Email: grandywungo@live.undip.ac.id
Abstrak. Sebagai salah satu kecamatan yang memiliki peran penting bagi Kabupaten
Karanganyar di bidang pertanian dan pariwisata, Kecamatan Jenawi merupakan penghasil 18
dari 22 komoditas pertanian yang ada di Kabupaten Karanganyar, Indonesia. Selain itu,
Kecamatan Jenawi juga memiliki berbagai objek wisata alam seperti goa, lembah, air terjun,
mata air, dan objek wisata lainnya. Namun, potensi pertanian dan pariwisata tersebut belum
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena belum adanya kebijakan yang
mendorong sektor pertanian dan pariwisata di Kecamatan Jenawi. Oleh karena itu, penelitian
ini bertujuan untuk merumuskan alternatif model kebijakan di sektor pertanian dan pariwisata
di Kecamatan Jenawi.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan menggunakan jenis
data primer dan sekunder, dimana teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, FGD, studi literatur, dan analisis SIG. Analisis SIG memungkinkan integrasi dan
visualisasi data spasial, sehingga memudahkan identifikasi pola, hubungan, dan area potensial
untuk pengembangan pertanian dan pariwisata. Metode analisis yang digunakan adalah metode
sistem dinamik yang menggunakan teknik analisis causal loop diagram. Hasil analisis
menemukan bahwa model sistem dinamik di Kecamatan Jenawi yang telah dirancang mampu
bekerja dengan baik dengan tingkat akurasi yang tinggi. Terdapat perbedaan antara dengan dan
tanpa kebijakan terutama pada insentif yang digunakan memiliki perbedaan yang cukup
signifikan. Dengan adanya penerapan kebijakan di Kecamatan Jenawi, terdapat perbedaan
hasil pendapatan pada sektor pertanian mencapai 20%-27%, dan pada sektor pariwisata
mencapai 80%.
Kata kunci: Pertanian dan Pariwisata, Sistem Informasi Geografis, Kecamatan Jenawi, Model
Kebijakan, Sistem Dinamik
1. Pendahuluan
Perubahan kebijakan pembangunan publik akan berdampak pada perubahan sosial (kesejahteraan
masyarakat)
[Sebagai contoh, fenomena di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia seperti pengangguran,
kemiskinan, kesenjangan sosial, kelangkaan pelayanan sosial merupakan masalah sosial yang utama
dari dulu hingga sekarang. Salah satu bentuk kebijakan yang efektif untuk mengurangi dan
menanggulangi fenomena tersebut adalah dengan adanya implementasi kebijakan penanggulangan
kemiskinan yang tercantum dalam peraturan daerah Kabupaten Karanganyar No. 11 tahun 2017
tentang penanggulangan kemiskinan yang meliputi program Penanggulangan Kemiskinan berbasis
keluarga; program Penanggulangan Kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat; program
Penanggulangan Kemiskinan berbasis pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan program-program
lainnya. Kebijakan dan program-program tersebut pada praktiknya mampu menurunkan angka
kemiskinan yang menurut data Badan Pusat Statistik Karanganyar pada tahun 2021 terjadi penurunan
17% jumlah penduduk miskin di Kabupaten Karanganyar. Berdasarkan hal tersebut, dapat
disimpulkan bahwa dalam konteks pembangunan nasional, kebijakan publik merupakan alat,
mekanisme, dan sistem yang dapat mengarahkan dan menterjemahkan tujuan pembangunan dan
kesejahteraan publik atau masyarakat (Dunn, 2008).
Intanpari merupakan akronim dari sebuah kawasan yang memiliki konsep pengembangan di
tiga sektor, yaitu industri, pertanian, dan pariwisata. Ketiga sektor tersebut merupakan sektor
penggerak perekonomian daerah yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pengembangan sektor industri berupa
industri besar maupun kecil, daerah dengan hasil pertanian unggulan, dan keberadaan pariwisata di
suatu tempat dapat menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik. Salah satu daerah dengan konsep
intanpari di Indonesia adalah Kabupaten Karanganyar. Kebijakan yang diterapkan dalam
mengoptimalkan kegiatan intanpari di Kabupaten Karanganyar tertuang dalam pasal 5 poin (10) pada
[3], yaitu berupa penetapan kawasan strategis yang memfasilitasi kebutuhan spasial ketiga sektor
tersebut, yaitu menetapkan kawasan yang diprioritaskan sebagai pengembangan kawasan peruntukan
industri, kawasan agropolitan, serta menetapkan obyek wisata strategis di bagian timur dan
meningkatkan kegiatan wisata buatan dan wisata sejarah di bagian barat wilayah. Salah satu
kecamatan yang memiliki potensi kegiatan intanpari di Kabupaten Karanganyar adalah
Kecamatan Jenawi. Kecamatan Jenawi merupakan penghasil 18 dari 22 produk pertanian di
Kabupaten Karanganyar. Kecamatan Jenawi menghasilkan padi sawah, ubi jalar, ketela pohon,
jagung, 13 jenis tanaman sayuran, dan 17 tanaman buah-buahan, dengan komoditi pertanian terbesar
menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar pada tahun 2021 adalah ubi jalar
(31.523,64 ton) dan komoditi perkebunan terbesar adalah pisang (29.993 ton), kemudian pada sektor
pariwisata, objek wisata di Kecamatan Jenawi didominasi oleh wisata alam seperti goa, lembah, air
terjun, sendang, dan wisata lainnya. Pada tahun 2018, Candi Cetho menjadi destinasi dengan jumlah
pengunjung terbanyak kedua di Kabupaten Karanganyar dengan jumlah 87.465 pengunjung,
sedangkan wisata air terjun Jati Jumog berada di posisi ke-5 dengan jumlah 47.265 pengunjung.
Namun, dengan potensi alam yang begitu besar, Kecamatan Jenawi masih memiliki masalah dalam
hal kesejahteraan masyarakat. Menurut Badan Pusat Statistik, jumlah data penduduk pra sejahtera dan
sejahtera 1 di Kecamatan Jenawi sebanyak 1.070 jiwa atau 12,7% dari total jumlah penduduk
Kecamatan Jenawi dan pendapatan penduduk Kecamatan Jenawi pada umumnya berada pada kisaran
Rp 1.500.000 - Rp 2.000.000 atau di bawah UMK Kabupaten Karanganyar yaitu Rp 2.207.483,64 [4].
Adanya permasalahan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Jenawi disebabkan oleh
kurang tepatnya perumusan kebijakan dalam memanfaatkan potensi yang ada di kecamatan tersebut.
Berdasarkan RTRW Kabupaten Karanganyar 2012-2032 pasal 31, 33, dan 38, disebutkan bahwa
Kecamatan Jenawi masuk dalam kategori pengembangan kawasan tanaman pangan, tanaman
hortikultura, dan kawasan pariwisata. Namun, dalam matriks program revisi RTRW Kabupaten
Karanganyar 2012-2032, hanya ditemukan 2 kebijakan yang terkait dengan pariwisata dan tidak
ditemukan program yang mendorong sektor pertanian di Kecamatan Jenawi. Padahal, masih banyak
permasalahan terkait pariwisata dan pertanian di Kecamatan Jenawi yang belum mendapat perhatian
dari pemerintah daerah. Misalnya, adanya masalah keamanan pada rute atau jalan menuju objek
wisata Candi Cetho yang dapat membahayakan pengunjung objek wisata tersebut dan masalah rantai
distribusi hasil pertanian yang terlalu panjang, sehingga berdampak pada rendahnya harga yang
diterima petani saat musim panen.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan model kebijakan
alternatif di sektor pertanian dan pariwisata di Kecamatan Jenawi. Salah satu alat untuk menentukan
kebijakan yang baik adalah dengan menggunakan pendekatan sistem dinamik. Sistem dinamik
merupakan suatu metode yang dapat berfungsi sebagai pembentuk struktur dan mengestimasi perilaku
dan umpan balik dari sistem secara terpadu (Gupta, 2015). Penerapan model sistem dinamik telah
dilakukan oleh beberapa peneliti untuk merumuskan suatu rekomendasi kebijakan, yang dapat dilihat
pada simulasi perumusan kebijakan publik yang bertujuan untuk memonitoring berbagai struktur yang
kompleks berdasarkan fenomena yang teridentifikasi dan dapat melihat perubahan perilaku kebijakan
serta memberikan aliran umpan balik untuk merancang formulasi kebijakan (Gupta, 2015). Dengan
demikian, penerapan model sistem dinamik cocok diterapkan sebagai alat bantu pengambilan
keputusan untuk menentukan kebijakan yang dapat memandu dan menterjemahkan tujuan
pembangunan serta memberikan dampak yang maksimal bagi pengembangan sektor pertanian dan
pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Jenawi.
Salah satu alat untuk merumuskan model kebijakan yang baik adalah dengan menggunakan
pendekatan sistem dinamik. Sistem dinamik merupakan suatu metode yang dapat berfungsi sebagai
pembentuk struktur dan mengestimasi perilaku sistem dan umpan balik secara terintegrasi [5].
Penerapan model sistem dinamik telah dilakukan oleh beberapa peneliti untuk merumuskan
rekomendasi kebijakan yang dapat dilihat pada simulasi perumusan kebijakan publik karena bertujuan
untuk memonitoring berbagai struktur yang kompleks berdasarkan fenomena yang teridentifikasi dan
dapat melihat perubahan perilaku kebijakan serta memberikan aliran umpan balik untuk merancang
perumusan kebijakan [6]. Dengan demikian, penyusunan model sistem dinamik cocok diterapkan
sebagai alat bantu pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan yang mampu memandu dan
menerjemahkan tujuan pembangunan serta memberikan dampak yang maksimal.
pada pengembangan sektor pertanian dan pariwisata dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Jenawi.
di bawah ini.
Gambar 3. Peta Area Terbangun dan Area Tidak Terbangun pada tahun 2010 dan 2020 (Hasil
Analisis, 2023)
Berdasarkan peta di atas, penggunaan lahan di Kecamatan Jenawi pada tahun 2010 dan 2020
mengalami perubahan. Terutama jika kita melihat pada area terbangun yang mengalami peningkatan
pada tahun 2020 jika dibandingkan dengan tahun 2010. Perubahan ini terjadi secara merata di seluruh
desa dengan peningkatan sebesar 2,5 kali lipat selama sepuluh tahun dari luas lahan terbangun pada
tahun 2010 yang semula 313 hektar menjadi 802 hektar pada tahun 2010-2020. Salah satu penyebab
peningkatan tersebut adalah bertambahnya jumlah penduduk yang mengakibatkan permintaan lahan
untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal, sarana, dan prasarana semakin meningkat setiap tahunnya.
Hal ini dapat mengancam lahan pertanian yang dialihfungsikan menjadi lahan nonpertanian berupa
permukiman. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mengendalikan alih fungsi lahan dan
melindungi lahan pertanian di Kecamatan Jenawi.
3.4 Diskusi
Perubahan kebijakan pembangunan publik akan berdampak pada perubahan sosial
(kesejahteraan masyarakat) [1]. Hal ini dibuktikan dengan pemodelan sistem dinamik pada Gambar 9.
Dalam penelitian ini, kami mencoba memasukkan kebijakan sebagai input dari stock flow diagram
pada sektor pertanian dan juga sektor pariwisata di Kecamatan Jenawi.
Kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada individu dan organisasi
berikut ini atas kontribusi dan dukungan mereka yang tak ternilai selama penyelesaian proyek ini:
1. Dosen pembimbing dan juga dosen pengajar kami, Bapak Grandy Loranessa Wungo dan Ibu
Nurini, atas bimbingannya yang sangat berharga;
2. RKAT Fakultas Teknik Undip, atas sumber dana penelitian;
3. Semua peserta atas keterlibatan mereka.
6. Referensi