Anda di halaman 1dari 14

Analisis mengenai Dampak Pembangunan Museum Gunungapi Merapi (MGM)

Tugas Kelompok
Mata Kuliah Analisis mengenai Dampak Pembangunan Pariwisata
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Sudarmadji, M.Eng.Sc.

Oleh:

Alexander Widi Yunanto : 18/435141/PMU/09652

Asti Ayuningsih : 18/435146/PMU/09657

Donatus F. Putra : 18/435149/PMU/09660

MAGISTER KAJIAN PARIWISATA


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
Analisis mengenai Dampak Pengembangan Museum Gunungapi Merapi (MGM)

Pendahuluan

Museum adalah sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat dan pengembangannya terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat,
menghubungkan dan memamerkan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya
untuk tujuan pendidikan, penelitian dan kesenangan (International Council of Museum, 1974).
Berdasarkan data statistic kepariwisataan DIY tahun 2017, tercatat bahwa 10% wisatawan datang
ke DIY melakukan kunjungan ke museum. Sleman sebagai salah satu kabupaten di DIY
memiliki lebih dari sepuluh museum, diantaranya Museum Pendidikan Indonesia, Museum
Affandi, Monumen Jogja Kembali, Museum Gunungapi Merapi, dan sebagainya. Data yang
dipublikasi dalam statistic kepariwisataan DIY tahun 2017 menunjukkan bahwa Museum
Gunungapi Merapi menempati posisi kedua sebagai museum yang paling banyak dikunjungi
wisatawan di kabupaten Sleman setelah Monumen Jogja Kembali.

Museum Gunungapi Merapi merupakan museum bersejarah yang dapat dijadikan sebagai
sarana pendidikan, penyebarluasan informasi aspek kegunungapian khususnya dan kebencanaan
geologi lainnya yang bersifat rekreatif-edukatif untuk masyarakat luas dengan tujuan untuk
memberikan wawasan dan pemahaman tentang aspek ilmiah, maupun sosial-budaya dan lain-lain
yang berkaitan dengan gunung api dan sumber kebencanaan geologi lainnya. Museum
Gunungapi Merapi ini diharapkan dapat menjadi solusi alternative sebagai sarana yang sangat
penting dan potensial sebagai pusat layanan informasi kegunungapian dalam upaya
mencerdaskan kehidupan masyarakat, serta sebagai media dalam meningkatkan kesadaran dan
kewaspadaan masyarakat tentang manfaat dan ancaman bahaya letusan gunungapi serta bencana
geologi lainnya. Museum yang digadang menjadi geo-wisata di DIY ini diharapkan dapat
menjadi wahana edukasi konservasi yang berkelanjutan serta pengembangan ilmu kebencanaan
gunungapi, gempabumi dan bencana alam lainnya.

Museum ini terletak di kawasan lereg Merapi, tepatnya di jalan Boyong, Dusun Banteng,
Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY. Luas bangunan sekitar 4,470
meter persegi yang berdiri diatas tanah seluah 3,5 hektar. Museum Gunungapi Merapi ini mulai

Page | 1
dibangun pada tahun 2005 dan diresmikan oleh Menteri Energi dan Dumber Daya Mineral pada
1 Oktober 2009 dan kemudian dibuka untuk umum sejak 1 Januari 2010.

Adapun informasi yang disampaikan di Museum Gunungapi Merapi ini diantaranya


adalah sebagai berikut:

1. Informasi ilmiah kegunungapian, kegempaan dan gerakan tanah yang merupakan proses
dinamika geologi, dicerminkan diantaranya dalam informasi model pembentukan,
mekanisme terbentuknya maupun proses-proses yang menyertainya.
2. Informasi fenomena gunungapi terbentuk sebagai hasil proses-proses geologi, yang
tampil dipermukaan bumi diantaranya berupa bentang alam gunungapi, struktur geologi
gunungapi, produk hasil letusan gunungapi, dan produk-produk hasil proses lainnya.
3. Informasi mitigasi bencana gunungapi, gempabumi, tsunami, gerakan tanah yang
ditampilkan dalam bentuk informasi sistem monitoring, penelitian dan pengamatan,
sistem peringatan dini, dan upaya mitigasi bencana diantaranya menyangkut sistem
penyelamatan masyarakat terhadap ancaman bahaya letusan gunungapi, kegempaan dan
gerakan tanah.
4. Informasi sumberdaya gunungapi, sebagai potensi yang dapat dimanfaatkan bagi
kesejahteraan masyarakat, pengembangan infra-struktur dan lainnya.
5. Informasi aspek sosial budaya diantaranya menyangkut kehidupan, budaya/tradisi, mitos
dan lainnya yang berkaitan dengan lingkungan dan keberadaan suatu gunungapi

Sebagai suatu destinasi wisata, fasilitas yang disediakan untuk kenyamanan wisatawan
menjadi indikator yang dijadikan pertimbangan wisatawan dalam membuat keputusan untuk
melakukan kunjungan. Adapun fasilitas yang tersedia di museum ini adalah sebagai berikut:

1. Home theater. Ruangan ini berkapasitas 100 tempat duduk dimana pengunjung
bisa menikmati pemutaran film documenter tetang erupsi Gunung Merapi.
2. Ruang auditorium. Pengunjung bisa memanfaatkan ruangan ini untuk kegiatan
rapat, diskusi, seminar dan kegiatan indoor lainnya.
3. Kios souvenir. Kios ini diperuntukan bagi pengunjung yang ingin membeli
souvenir khas Museum Gunungapi Merapi, diantaranya oleh-oleh yang unik
seperti gantungan kunci, mjiniatur museum, kaos dan lain sebagainya.

Page | 2
4. Mushola. Museum Gunungapi Merapi menyediakan dua mushola untuk
pengunjung akan beribadah di bagian luar museum, baik di depan maupun di
bagian belakang museum.
5. Open Theater. Fasilitas ini terletak di sisi belakang museum dengan latar belakang
keindahan panorama Gunung Merapi yang membentang. Open theater ini
biasanya digunakan untuk kegiatan pentas seni, gathering, senam bersama
maupun kegiatan sosial komunitas lainnya.
6. Free hotspot. Pengunjung bisa memanfaatkan fasilitas hotspot ratis di area
Museum Gunungapi Merapi.

Sebagai suatu objek wisata yang banyak diminati wisatawan, pengembangan Museum
Gunungapi Merapi tentunya memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap
lingkungan sekitar museum. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa dampak biotik, abiotik, dan
sosial. Oleh sebab itu, artikel ini bertujuan untuk menganalisis dampak biotik, abiotik, dan sosial
yang ditumbulkan oleh pengembangan Museum Gunungapi Merapi sebagai suatu destinasi
wisata.

Analisis Dampak pada lingkungan biotik Pengembangan Museum Gunungapi Merapi

1. Berkurangnya tanaman perkebunan

Pembangunan museum membuat luas lahan yang dimanfaatkan sebagai lahan


perkebunan dan hutan menjadi berkurang. Kondisi ini membuat beberapa jenis tanaman hutan
harus ditebang. Disamping itu, kerusakan lingkungan biotic juga diperparah dengan praktik jual-
beli lahan disekitar lokasi Museum Gunung Merapi untuk keperluan penambangan pasir. Dari
citra satelit dapat dilihat area penambangan pasir yang terus meluas sehingga semakin
mengancam kerusakan lingkungan biotik yang berada di lokasi ini.

Page | 3
.Gambar 1. Perbandingan citra satelit di kawasan Museum Gunung Merapi Tahun 2010 (kiri) dan tahun 2018
(kanan).

2. Kerusahakan tanaman

Di kawasan Museum Gunung Merapi tidak memiliki sistem pengolahan sampah yang
baik. Hal ini mengakibatkan sampah ditumpuk begitu saja disekitar lahan yang ditumbuhi
tanaman-tanaman. Sampah-sampah ini nantinya akan dibakar begitu saja dan tampak
menyebabkan beberapa tanaman menjadi kering dan mati. Selain itu, tumpukan sampah yang
tidak dipisah antara sampah basah dan kering menyebabkan banyak lalat yang mengerubungi,
sehingga menyebabkan ketidaknyamanan bagi wisatawan.

Gambar 2. Tumpukan sampah yang menyebabkan tanaman kering dan mati serta mengundang banyak lalat.

Page | 4
3. Berkurangya populasi satwa liar

Menurut penuturan dari penduduk sekitar, pada masa lalu disekitar lokasi banyak
dijumpai satwa-satwa liar salah satunya burung anis merah. Saat ini populasi burung anis merah
semakin jarang ditemui, akibat maraknya alih fungsi lahan yang menyebabkan hewan tidak
memiliki tempat untuk bersarang, berkembang biak, dan mencari makanan.

Gambar 3. BurungAnisMerah

Analisis Dampak Pembangunan pada Komponen Abiotik di Museum Gunungapi Merapi

Segala aktivitas kehidupan manusia tentunya tidak akan terlepas dari lingkungan, baik
lingkungan alam maupun sosial. Hubungan manusia dengan lingkungan alam sangatlah erat,
keduanya saling mempengaruhi, saling memberikan dan menerima dampak satu sama lain.
Menurut Christie, Yosef A. (2013:1) bahwa pengaruh alam terhadap manusia adalah bersifat
pasif, sedangkan pengaruh manusia terhadap alam bersifat aktif. Manusia memiliki kemampuan
eksploitatif sehingga mampu merubah kondisi alam sesuai dengan yang dikehendakinya. Namun,
alam juga memiliki kemampuan untuk merubah kondisinya, walaupun pelan tapi pasti, apa yang
terjadi pada alam baik langsung atau pun tidak langsung akan dirasakan dampaknya oleh
manusia. Oleh karena itu manusia memiliki tanggung jawab untuk turut menjaga kelestarian
lingkungan alam sekitarnya.

Seperti yang tertuang pada Undang-Undang Dasar RI 1945 Pasal 33 Ayat 3 bahwa bumi
dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Negara memiliki wewenang untuk memanfaatkan
kekayaan alam untuk kepentingan kemakmuran rakyat, hal ini harus dibarengi dengan upaya
pelestarian alam, bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja namun juga melibatkan

Page | 5
semua elemen masyarakat. Setiap orang harus memiliki upaya untuk menjaga dan
menyelamatkan lingkungan hidupnya, sekecil apapun usaha itu tetap akan memberikan
kontribusi terhadap terwujudnya lingkungan yang lestari.

Berdasarkan yang tertuang pada UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 Ayat 1, bahwa Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya,
yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan peri kehidupan, dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Semua komponen lingkungan hidup merupakan satu kesatuan yang
berhimpun di dalam suatu ruang, sehingga dalam pengembangan dan pembangunan harus
memperhatikan semua aspek dalam lingkungan. Hal ini bertujuan untuk menjaga kelestarian
semua unsur yang ada di lingkungan.

Seperti halnya terkait dengan pemanfaatan lahan di kawasan Kaliurang sebagai sebuah
Museum. Museum Gunungapi Merapi, merupakan museum yang berisi pengetahuan tentang
Gunungapi Merapi dan fenomena gunung api lainnya yang ada di dunia, museum ini memiliki
luas lahan secara keseluruhan 3.5 Ha. Berikut ini merupakan peta yang menunjukan luas area
lahan Museum Gunungapi Merapi

Gambar 4. Luas keseluruhan area lahan Museum Gunungapi Merapi

Dari total keseluruhan luas lahan sebesar 3,5 Ha ini, sebagian besar yang dimanfaatkan
sebagai bangunan Museum yakni sekitar 4.470 m². Sisanya dipergunakan sebagai lahan terbuka

Page | 6
yang dimanfaatkan sebagai lahan parkir kendaraan pengunjung. Berikut ini merupakan foto
udara dari bangunan Museum Gunungapi Merapi:

Gambar 5. Peta Luas Bangunan Museum GunungApi Merapi

Lokasi Museum Gunungapi Merapi berada di area pemukiman warga yang letaknya di
daerah Kaliurang. Dahulu, lahan yang digunakan sebagai museum adalah sebidang tanah kosong
yang ditumbuhi oleh beberapa vegetasi. Sebagaimana diketahui bahwa lahan yang ditumbuhi
oleh vegetasi ini awalnya memiliki fungsi sebagai daerah resapan air, namun saat ini telah
berubah fungsinya sebagai bangunan museum serta sebagian besar tertutup oleh aspal dan paving
blok, yang tentunya mengganggu proses penyerapan air di kawasan tersebut. Berikut merupakan
gambar udara sebagai perbandingan lokasi museum dengan lahan yang masih belum ada
pembangunan, yang jaraknya masih sekitar 1 kilometer:

Gambar 6. Perbandingan Lokasi Lahan Museum Gunung Api Merapi Dengan Lahan yang Belum Dibangun

Page | 7
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa lokasi museum berada di tengah pemukiman dan
tidak jauh dari lokasi museum masih terdapat lahan yang belum beralih fungsi sebagai
pemukiman atau sebagai lokasi pembangunan. Lahan ini dapat digunakan sebagai perbandingan
untuk melihat kondisi lingkungan sebelum adanya pembangunan museum. Tidak jauh dari lokasi
museum juga ada beberapa aliran sungai kecil. Disamping itu, lokasi museum ini juga hanya
berjarak sekitar 5 kilometer dari Taman Nasional Gunung Merapi.

5,76
3.18
m

Gambar 7. Jarak Lokasi Museum Gunungapi Merapi dengan Taman Nasional Gunung Merapi

Salah satu aspek lingkungan yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pembangunan
suatu kawasan adalah komponen lingkungan abiotik atau lingkungan fisik yang terdiri dari
lingkungan udara, lingkungan air, dan lingkungan tanah. Tidak terkecuali juga dalam
pembangunan Museum Gunungapi Merapi ini juga memliki dampak terhadap aspek udara, air,
dan tanah.

1. Dampak terhadap Lingkungan Udara

Dengan adanya pembangunan atau upaya merubah fungsi lahan dari yang semula adalah
kawasan yang dipenuhi vegetasi menjadi bangunan, tanaman yang memiliki fungsi sebagai

Page | 8
penghasil oksigen dan mengurangi dampak pencemaran udara kini telah tergantikan. Hal ini
tentunya berdampak buruk pada lingkungan, khususnya bagi lingkungan di sekitar museum
akibat terganggunya proses penyerapan karbondioksida. Secara tidak langsung kualitas udara di
sekitar lokasi tentunya akan berkurang.

Dalam operasionalnya, museum ini juga menggunakan mesin pendingin udara yang juga
menghasilkan panas dan pencemaran udara. Terlebih museum ini belum memanfaatkan energy
ramah lingkungan terbarukan seperti solar panel dan masih memanfaatkan energy dari PLN
yang jika dirunut sumber energinya adalah hasil dari pembakaran batu bara yang memiliki residu
yang turut mencemari udara dan lingkungan.

Kendaraan yang saat ini berkunjung ke lokasi, yang mungkin saja tidak pernah ada
dijumpai sebelumnya di lokasi tersebut, juga berkontribusi dalam memberikan pencemaran
terhadap udara melalui asap kendaraan yang dihasilkan dari proses pembakaran bahan bakar fosil.

2. Dampak terhadap Lingkungan Air

Air merupakan sumber daya yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup untuk
melangsungkan kehidupannya. Sehingga keberadaan sumber daya air wajib untuk dijaga
kelestariannya. Pemanfaatan lahan menjadi sebuah museum serta sebagian besar tanahnya
berubah menjadi tertutup oleh aspal dan paving blok, tentunya akan berdampak pada proses
penyerapan air. Air yang semula mudah terserap ke dalam tanah, saat ini akan terhalang oleh
aspal dan terbuang atau melawati permukaan begitu saja. Ini tentunya akan berkontribusi
terhadap dampak pengurangan kualitas dan sumber daya air.

Kemampuan tanah untuk menyerap atau menyimpan air akan berkurang, sehingga proses
terjadinya aliran permukaan akan lebih cepat. Keadaan ini tentunya akan sangat berpengaruh
terhadap aliran air di saluran air bahkan sungai di sekitar museum. Pada saat terjadi hujan, akan
terlihat perbedaan yakni debit puncak akan meningkat dengan tajam. Waktu mencapai puncak
akan berlangsung dalam waktu yang pendek, demikian pula waktu dasar hidrograf bertambah
singkat, artinya aliran akan berlangsung dalam waktu yang pendek pula.

Kondisi ini secara terus menerus juga akan berdampak terhadap penurunan permukaan
air tanah. Penurunan muka air tanah ini terjadi karena terlalu besarnya pengambilan (penyerapan)

Page | 9
air tanah, sehingga terjadi ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran dalam sistem aliran
tanah tersebut.

3. Dampak terhadap Lingkungan Tanah

Tanah sebagai sebuah ekosistem merupakan satu kesatuan yang mengandung berbagai
unsur baik unsure biotic maupun abiotik. Unsur kehidupan seperti vegetasi dan makhluk hidup
(mikrobiologi) pun menyatu serta saling bersimbiosis di dalam tanah, saling memberi dan
menerima.

Adanyapembangunan di atas sebidang tanah tentunya membawa dampak terhadap


keseimbangan dan keberlangsungan ekosistem di dalam tanah. Demikian pula yang terjadi di
kawasan Museum Gunungapi Merapi, pembangunan yang telah dilaksanakan di lokasi ini
tentunya juga membawa dampak terhadap lingkungan tanah di sana. Selain itu, air yang mengalir
begitu saja di permukaan tanah juga berdampak terhadap pengikisan tanah.

Analisis Dampak Sosial Pengembangan Museum Gunungapi Merapi

Keberadaan suatu objek wisata pada suatu wilayah maupun kawasan tertentu
memberikan pengaruh terhadap masyarakat lokal yang tinggal di kawasan tersebut. Dampak
pengembangan objek wisata tersebut dapat berupa dampak positif maupun negatif yang
mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat setempat. Jika pengembangan wisata yang
diterapkan mengacu pada tujuan yang jelas yaitu untuk kesejahteraan masyarakat dan
perkembangan wilayah, tentu saja dampak yang dihasilkan akan berdampak positif. Akan tetapi,
jika pengembangan destinasi wisata di suatu wilayah tidak berdasarkan tujuan yang jelas dan
hanya menguntungkan salah satu pihak saja, maka dampak negatiflah yang akan muncul dari
pengembangan wisata tersebut. Oleh karena itu, analisis mengenai dampak sosial dari
pengembangan Museum Gunungapi Merapi terhadap masyarakat lokal perlu untuk dieksplor
lebih jauh.

Dampak sosial daam hal ini didefinsikan sebagai perubahan yang terjadi pada masyarakat
di suatu wilayah maupun kawasan tertentu yang diakbatkan karena adanya aktivitas
pembangunan. Pada umumnya, dampak sosial yang muncul pada masyarakat disebabkan oleh
adanya aktivitas seperti program, proyek ataupun kebijaksanaan yang diterapkan pada

Page | 10
masyarakat. Perubahan sosial itu merupakan perubahan yang terjadi karena adanya pergeseran
struktur dan organisasi sosial masyarakat. Adapun yang mempengaruhi adanya perubahan sosial
yakni lingkungan, perilaku, nilai, norma, teknologi serta keyakinan. Perubahan yang terjadi dapat
berpengaruh pada sebagian besar individu didalam interaksi dengan masyarakat tertentu terutama
pada lingkungan terdekatnya. Dalam artikel ini, dampak sosial yang dimaksud adalah perubahan
sosial yang dialami masyarakat di kawasan Museum Gunungapi Merapi.

Berdasarkan hasil observasi dan studi pustaka yang telah dilakukan, dampak sosial akibat
pengembangan Museum Gunungapi Merapi terhadap masyarakat lokal diantaranya adalah
sebagai berikut.

1. Membuka peluang kerja dan pertambahan/perubahan mata pencaharian

Pengembangan suatu objek wisata tentunya membutuhkan Sumber Daya Manusia untuk
mengelola objek wisata tersebut. Museum Gunungapi Merapi sendiri membutuhkan SDM untuk
mengelola museum, mulai dari staf subbagian tata usaha museum, satpam, pemandu, dan lain
sebagainya. Diluar pengelolaan museum, wisatawan tentu membutuhkan fasilitas lain untuk
kenyamanannya seperti warung makan, toko souvenir, dan lahan parkir. Masyarakat lokal
memanfaatkan situasi tersebut untuk berwirausaha dengan berdagang, membuka jasa tour leader,
maunpun bekerja sebagai karyawan di museum. Hal ini memberikan peluang kerja bagi
masyarakat sekitar sehingga dengan adanya pengembangan MGM ini dianggap sangat
berpengaruh positif bagi kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

2. Pertambahan ilmu pengetahuan dan keterampilan masyarakat

Visi dari pengembangan Museum Gunungapi Merapi adalah untuk mewujudkan


pengetahuan masyarakat tentang pemahaman ilmu kegunungapian dan ilmu kebencanaan. Selain
itu, tugas pokok dari MGM adalah untuk penyaluran edukasi ilmu pengetahuan masyarakat
umum dan pusat apresiasi budaya. Oleh sebab itu, masyarakat setempat didorong untuk turut
berpartisipasi dalam perwujudan visi dan tugas pokok MGM tersebut. Masyarakat sebagai
komunitas lokal yang secara langsung berinteraksi dengan wisatawan tentunya secara tidak
langsung dituntut untuk memiliki pengetahuan mengenai proses erupsi gunungapi khususnya
merapi. Pengetahuan ini diperoleh baik dari pengalaman maupun sengaja dipelajari. Mayoritas
masyarakat memiliki pengetahuan akan erupsi gunungapi dikarenakan mereka tinggal di

Page | 11
kawasan lereng merapi dan pernah menjadi korban dari erupsi. Selain itu, keterampilan
masyarakat lokal juga secara tidak disengaja menjadi lebih meningkat, misalnya keterampilan
masyarakat untuk berkomunikasi dengan wisatawan.

3. Bertambahnya objek wisata baru di kawasan lereng Merapi

Museum Gunungapi Merapi menjadi museum kedua yang paling banyak dikunjungi oleh
wisatawan di kabupaten Sleman. Banyaknya jumlah pengunjung yang datang ke destinasi wisata
dari berbagai daerah di Indonesia dan bahkan wisatawan mancanegara mendorong masyarakat
sekitar untuk memenuhi kebutuhan wisatawan dengan membuka/membangun destinasi wisata
baru di kawasan lereng merapi. Berkembang biaknya destinasi wisata baru di kawasan lereng
merapi ditujukan untuk membuat wisatawan memiliki pilihan yang bervariasi dalam
merencanakan kunjungan ke kawasan lereng merapi. Objek wisata baru tersebut diantara lain
adalah Taman Merapi Park, The Lost World Castle, Rumah Hobbit, Stonehenge, dan lain
sebagainya.

4. Berkurangnya nilai sosial budaya masyarakat

Meningkatnya aktivitas wisata yang ada di kawasan wisata museum tentu saja
menjadikan masyarakat yang bekerja dan berwirausaha di kawasan MGM hanya memiliki waktu
luang yang sedikit akibat dari kesibukannya dalam bekerja. Waktu kerja menuntut mereka harus
berada di lokasi kerja, sehingga waktu mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial
menjadi berkurang. Oleh sebab tu, dapat disimpulkan bahwa dengan bekerjanya masyarakat di
dalam sektor pariwisata di kawasan MGM memberikan dampak berkurangnya intensitas
partisipasi kegiatan sosial masyarakat.

Page | 12
Daftar Pustaka

Christie, Yosef A. 2013. Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Fasilitas Pembangunan


Perumahan (Studi Kasus di Perumahan Palaran City Oleh PT. Kusuma Hady Property). Jurnal
Beraja Niti, Vol. 2, No. 11, 2013, hal. 1-21

Novran. Dodi. 2009. Dampak Pembangunan Terhadap Sumber Daya Air. Jurnal Lingkungan
Hidup. Oktober 2009.

Website Resmi Museum Gunungapi Merapi. http://mgm.slemankab.go.id/

www.earth.google.com

Page | 13

Anda mungkin juga menyukai