Anda di halaman 1dari 14

Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility

dan
Ancillary Service
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Desa Wisata Tembi yang berada di Kabupaten Bantul merupakan salah

satu desa wisata yang paling awal dikembangkan di Indonesia. Semenjak

beroperasinya PT. Out of Asia perlahan Tembi berubah menjadi sentra kerajinan.

Masyarakat dibina untuk menjadi pengrajin dan penyuplai kerajinan yang akan

diekspor ke pasar luar negeri. Pemerintah pun serius menanggapi semua gerakan

yang dirintis oleh Warwick Purser sehingga melalui Kementerian Pariwisata dan

Kesenian pada tahun 1999 yang diresmikan langsung oleh Menteri Pariwisata dan

Kesenian, Drs. H Hidayat Jaelani (Febriani dan Sumirat, Telisik Jurnal SKM

Bulaksumur, No. 9. 2011:5). Pencanangan tersebut juga menjadikan Tembi

sebagai pionir dalam pengembangan desa wisata sebagai program nasional

pemerintah saat itu, tetapi karena masih lemahnya kesadaran masyarakat serta

tidak adanya manajerial yang baik maka program ini tidak dapat mencapai hasil

yang diharapkan. Setelah terjadi gempa pada tahun 2006 yang mengakibatkan

sebagian wilayah Yogyakarta termasuk Tembi terkena dampaknya. Masyarakat

Tembi mulai bangkit kembali dan menggali ide untuk membangun desa wisata

kembali, kali ini dengan menggandeng dua objek wisata lainnya yaitu Pasar Seni

Gabusan dan Manding menjadi satu kawasan yang diresmikan menjadi kawasan

GMT (Gabusan-Manding-Tembi) pada tahun 2008.

1
Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility
dan
Ancillary Service 2
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Lokasi desa wisata ini terbilang strategis karena dekat dengan pusat kota

Yogyakarta serta berada di antara jalur pantai parangtritis yang masih menjadi

objek wisata utama dan unggulan DIY. Hal ini menjadi sebuah keunggulan dan

peluang untuk lebih mempromosikan Tembi kepada wisatawan baik nusantara dan

mancanegara dengan menawarkan wisata pedesaan yang mudah dijangkau.

Apalagi melihat tren perkembangan jumlah wisatawan mancanegara dan domestik

yang datang ke DIY dari kurun waktu 2006-2014 menunjukkan kenaikan rata-rata

masing-masing sebesar 15,72 % dan 20,29% tiap tahunnya (Sulistya, 2016).

Dalam perkembangannya sampai dengan tahun 2016 tentu sudah banyak

perubahan yang terjadi. Penambahan atraksi, akomodasi, fasilitas dan pelayanan

tambahan yang ada pasti telah berkembang jumlahnya demi pemenuhan

kebutuhan wisatawan yang datang. Tembi pernah mendapatkan bantuan dari dana

PNPM Mandiri Pariwisata, guna semakin mempercepat peningkatan infrastruktur

desa.

Perkembangan Desa Wisata Tembi perlu diikuti dengan analisis

pengembangan desa wisata yang selanjutnya dapat digunakan bagi segenap

stakeholder sebagai landasan untuk menentukan pengembangan yang dapat

dilakukan secara berkesinambungan. Desa wisata merupakan bentuk

pengembangan pariwisata yang dapat langsung menyentuh masyarakat sehingga

diharapkan dapat memberikan manfaat melalui pembangunan pariwisata

berkelanjutan yang berbasis pemberdayaan masyarakat lokal.

Penelitian ini akan menganalisa perkembangan Desa Wisata Tembi

berdasarkan 4 aspek penting yang sering disebut 4A yaitu, attraction (atraksi),


Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility
dan
Ancillary Service 3
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

amenity (amenitas), accessibility (aksesibilitas) dan ancillary (pelayanan

tambahan). Keempat aspek tersebut merupakan aspek utama yang harus

diperhatikan dalam pengembangan objek wisata agar menghasilkan hasil yang

maksimal yaitu kuantitas dan kepuasan wisatawan. Pengembangannya pun harus

memperhatikan faktor daya dukung (carrying capacity) dan keberlangsungan

(sustainability) serta pemberdayaan masyarakat yang dapat memberikan manfaat

ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung kepada masyarakat desa

dengan tetap memperhatikan keberlanjutan pemberdayaan masyarakat lokal.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pada uraian sebelumnya

maka dalam penelitian ini ada beberapa rumusan pertanyaan yang akan dijawab

sebagai hasil pembahasan penelitian. Berikut ini adalah rumusan masalah yang

akan menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini:

1. Bagaimana perkembangan pariwisata menurut aspek 4A (attraction,

amenity, accessibility dan ancillary) di Desa Wisata Tembi?

2. Apa saja faktor yang menghambat perkembangan Desa Wisata Tembi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berikut adalah tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini:

1. Mengetahui perkembanganDesa Wisata Tembi dari aspek 4A (attraction,

amenity, accessibility dan ancillary service).


Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility
dan
Ancillary Service 4
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Mengetahui apa saja faktor yang menghambat perkembangan Desa Wisata

Tembi.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas diharapkan penelitian ini akan

memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

keilmuan baik dan bahan ilmiah bagi peneliti maupun bagi program studi

pariwisata yang berkaitan dengan perkembangan suatu kawasan wisata

melalui empat aspek daya tarik wisata pada sebuah desa wisata.

2. Manfaat praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai empat aspek utama Desa Wisata Tembi sebagai sebuah destinasi

wisata sehingga dapat menjadi bahan evaluasi bagi para pemangku

kepentingan baik masyarakat dan pengelola Desa Wisata Tembi serta

Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul untuk membuat perencanaan

pengembangan yang lebih baik sesuai dengan kebutuhan dan terkontrol

dengan baik.

1.5 Tinjauan Pustaka

Fokus kajian penelitian ini adalah menganalisa perkembangan melalui

empat aspek komponen daya tarik Desa Wisata Tembi Sewon, Bantul. Penelitian

yang mengambil lokasi di Tembi sudah cukup banyak namun dengan topik

bahasan yang berbeda. Penelitian dengan topik bahasan ini belum ada sehingga
Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility
dan
Ancillary Service 5
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

dapat dibuktikan keasliannya. Ada pun beberapa penelitian yang pernah dilakukan

di Desa Wisata Tembi antara lain:

Joseano Kurniawan Leibo (2010) dalam Tesisnya yang berjudul “Peran

Masyarakat Lokal dalam Pengembangan Produk Desa Wisata (Kasus: Desa

Wisata Tembi, Bantul, Yogyakarta)” mengungkapkan hasil observasi dalam

keterlibatan komunitas masyarakat lokal dan pemberdayaannya dalam penyediaan

aspek produk sebuah desa wisata di tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan

pembagian nilai manfaat dengan prinsip pariwisata berbasis masyarakat.

Keterlibatan masyarakat cukup besar namun kurang terarah dalam artian

sumbangsih ide masih cukup minim, perlu adanya konsultan pariwisata dalam

tahap perencanaan. Meskipun demikian pada tahap pelaksanaan semua anggota

masyarakat terlibat secara aktif. Perlu adanya monitoring dari pihak Pemerintah

Daerah untuk keberlangsungan program desa wisata. Penelitian ini berfokus pada

strategi memaksimalkan peran masyarakat lokal dalam pengembangan desa

wisata.

“Model Pengelolaan dan Tingkat Keberhasilan Desa Wisata, Studi

Perbandingan: Krebet dan Tembi” yang ditulis oleh Irwin Kurniawan ini berusaha

membandingkan antara Desa Wisata Krebet dan Desa Wisata Tembi dengan

melihat empat indikator yaitu terbukanya lapangan kerja, berkembangnya usaha-

usaha baru, jumlah kunjungan dan lama tinggal wisatawan serta pendapatan

masyarakat untuk menentukan tingkat keberhasilan pengelolaan desa wisata.

Kesimpulan yang didapatkan yaitu pengelolaan Desa Wisata Tembi lebih baik
Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility
dan
Ancillary Service 6
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

daripada Desa Wisata Krebet walaupun sama-sama menggunakan model

partisipasi masyarakat.

Astrid Ishi Bhinardyah dengan penelitiannya yang berjudul “Perubahan

Fisik dan Spasial Dusun Tembi sebagai Kawasan Strategis Pengembangan Desa

Wisata” ini berfokus pada perubahan fisik (sarana dan tipologi bangunan) dan

spasial (guna lahan dan kepadatan bangunan). Hasil dari penelitian ini

menemukan bahwa perubahan fisik dan spasial di Desa Wisata Tembi terbagi

menjadi empat fase: fase eksplorasi, fase peningkatan kualitas sumber daya

manusia, fase regenerasi, dan fase pembangunan sarana dan prasarana. Faktor

yang diindikasikan paling berpengaruh terhadap perubahan fisik dan spasial di

Desa Wisata Tembi adalah faktor motif ekonomi dan faktor pengaruh dari luar

seperti (bencana alam dan penetapan Desa Wisata Tembi). Perubahan fisik dan

spasial juga diiringi dengan perubahan pola pikir masyarakat dan perubahan

aktivitas terutama pergeseran kegiatan ekonomi primer menjadi tersier. Hasil

penelitian ini juga menemukan bahwa terdapat fase stagnasi perkembangan desa

wisata.

Made Sudarte dengan penelitiannya yang berjudul “Pengembangan

Kawasan Pariwisata Terpadu sebagai Strategi Pertumbuhan Pusat Kegiatan

Pariwisata di Yogyakarta: Studi Kasus Kawasan Segitiga Gabusan Manding

Tembi” mengamati perkembangan klaster pariwisata GMT yang tidak mengalami

perkembangan signifikan bahkan beberapa pihak menilai GMT tidak atau kurang

berhasil. Penelitian ini berfokus pada faktor-faktor yang menyebabkan kawasan

ini kurang berkembang antara lain terbatasnya anggaran dari pemerintah daerah,
Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility
dan
Ancillary Service 7
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

minimnya sumberdaya yang terlibat, dan rendahnya antusiasme dari para pelaku

usaha/masyarakat yang cenderung hanya menunggu program dan fasilitasi dari

pemerintah. Fokus penelitian ini lebih kepada potensi pengembagan produk dan

pasar GMT.

Dhiajeng AG dengan penelitiannya yang berjudul “Dampak Ekonomi

Pariwisata Desa Wisata Tembi Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta

Terhadap Masyarakat Lokal” penelitian ini membahas mengenai pemberdayaan

masyarakat yang ada di Desa Wisata Tembi. Dari hasil penelitian, dapat

disimpulkan bahwa dampak ekonomi pariwisata yang ditimbulkan dapat

dirasakan secara langsung oleh masyarakat desa wisata tembi yang ikut terjun

lanngsung dalam kegiatan pariwisata, walaupun belum menyentuh seluruh

masyarakatnya.

Emi Rohana dalam penelitiannya yang berjudul “Pemberdayaan Ekonomi

Masyarakat Di Desa Wisata Tembi” berfokus pada pembahasan proses

pemberdayaan ekonomi Desa Wisata Tembi dengan melibatkan masyarakat Tembi

dari kegiatan pariwisata untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mampu

menjangkau sumber produktif dan berpartisipasi dalam pembangunan dan

keputusan yang mempengaruhi mereka.

1.6 Landasan Teori

Desa Wisata merupakan salah satu bentuk destinasi wisata, Nuryanti

(1993) memberikan pengertian bahwa desa wisata adalah suatu bentuk integrasi

antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu
Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility
dan
Ancillary Service 8
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang

berlaku. Desa wisata merupakan sebuah bentuk destinasi wisata yang dikelola

oleh sebuah manajemen yang melingkupi aspek-aspek pengembangan wisata pada

umumnya serta dikemas untuk menjadi tujuan wisata. Desa Wisata Tembi

termasuk ke dalam pengertian ini dimana kegiatan wisata di desa dikelola oleh

manajemen Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk kemudian dikemas dan

ditawarkan kepada wisatawan.

Dalam mengembangkan suatu destinasi pariwisata terdapat beberapa aspek

yang harus diperhatikan agar dapat menghasilan sebuah destinasi wisata yang

unggul. Cooper dkk (1995: 103) mengemukakan bahwa terdapat empat aspek

yang harus dimiliki oleh sebuah destinasi, yaitu:

1. Atraksi (attraction).

2. Amenitas atau fasilitas (amenities), yaitu dalam bentuk akomodasi,

restoran, dan berbagai layanan lainnya.

3. Aksesibitas (accessibilities), seperti transportasi lokal dan transportasi

terminal.

4. Ancillary service, dalam bentuk organisasi lokal.

Atraksi merupakan daya tarik utama yang bagi wisatawan untuk datang ke

sebuah destinasi wisata. Menurut UU No 10/2009 tentang kepariwisataan daya

tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai

yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia

yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Ditambahkan oleh Yoeti

(1997) terdapat tiga syarat yang harus dipenuhi dalam pengembangan suatu
Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility
dan
Ancillary Service 9
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

daerah untuk menjadi tujuan wisata agar menarik untuk dikunjungi oleh

wisatawan yaitu something to see, something to do, dan something to buy. Sebuah

destinasi harus menawarkan sesuatu yang unik dan berbeda dengan destinasi

lainnya agar mempunyai daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Fasilitas pelayanan atau amenitas mempunyai cakupan yang luas dan

merupakan fasilitas yang mendukung pelayanan bagi wisatawan termasuk

didalamnya kebutuhan dasar seperti akomodasi, informasi wisata, restoran atau

rumah makan, pemandu, dan toko suvenir (WTO, 2007). Kemudian ditambahkan

oleh Yoeti (1997) yaitu dengan keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan, bank

dan kantor pos. Keberadaan fasilitas tersebut menjadi sangat penting karena akan

mempengaruhi kenyamanan, kemudahan serta persepsi wisatawan secara

keseluruhan terhadap sebuah destinasi.

Untuk mengunjungi sebuah destinasi, wisatawan akan mempertimbangkan

aspek selanjutnya yaitu aksesibilitas atau transportasi. Menurut Yoeti (2003: 56)

aksesibilitas adalah unsur-unsur kemudahan yang disediakan bagi wisatawan

untuk berkunjung dan untuk itu dia harus membayar dengan harga yang wajar,

diantaranya adalah infrastruktur, perlengkapan, faktor-faktor operasi dan regulasi

pemerintah yang terkait.

Menurut Cooper dkk (1995: 107) ancillary service adalah pelayanan

tambahan yang disediakan oleh kelembagaan organisasi lokal baik untuk

wisatawan dan pelaku industri pariwisata. Organisasi ini bisa berada di sektor

publik atau privat. Pelayanan tambahan juga terkait dengan regulasi pemerintah

daerah maupun pusat yang mengatur destinasi pariwisata. Beberapa layanan


Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility
dan
Ancillary Service 10
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

utama yang disediakan oleh organisasi lokal antara lain (1) promosi destinasi, (2)

koordinasi dan kontrol pengembangan, (3) penyediaan informasi dan reservasi,

(4) himbauan dan koordinasi dengan bisnis lokal, (5) penyediaan beberapa

fasilitas, (6) ketetapan kepemimpinan.

Pelayanan tambahan sangat berkaitan erat dengan kelembagaan, Inskeep

(1991) berpendapat bahwa unsur kelembagaan berfungsi untuk mengembangkan

dan mengelola pariwisata, termasuk tenaga kerja dan program pendidikan dan

pelatihan, strategi pemasaran dan program promosi. Kelembagaan yang ada

bersifat pemerintah maupun swasta, penerbitan peraturan undang-undang yang

berkaitan dengan pariwisata dan peraturan, kebijakan investasi sektor publik dan

swasta, program kebudayaan, lingkungan, dan sosial, serta pengendalian dampak

pariwisata merupakan tanggung jawab kelembagaan yang ada.

1.7 Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Metode yang

akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis mengingat

rumusan masalah yang ingin diteliti adalah perkembangan Desa Wisata Tembi

melalui aspek 4A (attraction, amenity, accessibility dan ancillary services).

Penelitian kualitatif menurut Moleong (2007: 6) adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara

holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility
dan
Ancillary Service 11
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.

Metode penelitian deskriptif adalah untuk memaparkan dan

menggambarkan data secara jelas dan terinci, sedangkan analitis adalah

menguraikan pokok permasalahan dari berbagai macam bagian dan penelaahan

untuk masing-masing bagian, mencari hubungan antar bagian sehingga diperoleh

sesuatu pengertian yang tepat dan pemahaman arti secara keseluruhan (Sugiyono,

2010:1).

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini dibutuhkan dua jenis data, yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer diperoleh melalui pencatatan hasil wawancara dengan tatap

muka langsung dengan para responden. Responden adalah dari pihak pengelola,

pelaku jasa wisata, pelaku kesenian dan masyarakat lokal. Data sekunder adalah

data yang diperoleh dari kajian literatur, seperti buku, jurnal, media cetak, dan

sebagainya.

1. Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Tembi, Desa Timbulharjo, Kecamatan

Sewon, Kabupaten Bantul. Tembi memiliki luas 81 hektar dan berjarak sekitar 10

kilometer dari pusat kota. Lingkungannya yang masih asri serta masih cukup

banyak rumah-rumah lama dengan arsitektur Jawa yang asli membuat desa wisata

ini memiliki daya tariknya tersendiri. Dusun ini dicanangkan menjadi desa wisata

pada tahun 2008 sebagai bagian integral kawasan GMT.


Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility
dan
Ancillary Service 12
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

2. Pemilihan Informan

Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Menurut

Sugiyono (2013: 218-2219) purposive sampling adalah teknik pengambilan

sumber data dengan pertimbangan tertentu, semisal orang tersebut yang dianggap

paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai pemangku

kepentingan sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek atau situasi

sosial yang diteliti. Secara khusus informan yang dipilih dalam penelitian ini

dilakukan secara terbatas karena berfokus dengan pengembangan yang dilakukan

oleh pengelola serta hubungan-hubungan dengan masyarakat, pelaku usaha dan

dinas terkait sehingga penelitian ini akan fokus dengan keempat kelompok

narasumber tersebut.

3. Observasi Langsung

Perolehan data dengan menyaksikan dan mengamati langsung keadaan

Desa Wisata Tembi untuk mendapatkan pengalaman langsung mengenai objek

yang diteliti. Aspek-aspek lingkungan, pola kehidupan masyarakat dan fenomena

tertentu diselidiki dan dicatat secara sistematis.

4. Wawancara

Informasi yang diperoleh penulis dengan cara memberikan sejumlah

pertanyaan kepada sejumlah narasumber yang telah ditentukan yaitu salah satunya

manajemen pengelola Desa Wisata Tembi. Pada pihak manajemen ditanyakan

tentang komponen daya tarik wisata, potensi, dan pengelolaannya. Sedangkan

untuk masyarakat lokal akan ditanyakan bagaimana persepsi mereka terhadap

kegiatan pariwisata lingkungan desa mereka meliputi pengaruh-pengaruh kegiatan


Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility
dan
Ancillary Service 13
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

pariwisata terhadap kehidupan sosial budaya desa mereka. Keterangan pelaku

usaha setempat diperlukan dalam upaya melihat Desa Wisata Tembi secara lebih

utuh dan keseluruhan sedangkan dinas akan ditanyakan peranan dalam

pengembangan kepariwisataan di Desa Wisata Tembi secara khusus dan

kepariwisataan Kabupaten Bantul secara umum.

5. Studi Pustaka

Penelitian ini menggunakan sumber-sumber dari buku-buku, skripsi dan

arsip. Untuk sumber buku, penulis mencari di Perpustakaan Daerah Yogyakarta,

Perpustakaan Kota Yogyakarta, Perpustakaan Pusat UGM maupun Perpustakaan

Fakultas Ilmu Budaya UGM. Arsip dan koran didapatkan dari sumber internet,

serta dokumen-dokumen yang terdapat pada Pengelola Desa Wisata Tembi dan

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Bantul.

1.7.2 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif untuk mengkaji

Desa Wisata Tembi dengan melihat aspek atraksi, amenitas, aksesibilitas dan

pelayanan tambahan. Setelah semua data tentang kepariwisataan Desa Wisata

Tembi dan yang berkaitan dengan empat aspek tersebut telah terkumpul kemudian

dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini menggunakan analisis data deskriptif dengan melakukan penyajian

data di lapangan, komparasi dengan data terdahulu dan kemudian diikuti dengan

penarikan kesimpulan. Semua data yang terdiri dari catatan lapangan, gambar,

foto, hasil wawancara, dan lain-lain dianalisis sesuai kebutuhan penelitian.


Analisis Perkembangan Desa Wisata Tembi Berdasarkan Aspek Attraction, Amenity, Accessibility
dan
Ancillary Service 14
FAHMI MUHAMMAD AA
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Studi kepustakaan diperlukan sebagai acuan untuk menganalisis data lama

dengan kenyataan yang ada di lapangan. Penyajian data menggunakan bagan

dapat digunakan oleh peneliti dalam membuat kerangka data yang ada di lapangan

berdasarkan kerangka berfikir penelitian. Selain itu penyajian data berupa gambar

juga digunakan untuk mempermudah dalam mendeskripsikan kondisi di lokasi

penelitian.

1.8 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan akhir ini dikemukakan dalam bentuk bab

masing-masing, yaitu sebagai berikut:

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II berisi pemaparan mengenai gambaran umum, sejarah, demografi,

kondisi sosial budaya, komponen daya tarik wisata, profil wisatawan dan promosi

Desa Wisata Tembi.

Bab III membahas analisis Desa Wisata Tembi berdasarkan 4A (attraction,

amenitiy, accessibility, dan ancillary services) meliputi perkembangan dan

keunggulan serta kelemahan Desa Wisata Tembi.

Bab IV merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

Anda mungkin juga menyukai