi J. Ilm.


Ilmu Adm. vol. 6, no. 2, pp. 98-102, 2018, doi: 10.31334/trans.v6i2.33.
[2] B. Rusli, "Kebijakan Publik: Membangun Pelayanan Publik yang Responsif," Kebijak.
Publik, 2013.
[3] RTRW Kab. Karanganyar 2013-2032, "RTRW Kabupaten Karanganyar Tahun 2013-
2032," vol. 1, hal. 80.
[4] BPS Kabupaten Karanganyar, "Kabupaten Karanganyar Dalam Angka 2021,"
Kabupaten Karanganyar Dalam Angka 2021, pp. 1-68, 2021.
[5] R. Angellina dan A. U. Farahdiba, "Analisis Kebutuhan Air Bersih Berdasarkan
Jumlah Penduduk Di Desa Gedangkulut Kab. Gresik Melalui Pendekatan Sistem
Dinamis," UPN JAwa Timur, vol. 2, no. 1, pp. 103-109, 2021, [Online]. Available:
https://repository.mercubuana.ac.id/12339/2/Cover.pdf.
[6] L. R. Andhika, "Model Sistem Dinamis: Simulasi Formulasi Kebijakan Publik," J.
Ekon. dan Kebijak. Publik, vol. 10, no. 1, pp. 73-86, 2019, doi:
10.22212/jekp.v10i1.1242.
[7] A. N. K. Latif, W. D. Pratiwi, and S. Samsirina, "Analisis Perubahan Permukiman
Akibat Pariwisata di Kawasan Wisata Situ Cileunca Kabupaten Bandung," J.
Lingkung. Binaan Indones., vol. 8, no. 2, pp. 70-78, 2019, doi: 10.32315/jlbi.8.2.70.
[8] N. Dewi, M. Miharja, and G. Yudoko, "Analisis Kebijakan Distribusi Bahan Baku
Rotan Dengan Pendekatan Dinamik Sistem Studi Kasus Rotan Indonesia," J. Perenc.
Wil. dan Kota, vol. 26, no. 3, pp. 177-191, 2015, doi: 10.5614/jpwk.2015.26.3.3.
[9] S. F. Chaerunissa and T. Yuniningsih, "Analisis Komponen Pengembangan Pariwisata
Desa Wisata Wonopolo Kota Semarang," J. Public Policy Manag. Rev. vol. 9, no. 4,
Hal. 159-175, 2020.
[10] L. Agustino, "Dasar-Dasar Kebijakan Publik," hal. 140-144, 2008.
[11] H. H. Eulau dan K. Prewitt, "Labirin demokrasi; adaptasi, keterkaitan,
representasi, dan kebijakan dalam politik perkotaan," Can. J. Polit. Sci. Can. Sci.
Polit., vol. 9, no. 1, hal. 176-177, 1973, doi: 10.1017/S0008423900043614.
[12] L. M. Hidayat, "Dinamika Sistem Distribusi Minyak Solar Dalam Situasi Kelangkaan
: Studi Kasus Di Jawa Timur," 2009.
[13] M. B. C. Muslim, "Pengaruh Atraksi, Aktivitas, Amenitas Dan Aksesibilitas Terhadap
Kepuasan Wisatawan Di Taman Nusa Bali," J. Visi Manaj., vol. 8, no. 1, pp. 74-87,
2022, doi: 10.56910/jvm.v8i1.200.
[14] A. S. Nitisemito, Pemasaran, Cet. 7. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981.
[15] Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia, "Pengadaan dan
Penyaluran Pupuk Bersubsidi Untuk Sektor Pertanian," Pap. Pengetahuan. Towar. a
Media Hist. Doc, 2020.
[16] M. Ratar, M. Sangkoy, M. Budiman, D. Jurusan, M. Universitas, and N. Manado,
"Pengaruh Ketersediaan Prasarana dan Sarana Pariwisata terhadap Keputusan
Konsumen Melakukan Kunjungan Wisata di Manado (Studi Kasus Kawasan
Wisata Bunaken)," Glob. Sci., no. 1, pp. 7-14, 2021, [Online]. Available:
http://www.nusantara.ac.id/globalscience/index.php/jurnal/article/view/11%0Ahttp://w
ww.nusantara.ac.id/globalscience/index.php/jurnal/article/download/11/10.
[17] Damanik, Janianton, Welber, dan Helmut, "Perencanaan ekowisata: dari teori ke
aplikasi," 2006.
[18] I. G. A. Widyarini dan I. N. Sunarta, "Dampak Pengembangan Sarana Pariwisata
Terhadap Peningkatan Jumlah Pengunjung Di Wisata Alam Air Panas Angseri,
Tabanan," J. Destin. Pariwisata, vol. 6, no. 2, p. 217, 2019, doi:
10.24843/jdepar.2018.v06.i02.p03.
[19] N. Sari, Novia, I. Soewarni, A. M. Gai, dan T, "DAMPAK PERKEMBANGAN
PARIWISATA TERHADAP EKONOMI MASYARAKAT DI DESA
TULUNGREJO, KECAMATAN BUMIAJI - KOTA BATU Disusun Oleh : DI
DESA TULUNGREJO, KECAMATAN BUMIAJI - KOTA BATU (DAMPAK
PENGEMBANGAN PARIWISATA TERHADAP PEREKONOMIAN MASYARAKAT
DI DESA TULUNGREJO,"
No. 1, pp. 1-10, 2018, [Online]. Tersedia: http://eprints.itn.ac.id/163/1/NOVIA JURNAL
SARI.pdf.
[20] B. Susantono, Revolusi Transportasi. Gramedia Pustaka Utama, 2014.
[21] A. Syaiful dan F. Fafurida, "Dampak Pengembangan Desa Wisata Lerep terhadap
Perekonomian Pelaku Usaha Pariwisata," Indic. J. Ekon. Bus, vol. 1, no. 2, pp. 179-
190, 2019, doi: 10.47729/indicators.v1i2.41.
[22] I. M. Y. Prasada and M. W. Priyanto, "Dampak Implementasi Perda Perlindungan
Lahan," Agritech, vol. XXII, no. 2, hal. 140-154, 2019, [Online]. Available:
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/AGRITECH/article/view/4252/2955.
[23] A. D. Guritno, "Rantai Pasokan Agroindustri: Bagaimana Cara Pengembangannya?"
Supply Chain Menara Ilmu Fak. Teknol. Pertan. Universitas Gadjah Mada, 2017.
[24] Pusat Kebijakan APBN, "Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih:
Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung," Badan Kebijakan Fiskal Kementerian
Keuangan, 2010.

Anda mungkin juga menyukai