Anda di halaman 1dari 13

KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA BERDASARKAN 5 PILAR

PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PADA WISATA FOREST KOPI


DAN KEMBANGLANGIT PARK

Disusun Oleh:
Yuni Novitasari (C.511.17.0030)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEMARANG
2020
Kajian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan
5 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
KAJIAN PENGEMBANGAN PARIWISATA BERDASARKAN 5 PILAR
PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN PADA WISATA FOREST KOPI DAN
KEMBANGLANGIT PARK

Yuni Novitasari

Mahasiswa Fakultas Teknik, Jurusan PWK-Universitas Semarang


yunitascout@gmail.com

ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara dengan SDA (Sumber Daya Alam)
yang melimpah, dimana salah satu pemanfaatan SDA ini berupa pengembangan
disektor kepariwisataan. Pemanfaatan SDA untuk keperluan pengembangan
pariwisata harus memperhatikan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan untuk
menjaga kelestarian lingkungan sehingga meminimalisir dampak buruk dari suatu
pembangunan dan menjadi salah satu komponen tolak ukur dalam keberhasilan
pengembangan pariwisata. Menurut Surjono (2010) dalam Agus Sarwo Edi Sudrajat
(2018) di Indonesia sendiri terdapat 5 pilar pembagunan berkelanjutan, yaitu sosial,
ekonomi, ekologi, kelembagaan dan penegakan hukum. Adapun tujuan dari laporan
ini adalah megidentifikasi sejauh mana peran lima pilar pembangunan berkelanjutan
pada perkembangan wisata Forest Kopi dan Kembanglangit Park, serta apa saja
keterlibatan masyarakat. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode
penelitian kualitatif deskriptif, dimana pada penelitian ini memberikan gambaran atas
sesuatu keadaan sejelas mungkin dan tidak ada perlakuan terhadap objek yang
diteliti. Menurut Sukamadinata (2007) penelitian deskriptif merupakan metode
penelitian yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang ada dan sedang
berlangsung saat ini maupun pada masa lampau. Berdasarkan hasil kajian
disimpulkan bahwa pengembangan wisata Forest Kopi dan Kembanglangit Park
sudah menerapkan lima pilar pembangunan berkelanjutan dengan baik sehingga
terdapat suatu tatan pengembangan pariwisata yang baik dan terpadu, dimana aspek

[Yuni Novitasari, 2020] 1


Kajian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan
5 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
yang paling menonjol dan yang paling terasa manfaatnya adalah aspek ekonomian
dan ekologi, serta peran serta masyarakat masyarakat sekitar sebagai pekerja, dan
juga penyetok teh. Hal ini menunjukan bahwa pada pembanggunan dan
pengembangan wisata Forest Kopi dan Kembanglagit Park secara tidak langsung
tidak terlepas dari lima pilar pembanggunan berkelanjutan yang ada.

Kata Kunci: Pengembangan, pariwisata, lima pilar pembanggunan


berkelanjutan

Abstract
Indonesia is one of the countries with abundant natural resources (natural
resources), where one of the uses of natural resources is the development of the
tourism sector. The use of natural resources for tourism development needs to pay
attention to the pillars of sustainable development to preserve the environment so as
to minimize the negative impacts of a development and become a benchmark
component in the success of tourism development. According to Surjono (2010) in
Agus Sarwo Edi Sudrajat (2018) in Indonesia, there are 5 pillars of sustainable
development, namely social, economic, ecological, institutional and law
enforcement. The purpose of this report is to identify the role of the five pillars of
sustainable development in the tourism development of the Forest Kopi and
Kembanglangit Park, as well as the community involvement. The method used in this
study is descriptive qualitative research method, in which this study provides a
description of a situation as clearly as possible and there is no treatment of the object
under study. According to Sukamadinata (2007) descriptive research is a research
method used to describe existing and ongoing phenomena today and in the past.
Based on the results of the study, it is concluded that the tourism development of
Forest Kopi and Kembanglangit Park has implemented the five pillars of sustainable
development well so that there is a good and integrated tourism development system,
where the most prominent and most beneficial aspects are the economic and
ecological aspects, and the participation the surrounding community as workers, and

[Yuni Novitasari, 2020] 2


Kajian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan
5 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
also tea suppliers. This shows that the development and tourism development of the
Forest Kopi and Kembanglagit Park is indirectly inseparable from the five existing
pillars of sustainable development.

Keywords: Development, tourism, the five pillars of sustainable development

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia yang
memiliki berbagai potensi sumber daya yang melimpah. Hal ini juga berpengaruh
dengan munculnya pemanfaatan sumber daya yang ada berupa mulai menjamurnya
sektor pariwisata, baik itu yang dikelola perseorangan, pengembang, pemerintah,
swasta, maupun masyarakat setempat. Sri Nurhayati Qodriyatun (2018) menyatakan
bahwa sektor pariwisata telah menjadi backbone bagi perekonomian Indonesia
semenjak tiga tahun terakhir terhitung dari tahun 2018.
Sektor pariwisatan sendiri merupakan salah satu potensi yang sekarang ini
banyak diangkat dan dikembangkan diberbagai negara, terutama terjadinya
kecenderungan peningkatan pasar pariwisata internasional yang kebanyakan memilih
berwisata pada kawasan yang masih alami dan terkesan asri sehingga dapat
melupakan suasana di perkotaan yang cenderung penat dan ramai. Di Indonesia
sendiri mulai bermunculan wisata-wisata yang mengusung konsep modern sekaliagus
alami dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam suatu wilayah, dimana
pemanfaatan sumber daya alam untuk keperluan pariwisatan juga harus
memperhatikan pilar-pilar pembangunan berkelanjutan untuk menjaga kelestarian
lingkungan sehingga meminimalisir dampak buruk dari suatu pembangunan.
Menurut Surjono (2010) dalam Agus Sarwo Edi Sudrajat (2018) di Indonesia sendiri
terdapat 5 pilar pembagunan berkelanjutan, yaitu sosial, ekonomi, ekologi,
kelembagaan dan penegakan hukum.
Pembangunan berkelanjutan sangat erat hubunganya dengan pemanfaatan
sumber daya alam dan lingkungan hidup, sehingga pada perencanaan maupun

[Yuni Novitasari, 2020] 3


Kajian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan
5 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
pembangunan suatu proyek atau kegiatan dapat memenuhi kebutuhan sekarang tanpa
mengorbankan kebutuhan dimasa yang akan datang. Desa Kembanglangit
merupakan suatu desa yang terletak di Kecamatan Blado, Kabupaten Batang, Jawa
Tengah. Pada wilayah ini mulai banyak pengembang yang tertarik untuk mengankat
potensi lokal yang ada di sana, dikarenakan wilayah ini masih asri dan dilewati oleh
jalur alternatif yang bisa terhubung ke daerah Dieng. Salah satu wisata yang ada
diwilayah ini adalah Forest Kopi dan Kembanglangit Park.
Forest Kopi dan Kembanglagit Park merupakan salah satu wisata yang dikelola
mandiri oleh pengembang, terdiri dari 4 orang yang merupakan pasutri (pasangan
suami istri) yaitu, pasangan pasutri ibu intan dan bapak nanang, serta ibu santi dan
bapak hajar dimana ke-4 orang ini masih satu keluarga besar. Menurut Ibu Intan
selaku salah satu penggelolaan wisata Forest Kopi dan Kembanglangit Park, Forest
kopi diresmikan semenjak tahun 2019 dengan konsep awal rumah makan yang
berawal dari melihat potensi pada Desa Kembanglagit yang dilewati jalur
cepat/alternatif menuju ke Dieng, dan setelah itu karena melihat antusias pengunjung
yang cukup tinggi maka dikembangkanlah wisata Kembanglangit Park yang
merupakan bagian dan pengembangan dari Forest Kopi, dimana Kembanglagit Park
mulai dibuka dan beroprasi sekirat bulan Agustus 2020.
Didalam pembangunan dan pengembangan Forest Kopi dan Kembang Lagit
Park, pihak pengelola/pengembang menyewa lahan milik perhutani dimana dalam
pembangunan tahap awal (Foerst Kopi) pada bulan januari-februari 2019 mengalami
kendala dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi diwilayah tersebut.
Pembangunan dan pengembangan Forest Kopi dan Kembang Lagit Park sangat
didukung sekali oleh pihak pemeritah, perhutani, dan masyarakat yang berada di
Desa Kembanglangit, dikarenakan dapat menyerap lapangan pekerja cukup bayak
(hampir 70% pekerja merupakan warga asli daerah Kembanglangit) dan sangat
memperhatikan alam, yang dapat dibuktikan pada pembuatanya sangat
memperhatikan kontur pohon dan juga kontur akar, sehingga tidak ada penebangan
pohon dan akar.

[Yuni Novitasari, 2020] 4


Kajian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan
5 Pilar Pembangunan Berkelanjutan

1.2. Perumusan Masalah


Dari latar belakang yang telah dijabarkan diatas, maka perumusan masalah
yang ada adalah bagaimana penerapan lima pilar pembangunan berkelanjutan yang
ada pada wisata Forest Kopi dan Kembanglagit Park apakah sudah terpenuhi semua,
dan bagaimana peran masyarakat didalam pengembangan wisata tersebut?
1.3. Tujuan
Tujuan dari laporan ini adalah untuk megidentifikasi sejauh mana peran lima
pilar pembangunan berkelanjutan pada perkembangan wisata Forest Kopi dan
Kembanglangit Park, serta apa saja keterlibatan masyarakat didalam pengembangan
pariwisata tersebut.
1.4. Sasaran
Sasaran dalam pembuatan jurnal ini memiliki beberapa sasaran, antara lain
sebagai berikut ini:
1. Mengetahui kondisi eksisiting wisata Forest Kopi dan Kembang Lagit Park.
2. Mengetahui peran masyarakat didalam pengembangan wisata Forest Kopi dan
Kembang Lagit Park.
3. Menganalisis peran lima pilar pembangunan berkelanjutan pada wisata Forest
Kopi dan Kembang Lagit Park.
1.5. Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah ini akan membahas tentang wisata Forest Kopi dan
Kembanglagit Park yang terletak di Desa Kembanglangit, Kecamatan Blado,
Kabupaten Batang, Provinsi Jawa Tengah.

TINJAUAN TEORI
2.1. Pengembangan Wilayah
Pengembangan wilayah merupakan salah satu bagian dari upaya untuk
mempercepat perkembangan sosial ekonomi masyarakat, menjaga kelestarian
lingkungan hidup, serta mengurangi kesenjangan antar wilayah. Salah satu bentuk

[Yuni Novitasari, 2020] 5


Kajian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan
5 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
upaya perkembangan wilayah adalah dengan mengembangkan sektor pariwisata yang
berguna untuk mengangkat perekonomian lokal, dan sebagai upaya untuk
memperkenalkan suatu wilayah ke masyarakat wilayah yang lainya. Pengembangan
pariwisata sendiri menurut Moh Agus, S (2017) merupakan suatu usaha yang disusun
secara berencana dan terstruktur guna menata suatu objek dan kawasan yang ada dan
membangun objek dan kawasan wisata baru yang akan dipasarkan pada calon
wisatawan serta dapat menarik penggunjung baik pengunjung lokal maupun luar
daerah.
2.2. Pariwisata
Pariwisata merupakan suatu kegiatan, baik dimana seseorang maupun suatu
kelompok melakukan sebuah perjalanan dari satu tempat tempat lain, dalam jangka
waktu tertentu, dan untuk mencari suasana lain diluar rutinitas keseharian yang
cenderung membosankan dan menguras pikiran serta dapat menikmati kegiatan
rekreasi atau pertamasyaan. Menurut Binahayati, R dan Muhammad, F (2018)
pariwisata merupakan aktivitas kompleks yang dapat dipandang sebagai sistem yang
besar, dan terdiri dari berbagai komponen seperti ekologi, ekonomi, sosial, budaya,
politik, dan yang lainya. Secara umum aktor pelaku baik itu perseorangan maupun
suatu kelompok, pariwisata dikelompokan menjadi tiga pilar utama, yaitu
masyarakat, swasta, dan pemerintah. Pilar masyarakat disini menunjukan pada
masyarakat umum yang ada di destinasi atau lokasi wisata, pilar swasta sendiri
mengarah kepada investor maupun pengembang yang terdiri dari para pengusaha
yang terkait baik secara langsung maupun tak langsung dengan pariwisata,
sedangkan pilar pemerintah memiliki wewenang pada berbagai wilayah administrasi
(Pitana dan Gayatri, 2005)
2.3. 5 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Pembanguna berkelanjutan sendiri merupakan suatu pembangunan yang
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengerbankan kebutuhan masa yang akan
datang sebagai salah satu upaya manusia untuk memperbaiki mutu kehidupannya
dengan tetap berusaha dan tidak melampaui ekosistem yang mendukung kehidupann.

[Yuni Novitasari, 2020] 6


Kajian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan
5 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Menurut Rina Kurniawati (2013) terdapat tiga aspek utama atau yang biasanya
disebut dengan pilar pembangunan berkelanjutan yaitu:

1. Ekonomi,
2. Sosial, dan
3. Lingkungan.
Di Indonesia sendiri tidak cukup hanya bergantung kepada tiga pilar tersebut
sehingga menurur Menurut Surjono (2010) dalam Agus Sarwo Edi Sudrajat (2018)
menetapkan 5 pilar pembangunan berkelanjutan yang terdiri dari:
1. Sosial,
2. Ekonomi
3. Ekologi,
4. Kelembagaan, dan
5. Penegakan Hukum.

METODOLOGI
Dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif, dimana pada
penelitian jenis ini memberikan gambaran atau uraian atas sesuatu keadaan sejelas
munkin dan tidak ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Menurut Sukamadinata
(2007) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada dan sedang berlangsung saat ini
maupun pada saat masa lampau. Penelitian ini bermaksut untuk mendapatkan
deskripsi dan gambaran mengenai pengembangan pariwisata menggunakan
pendekatan pembanggunan berkelanjutan pada wisata Forest Kopi dan
Kembanglangit Park, sifat pendekatan ini termasuk kedalam penelitian kualitatif.
Untuk menggumpulkan data dan mendapatkan gambaran serta deskripsi yang
jelas tentang pengembangan pariwisata berkelanjutan di wisata Forest Kopi dan
Kembanglangit Park maka dilakukan wawancara terhadap pemilik/pengembang
wisata tersebut dan beberapa karyawan maupun wisatawan yang berkunjung serta

[Yuni Novitasari, 2020] 7


Kajian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan
5 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
survey kelapangan secara langsung. Pada penelitian ini memiliki fokus utama pada
sejauh mana peran lima pilar pembangunan berkelanjutan pengembangan wisata
forest kopi dan kembanglangit park seta peran setra masyarakat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berikut ini adalah pembahasan sejauh mana peran lima pilar pembangunan
berkelanjutan dalam pengembangan wisata Forest Kopi dan Kembanglagit Park.
1. Pengelolaan Ekonomi
Pengelolaan ekonomi wisata Forest Kopi dan Kembanglagit Park menjadi
destinasi pariwisata lebih menekankan pada kemampuan pengembang dalam
memajukan pariwisata sehingga memiliki daya tarik bagi para wisatawan yang dapat
bersaing dengan wisata-wisata yang lainya. Adanya pengembangan wisata Forest
Kopi dan Kembanglagit Park selain menjadi ladang pemasukan keuangan bagi
pengembang, juga memajukan ekonomi lokal berupa penambahan pemasukan para
pedagang yang berjualan di sekitar area wisata dan juga sumber penghasilan baru
bagi masyarakat yang bekerja di objek wisata tersebut dikarenakan pada wisata ini
menyerap tenaga kerja yang cukup banyak dari masyarakat Desa Kembanglangit itu
sendiri (±70 orang). Dikarenakan kepemilikan objek wisata ini adalah milik
pengembang, maka untuk urusan pendapatanya juga ditangani oleh pengembang itu
sendiri yang dibantu oleh beberapa staf ahlinya.
2. Pengelolaan Sosial
Pengelolaan sosial pada Forest Kopi dan Kembanglagit Park menekankan
bagaimana cara membangun komunikasi dan interaksi antar pihak pengembang,
masyarakat, dan pemerintah, dimana dengan adanya interaksi sosial yang baik dapat
memberikan dampak yang baik bagi perkembangan wisata ini. Forest Kopi dan
Kembanglagit Park sebelum dilakukan pengembangan sendiri merupakan bagian dari
Hutan Damar yang sudah tidak produktif lagi, sehingga ketika pengembangan masuk
masyarakat dan pemerintah (pihak perhutani) sangat mendukung upaya
pengembangan salah satu bagian Hutan Damar yang sekarang ini didirikan wisata
berupa Forest Kopi dan Kembanglagit Park.

[Yuni Novitasari, 2020] 8


Kajian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan
5 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
Hubungan yang baik antara pihak pengembang/pengelola, dengan masyarakat
sekirat dan pemerintah yang terdapat pada wisata Forest Kopi dan Kembanglagit
Park bukan hanya mendukung pembangunan berkelanjutan namun juga menjadi
salah satu faktor utama dalam mendukung upaya-upaya pengembangan wisata ini
lagi seperti pembuatan spot-spot foto yang menarik, pembuatan kafe baru (mesta
kopi) yang rencananya akan launching bulan November 2020, dan pembuatan wisata
baru dengan konsep kebun teh. Hal ini pastilah akan berdampak juga bagi
peneingkatan ekonomi msyarakat secara bersama.
3. Pengelolaan Ekologi
Pengelolaan ekologi (lingkungan) tidak terlepas dari adanya peranan sosial dan
ekonomi dari berbagai pihak, apalagi Desa Kembanglagit merupakan salah satu desa
denga predikat desa terbersih di Kabupaten Batang, yang memiliki potensi utama
berupa potensi alam yang asri yaitu adanya perkebunan teh yang dikelola masyarakat
dan adanya hutan damar serta masihbanyak sumberdaya alam yang lainya.
Pengelolaan ekologi pada wisata Forest Kopi dan Kembanglagit Park tidak hanya
sebatas pengelolaan potensi sumber daya yang ada melainkan juga pemanfaatan
potensi baik itu SDA (Sumber Daya Alam) maupun SDM (Sumber Daya Manusia)
untuk lebih dikembangkan menjadi hal yang mempu yai cirikhas tertentu dan
berdaya saing sehingga mampu memberikan kontribusi bagi kesejahteraan
masyarakat sekitar.
Pengelolaan ekologi pada wisata Forest Kopi dan Kembanglagit Park sendiri
untuk mengurangi dampak negatif bagi lingkungan yaitu, tidak adanya penebangan
pohon selama proses pembanggunan maupun pengembangan, sangat memperhatikan
kontur pohon dan juaga akar selama proses pembangunan sehingga tidak merusak
struktur dari pohon yang ada, meminimalisir penggunaan perkerasan pada
pembanggunan, menyediakan tempat sampah di titik-titik yang strategis sehingga
memudahkan penggunjung untuk membuang sampah pada tempatnya, melakukan
pengankutan sampah secara rutin setiap harinya untuk menjaga keasrian lingkungan
ke TPA, membuatkan saluran tersendiri untuk air limbah sehingga tidak mencemari
air yang ada dilingkungan sekitar dengan cara diresapkan. Hal ini lah yang

[Yuni Novitasari, 2020] 9


Kajian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan
5 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
menyebabkan wisata ini menarik bagi wisatawan dikarenakan lingkungan yang asri
dan bersih seta sangat menyatu dengan alam, yang akan menyebabkan para
wisatawan terus berdatangan dan memajukan perekonomian sekitar juga.

4. Pengelolaan Kelembagaan
Pengelolaan kelembagaan pada wisata Forest Kopi dan Kembanglagit Park
sejauh ini masih dikelolaa oleh pengembang yang dibantu oleh para staf ahli dengan
mengutamakan musyawarah dalam setiap pengembilan keputusanya, sehingga untuk
kelembagaan seperti organisasi masyarakat tidak ada pelibatan dikarenakan wisata
ini merupakan wisata yang dikelolaa sepenuhnya oleh pengembang diatas lahan
milik perhutani (hutan dari pengawasan perhutani Pekalongan Timur) dan peran serta
masyarakat saat ini hanya sebagai pekerja serta penyetok teh untuk keperluan
penjualan di Forest Kopi, dan peran pemerintahpun untuk hal pengembangan wisata
ini hanya dalam bentuk dukungan moril saja.
5. Pengelolaan Penegakan Hukum
Pengelolaan penegakan hukum pada wisata Forest Kopi dan Kembanglagit
Park sebagai dasar salah satu bentuk peraturan lokal yang dibangun bersama dan
telah disepakati serta dilaksanakan dimana pada wisata ini terdapat dua peruntukan
peraturan. Peraturan pertama adalah peraturan yang dibuat oleh pihak pengembang
yang ditujukan kepada pengunjung berupa aturan menjaga kebersihan lingkungan,
dan mematuhi protokol kesehatan selama masa pandemi ini, selain itu juga ada
peraturan yang ditetapkan oleh pihak perhutani selaku pemilik lahan yang
dikembangkan yang ditujukan kepada pengembang berupa tidak boleh menebang
pohon sembarangan dimana jika adapun penebangan harus izin dengan kapolsek
terlebih dahulu dan juga dari pihak perhutani, tidak boleh menggunakan banyak
perkerasan, serta bangunan harus sesuat standar yang berlaku.
Untuk mencapai pembangunan berkelanjutan sendiri pada wisata Forest Kopi
dan Kembanglagit Park perluh adanya aturan hukum yang jelas dan pasti. Tanpa
adanya hal ini tentunya pembanggunan dan perkembangan wisata ini akan berjalan

[Yuni Novitasari, 2020] 10


Kajian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan
5 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
tanpa arah dan pihak pengembang maupun wisatawan dapat berlaku semena-mena
sesuai dengan kepentingan pribadi masing-masih sehingga dapat mengakibatkan
kerusakan alam yang ada. Oleh karena itu penegakan hukum memiliki peran penting
dalam mewujutkan pembangunan berkelanjutan diwisata tersebut.

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pemahasan diatas peran serta masyarakat dalam
pengembangan wisata Forest Kopi dan Kembanglagit Park sebagai penyedia SDM,
dan juga penyetok teh serta pemberi dukungan secara moril untuk pengembangan
wisata yang lebih baik lagi. Pengembangan pariwisata Forest Kopi dan
Kembanglagit Park sediri dirasa sudah menerapkan lima pilar pembangunan
berkelanjutan dengan baik sehingga terdapat suatu tatan pengembangan pariwisata
yang baik dan terpadu. Pengelolaan dari segi sosial, ekonomi, ekologi, maupun
penegakan hukum sediri sudah berjalan dengan baik, namun untuk segi kelembagaan
kurang optimal dikarenakan pihak pengembang masih terlibat secara langsung segala
urusan yang ada di wisata tersebut, dan diharapkan kedepanya kelembagaan yang ada
dapat lebih baik, dan dapat mengjak kelembagaan masyarakat untuk ikut
berpartisipasi juga dalam pengembangan wisata Forest Kopi dan Kembanglagit Park.
Adapun aspek pembangunan berkelanjutan pada wisata Forest Kopi dan
Kembanglagit Park yang paling menonjol dan manfaatnya yang paling terasa serta
dapat dilihat dengan jelas adah aspek perekonomian dan ekologi. Hal ini menunjukan
bahwa pada pembanggunan dan pengembangan wisata Forest Kopi dan
Kembanglagit Park secara tidak langsung tidak terlepas dari lima pilar
pembanggunan berkelanjutan yang ada.
5.2. Rekomendasi
Adapun rekomendasi yang di sarankan dalam pengembangan wisata Forest
Kopi dan Kembanglagit Park berdasarkan lima pilar pembangunan berkelanjutan
adalah sebagai berikut:

[Yuni Novitasari, 2020] 11


Kajian Pengembangan Pariwisata Berdasarkan
5 Pilar Pembangunan Berkelanjutan
1. Diperlukan penguatan dari segi kelembagaan yang ada dan pelibatan
kelembagaan masyarakat sekitar untuk pengembangan wisata Forest Kopi dan
Kembanglagit Park. Hal ini akan lebih menguntungkan pengembang karena
pegelolaan akan lebih terjamin karena adanya suatu lembaga.
2. Perlu dibuat pengelolaan air limbah dan persampahan agar dapat mengurangi
volume sampah yang ada serta pencemaran tanah.
3. Pemanfaatan SDA dan SDM yang ada secara efektif dan seefisien mungkin
sehingga tidak berdampak pada kerusakan lingkungan sekitar.
4. Pelibatan masyarakat untuk penggelolaan wisata Forest Kopi dan
Kembanglagit Park sehingga peren serta masyarakat tidak sebatas sebagai
pekerja saja.

DAFTAR PUSTAKA
Kurniawati, Rina. 2013. Modul Pariwisata Berkelanjutan. Academia.edu
Pitana, I. Gede dan Gayatri, Putu C. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta: Andi
Qodriyatun, Siti Nurhayati. 2018. Implementasi Kebijakan Pengembangan
Pariwisata Berkelanjutan Di Karimunjawa. Jakarta: Jurnal.drr.go.id
Rusyidi, Binahayati dan Fedryansah, Muhammad. 2018. Pengembangan Pariwisata
Berbasis Masyarakat. Jurnal Pekerjaan Sosial
Sudrajat, Agus Sarwo Edy. 2018. Pilar Pembangunan Berkelanjutan: Kajian
Pengelolaan Sumber Daya Alam Dan Lingkungan Kampung Batik Rejomulyo
Semarang Timur. Semarang
Sukamadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Rosdakarya
Sutiarso, Moh Agus. 2017. Pengembangan Pariwisata Yang Berkelanjutan Melalui
Ekowisata. Bali

[Yuni Novitasari, 2020] 12

Anda mungkin juga menyukai